SAHAM

Bukalapak Mulai Jual Saham pada Agustus 2021, Begini Prospeknya Menurut Analis

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Bukalapak

TRIBUNBATAM.id, JAKARTA - Dua marketplace Indonesia, Bukalapak dan GoTo akan segera menggelar penawaran umum saham perdana alias initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Rencananya Bukalapak akan segera melantai pada bulan Agustus 2021 mendatang.

Perusahaan e-commerce ini menargetkan perolehan dana publik lebih dari US$ 1 miliar melalui penawaran umum saham perdana (IPO) Bulan Agustus.

Target itu 25% lebih tinggi dari rencana awal karena mempertimbangkan indikasi permintaan investor yang kuat.

Mengutip Reuters, perusahaan e-commerce ini akan menawarkan harga IPO di kisaran Rp 750 hingga Rp 850 per saham.

Baca juga: Harga Emas Antam Makin Berkilau pada Jumat (9/7), Simak Rincian Harganya

Perusahaan akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 25,76 miliar saham.

Dengan ini, Bukalapak diproyeksi akan mendapatkan dana segar maksimal mencapai Rp 21,9 triliun.

Berdasarkan term sheet yang dilihat Reuters, rencana IPO Bukalapak ini akan menjadi yang terbesar di Indonesia dalam lebih dari 1 dekade.

Berdasarkan dokumen yang beredar, Bukalapak rencananya bakal listing pada 29 Juli mendatang.

Marketplace ini bakal menggunakan kode saham atawa ticker BUKA.

Bukalapak menargetkan mendapat izin efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 21 Juli mendatang. 

Ini prediksi analis

Manajemen Bukalapak bahkan telah menyiapkan jumlah maksimal saham yang dilepas dan kode saham yang bakal digunakan dalam hajatan IPO tersebut.

Berdasarkan informasi yang KONTAN peroleh, Bukalapak bakal menggunakan kode atawa ticker BUKA di papan perdagangan.

Baca juga: Batas Maksimal Penarikan Uang di ATM Naik Jadi Rp 20 Juta per Hari, Berlaku Mulai 12 Juli 2021

Ini setelah perusahaan melepas emisi paling banyak 25% dari modal disetor.

Pertanyaan yang saat ini muncul adalah, jenis saham yang dilepas. Apakah Bukalapak bakal sepenuhnya melepas saham lama dalam IPO, atau dikombinasikan dengan saham baru.

Sebastian Tobing, Head of Research Trimegah Sekuritas menyebut, jenis saham yang dilepas Bukalapak dalam IPO tidak menjadi isu. "Kalaupun ada saham lama, ini normal untuk IPO perusahaan teknologi," ujarnya, Rabu (23/6) lalu.

Toh, preferensi investor berbeda. Ada yang suka dengan saham baru, sebagian lagi bersedia membeli saham lama asal prospek bisnis menjanjikan. Untuk IPO sekelas Bukalapak, Sebastian menilai IPO bakal laku di pasar.

Ini mengingat prospek dan ekosistem yang telah Bukalapak miliki.

"Gambaran laku atau tidaknya terlihat dari saham EMTK yang jadi naik," tandas Sebastian. Pada penutupan sore tadi, saham PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) naik 50 poin ke level Rp 2.500 per saham.

Berbeda dengan bisnis konvensional, bisnis startup cenderung memiliki akses pendanaan yang lebih mudah. Pertumbuhannya juga tidak terbatas. 

"Oleh sebab itu, valuasi seperti PBV, EV/EBITDA dan PER seperti di bisnis konvensional bukan sebuah hal yang menjadi perhatian utama," terang analis Trimegah Sekuritas Willinoy Sitorus dalam riset.

Kata Willinoy, kelak kapitalisasi pasar atawa market cap perusahaan startup memiliki kontribusi yang cukup besar untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Dengan perusahaan teknologi yang tercatat di BEI saat ini saja kapitalisasinya sudah sekitar Rp 318 triliun.

Nilai itu setara dengan 3% dari kapitalisasi pasar IHSG. "Jika digabung dengan market cap GoTo dan Bukalapak, kontribusinya bisa mencapai 10%," imbuh Willinoy.

Kontribusi tersebut melebihi kontribusi perusahaan teknologi atau startup di China dan India yang masing-masing sebesar 9% dan 5%.

Namun, kontribusi tersebut belum bisa mengungguli perusahaan teknologi di Amerika Serikat (AS) yang setara 17% dari market cap bursa saham di negara tersebut. (*)

Berita Terkini