KARIMUN, TRIBUNBATAM.id - Wisata Karimun Gunung Jantan menyimpan keindahan yang memukau.
Tribunners bisa melihat langsung keindahan alam ini saat menjajal trek Gunung Jantan. Apalagi saat tiba di puncaknya.
Panorama alam di sekitar destinasi wisata Karimun ini mungkin bisa menjadi penawar setelah lelah mendaki.
Selain keindahannya, Gunung Jantan juga memiliki cerita untuk diketahui.
Adanya mitos leluhur yang tidak boleh dilanggar bagi para pendaki. Di antaranya tidak boleh berbicara kotor dan membawa pulang benda di sekeliling.
Baca juga: Wisata Karimun, Pesona dan Trek Gunung Jantan Jadi Daya Tarik Bagi Pecinta Alam
"Berdasarkan adab Melayu, sopan dan santun dijunjung tinggi," ujar Kepala Dinas Pariwisata Karimun Muhammad Yunus, Kamis (7/7/2022).
Menurutnya, berbicara kotor termasuk dalam tata krama bertutur.
Pendaki juga dilarang mengambil sesuatu tanpa izin.
"Gunung Jantan memang tidak ada penduduk yang tinggal, namun secara kasat mata itulah tempat tinggal mereka," ujarnya.
"Sehingga apabila mengambil sesuatu saat mendaki, itu sama saja dengan mencuri," ujarnya.
Yunus bercerita, cerita ini bermula dari kisah Badang yang merupakan seorang anak laki-laki dari keturunan Siam yang berasal dari Sayong Pinang, atau yang lebih dikenal dengan daerah Johor Malaysia.
Badang saat itu menjadi seorang pemuda yang tangguh dan memiliki kekuatan luar biasa.
Kekuatannya tersebut digunakan dalam hal kebaikan.
Kemudian, makam serta jejak kaki Badang terdapat di atas batu yang terletak di kawasan industri di ujung Pulau Karimun.
Menurut masyarakat setempat, lokasi wisata ini dikenal sebagai tempat bertarung Badang untuk melawan perompak.
Sampai saat ini, penduduk setempat meyakini bahwa siapa yang bertarung di atas puncak Gunung Jantan pasti akan menumpahkan darah.
Mata Air di Rest Area
Bagi Tribunners yang mendaki Gunung Jantan Karimun, di tengah perjalanan kamu akan disuguhkan semacam rest area atau shelter di lereng gunung.
Shelter merupakan tempat singgah yang bisa dibuat untuk bermalam oleh para pendaki gunung.
Umumnya, shelter cenderung luas dan memiliki sumber mata air dari Gunung Jantan.
Beberapa pendaki beristirahat sekadar untuk makan bekal untuk menambah tenaga. Bahkan pijat memijat dilakukan secara bergantian.
Mata air Gunung Jantan mengalir di sela bebatuan lereng gunung.
Sehingga para pendaki memanfaatkannya untuk meminum air yang bersumber dari mata air tersebut.
"Alhamdulillah, hilang dahaga ini," ujar pendaki yang meminum sumber mata air.
Selain itu, mata air ini juga diolah menjadi air mineral kemasan gelas maupun botol asli dari Kabupaten Karimun.
Air mineral ini diberi nama 'Atarin', produksi PT Tritirta Argajaya.
Rintangan Saat Mendaki Gunung Jantan Karimun
Destinasi wisata alam Gunung Jantan Karimun menyuguhkan sensasi berwisata di tengah hutan.
Perjalanan mendaki Gunung Jantan dimulai dengan melewati setapak jalan yang disemen atau biasa disebut dengan semenisasi.
Gunung Jantan ini memiliki ketinggian 439 meter di atas Permukaan Laut (MDPL).
Untuk bisa tiba di atas puncak, akan memerlukan waktu selama kurang lebih 120 menit perjalanan atau sekitar 2 jam.
Pendaki harus melalui trek yang cukup berat, dengan kemiringin yang terjal dan curam demi mencapai puncak Gunung Jantan.
Ditambah lagi, banyak bebatuan besar yang menjulang tinggi yang biasa digunakan sebagai jalur pendakian.
Maka sangat disarankan bagi yang ingin mendaki harus menggunakan tongkat untuk membantu pendakian (trekking pole).
Nah, pesona Gunung Jantan ini kerap menjadi daya tarik bagi para pendaki atau pecinta alam untuk berpetualang.
Dengan pemandangan indah dari atas puncaknya, menjadi bayaran yang setimpal selama melalui rintangannya.
Apalagi selama pendakian, nuansa asri dan alami masih begitu terasa.
Terlihat beragam jenis flora dan fauna seakan menyambut para pendaki ketika memasuki area trek menuju ke atas puncak Gunung Jantan Karimun.
Lokasi wisata Gunung Jantan ini berada di Desa Pongkar, Kecamatan Tebing, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
Perjalanan ke Gunung Jantan berjarak lebih kurang 15 kilometer dari pusat Kota Tanjungbalai Karimun.
Saat ini memang belum ada kendaraan umum yang lalu lalang di lokasi wisata alam ini.
(TRIBUNBATAM.id / Yeni Hartati)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google