TRIBUNBATAM.id - dr. Lie Dharmawan saat ini masih berduka.
Sebab, Rumah Sakit Apung (RSA) yang didirikannya karam saat berlayar dari Kupang menuju Torano, Rabu (16/6/2021).
Rumah sakit apung swasta pertama di Indonesia itu tenggelam di perairan Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).
"Dalam pelayaran dari Kupang, NTT (Nusa Tenggara Timur) menuju Torano, Sumbawa Besar, NTB di Perairan Bima, kapal mengalami musibah hingga karam," ujar Lie dalam keterangan tertulis, Jumat (18/6/2021).
Meski demikian, seluruh kru yang ada di dalam kapal tersebut berhasil menyelamatkan diri.
Lantas, siapa sebenarnya dr Lie?
Profil dan biodata dr. Lie A Dharmawan
dr Lie Augustinus Dharmawan, Ph.D, Sp.B, Sp.BTKV dikenal sebagai dokter dengan spesialisasi bedah.
Dia adalah ahli bedah umum, bedah jantung, bedah toraks, dan bedah pembuluh darah.
dr Lie lahir di Padang, 16 April 1946 dengan nama Lie Tek Bie.
Ayahnya bernama Lie Goan Hoey dan Ibunya bernama Pek Leng Kiau (Julita Diana).
Keluarganya saat itu sangat miskin dan serba kekurangan.
Lie yang terlahir sebagai 7 bersaudara ini harus kehilangan ayahnya saat berusia 10 tahun.
Sejak saat itu, ibunya yang hanya tamatan SD berjuang keras untuk membesarkan anak-anaknya.
Ibunya bekerja serabutan, mulai dari mencuci baju, memasak, membuat kue, hingga menjadi pencuci piring.
Lie kecil saat itu tak segan membantu ibunya berjualan kue.
Ibunya menyekolahkan Lie di SD Ying Shi, Padang.
Setamatnya dari sana, Lie masuk di SMP Katolik Pius dan melanjutkan di SMA Don Bosco, Padang.
Perjalanan menjadi dokter
Keinginan Lie untuk menjadi dokter muncul setiap melihat masyarakat miskin di sekitarnya kesulitan mendapatkan perawatan medis.
Selain itu, Lie punya pengalaman pahit.
Dia melihat adiknya sendiri meninggal karena penyakit diare akut akibat telambat ditangani dokter.
Karena dua hal itulah dia memiliki keinginan kuat untuk mewujudkan cita-citanya sebagai dokter.
Namun, apa daya, Lie hanya mendapat tertawaan dari teman-temannya.
Dia pun bertekad untuk berusaha keras untuk mewujudkan mimpinya itu.
Setiap pukul enam pagi hari, dia selalu pergi ke gereja yang berada didekat sekolahnya.
Dengan khusyuk, dia selalu memanjatkan doa yang sama selama bertahun-tahun.
"…TUHAN, AKU MAU JADI DOKTER YANG KULIAH DI JERMAN” begitulah potongan doa Lie.
Tahun 1965, Lie lulus SMA dengan prestasi yang cemerlang.
Sayangnya, dia berkali-kali mendaftar Fakultas Kedokteran di Pulau Jawa dan selalu ditolak.
Kuliah kedokteran di Jerman
Melansir Biografiku, Lie mendaftar ke sekolah kedokteran di Berlin Barat, Jerman di usia 21 tahun.
Dia pun diterima di Fakultas Kedokteran Free University, Berlin Barat, meski tanpa dukungan beasiswa.
Untuk memenuhi biaya kuliah dan kehidupan sehari-harinya, Lie bekerja sebagai kuli bongkar muat barang.
Dia juga tak segan bekerja di sebuah panti jompo.
Padahal, kala itu salah satu tugasnya adalah membersihkan kotoran lansia berusia 80 tahunan.
Meski demikian, Lie tetap berprestasi di tengah kesibukan kerjanya.
Hingga suatu ketika, dia berhasil mendapatkan beasiswa.
Dana beasiswa itu dia gunakan untuk membiayai sekolah adik-adiknya.
Tahun 1974, Lie berhasil menyelesaikan pendidikannya dan mendapat gelar M.D. (Medical Doctor).
Setelah lulus dari Free University, dia melanjutkan pendidikannya di University Hospital, Cologne, Jerman.
Tak puas dengan gelar S2, dia kembali melanjutkan S3 di Free University Berlin.
Empat tahun setelahnya, Lie sukses menyandang gelar Ph.D.
Lie lulus sebagai dokter dengan empat spesialisasi sekaligus yakni ahli bedah umum, ahli bedah toraks, ahli bedah jantung dan ahli bedah pembuluh darah.
Mendirikan Rumah Sakit Apung
Bersama DoctorSHARE, Lie mendirikan Rumah Sakit Apung (RSA) Swasta, yang diberi nama KM RSA DR. LIE DHARMAWAN.
Pelayanan medis dalam RSA ini dengan cuma-cuma.
Lie mewujudkan mimpi membangun rumah sakit apung untuk membantu masyarakat miskin.
Bersama RSA itu, dia mengunjungi pulau-pulau kecil di Nusantara.
Dia mengobati ribuan warga miskin yang tak memiliki akses pada pelayanan medis.
Rumah Sakit Apung milik dr. Lie sejatinya hanyalah sebuah kapal sederhana yang terbuat dari kayu.
Di dalamnya terdapat bilik yang disekat-sekat menjadi ruangan perawatan pasien.
Melalui RSA ini, tujuan Lie cuma satu, yakni melayani masyarakat yang selama ini kesulitan mendapat bantuan medis.
(*)