TRIBUNBATAM.id - Nama pelukis terkenal asal Indonesia, Basoeki Abdullah menjadi perbincangan di media sosial sejak beberapa hari terakhir.
Cucu dokter Wahidin Sudirohusodo, seorang tokoh sejarah Kebangkitan Nasional Indonesia, pada awal 1900-an ini menjadi sorotan setelah karyanya melukis sejumlah tokoh pahlawan nasional-
Salah satu yang mengudang decak kagum ialah lukisan Pangeran Diponegoro sambil menunggang kuda yang banyak ditemukan pada sejumlah buku pelajaran anak.
Namun mungkin tak banyak yang tahu jika lukisan tersebut merupakan imajinasi Basoeki Abdullah.
Tentu tidak semua lukisan karya Basoeki Abdullah apalagi tokoh pahlawan nasional merupakan imajinasinya.
Lukisan Pangeran Diponegoro di atas kuda merupakan salah satu karya Basoeki Abdullah yang dibuat dengan berdasarkan imajinasinya saat proses melukisnya.
Visualisasi Pangeran Diponegoro menaiki kuda yang berlari tampak terlihat nyata dan seolah-olah saat itu Basoeki Abdullah hadir disana dan melukis peperangan tersebut.
Tentunya saat itu Basoeki Abdullah tidak berada di lokasi terjadinya perang tersebut.
Terlebih lagi dalam mereka paras Sang Pangeran.
Kemungkinan citra-citra tersebut ditangkap dan disampaikan dalam kanvas karena sebagai keturunan Kerajaan Mataram, Basoeki Abdullah, yang semasa kecil hidup di lingkungan kesultanan Yogyakarta dan Surakarta , mendapatkan cerita dan penggambaran sosok Pangeran Diponegoro dari lingkungan dua istana tersebut lebih daripada masyarakat umum saat itu.
Sebagai sebuah karya, lukisan Diponegoro Memimpin Pertempuran ini terasa begitu heroik.
Sehingga menimbulkan semangat kebangsaan saat meresapinya.
Gestur tubuh Pangeran Diponegoro dengan keris, sebuah senjata tradisional asli Indonesia yang terpampang di tubuh bagian depan Sang Pangeran menyiratkan suatu keyakinan, keteguhan, dan tujuan yang jelas dalam peperangan tersebut, yakni berani menentang dan dan mengenyahkan penjajahan yang dilakukan Belanda di Pulau Jawa (Indonesia).
Cita-cita tersebut juga turut dipertegas dengan pakaian ulama berwarna putih bersih yang dikenakan Pangeran Diponegoro, yang menyimbolkan niat mulia dan hati yang bersih dalam memimpin perjuangan dalam pertempuran melawan Belanda.
Baca juga: Atta Halilintar Ingin Beli Lukisan Raden Saleh Milik YouTuber Nomor 1 di Bali
Semangat perjuangan pun semakin dipertegas oleh Basoeki Abdullah dengan penggambaran latar belakang lukisan yang berupa kobaran api yang dapat diinterpretasi sebagai semangat perjuangan Pangeran Diponegoro yang tak pernah padam dalam melawan penjajah.
Selain itu momen ketika Pangeran Diponegoro menaiki kuda yang berlari di tengah kobaran api juga dapat menunjukan keteguhan hati Sang Pangeran dalam perjuangan untuk mengusir penjajah, meskipun begitu banyak aral rintangan yang menghadang.
Sedari kecil Basoeki Abdullah adalah sosok yang sangat mengagumi tokoh-tokoh yang berjuang untuk kemerdekaan bangsa dan negaranya, salah satunya adalah Pangeran Diponegoro.
Pahlawan yang telah menjadi bagian hidup dari perjalanan sejarah Bangsa Indonesia ini sedikit banyak telah menginspirasi Basoeki Abdullah dalam berkarya.
Selain tentunya kekaguman Beliau akan kegigihan Pangeran Diponegoro yang pantang menyerah menentang penjajahan Belanda.
Lukisan Diponegoro Memimpin Pertempuran karya Basoeki Abdullah menggambarkan sosok Pangeran Diponegoro dengan pakaian dan memakai sorban dengan warna putih kecoklatan.
Serta menyertakan keris yang berada di bagian depan, bukan tersembunyi di belakang.
Baca juga: Dea OnlyFans Tercatat Menjadi Mahasiswi di Universitas Diponegoro, Dosen: Ramai Kalau Saya Komentar
Selain itu digambarkan Pangeran Diponegoro sedang menunggangi kuda berwarna hitam yang berlari kencang dengan tangan yang menunjuk dengan jelas arah tujuan dan dipertegas dengan tatapan mata yang tajam.
Lukisan Pangeran Diponegoro karya Basoeki Abdullah bukan hanya sekadar benda estetika belaka.
Goresan tangan Basoeki Abdullah tersebut telah menginspirasi banyak pihak sehingga sampai detik ini kita dapat mengetahui sosok Pangeran Diponegoro dan meneruskan semangat perjuangannya melalui buku-buku sejarah, dan bahkan pada patungnya yang terletak di kawasan Monumen Nasional.
Lebih dari pada itu, melalui lukisan ini Basoeki Abdullah menyampaikan semangat perjuangan yang tak akan pernah padam dalam berjuang demi kemerdekaan, hingga titik darah penghabisan.
Nilai inilah yang sebenarnya merupakan harta warisan yang sesungguhnya dari lukisan tersebut, yang ingin dibagikan kepada seluruh generasi yang hingga kini menyaksikannya seperti dilansir dari museumbasoekiabdullah.or.id
Selain melukis Pangeran Diponegoro yang fenomenal, Basoeki Abdullah juga melukis Nyi Roro Kidul, penguasa laut Pantai Selatan.
Karya ini diketahui ia buat setelah menginap di hotel kawasan Pelabuhan Ratu, Jawa Barat.
BIOGRAFI Basoeki Abdullah
Basoeki Abdullah atau Basuki Abdullah adalah maestro lukis Indonesia asal Surakarta kelahiran 27 Januari 1915 menorehkan banyak prestasi.
Basuki Abdullah merupakan pelukis beraliran realis dan naturalis, yang pernah memenangi sayembara melukis Ratu Juliana pada 1948, mengalahkan 87 pelukis Eropa.
Ia pun sempat dipilih oleh Presiden Soekarno sebagai pelukis langganan istana.
Berkat keahliannya dalam bidang seni lukis, Basuki Abdullah mendapatkan panggilan untuk melukis raja, kepala negara, dan mengadakan pameran lukisanya di mancanegara, seperti di Singapura, Italia, Portugal, Inggris, dan beberapa negara lainnya.
Peran Basuki Abdullah dalam kancah Internasional itu membuatnya disebut sebagai duta seni lukis Indonesia.
Baca juga: Serial Anya Geraldine Masuk Episode Terakhir, Refal Hady Unggah Foto Lukisan Ini
Ia merupakan putra dari pelukis pertama Indonesia abad ke-20, Abdullah Suriosubroto, sekaligus cucu Wahidin Sudirohusodo, tokoh kebangkitan nasional.
Sejak usia empat tahun, ia menunjukkan bakat dan kegemarannya akan melukis.
Basuki kecil telah melukis beberapa tokoh ternama, seperti Mahatma Gandhi, Rabindranath Tagore, Krishnamutri, dan beberapa lainnya.
Basuki sempat bersekolah di HIS Katolik dan MULO Katolik di Solo.
Kemudian, pada 1933, ia mendapat beasiswa untuk belajar di Akademik Seni Rupa di Den Haag, Belanda.
Ia menyelesaikan studinya pada 1936 dan mendapat penghargaan Sertifikat Royal International of Art (RIA).
Setelah bersekolah di Belanda, Basuki melanjutkan studinya di beberapa sekolah seni rupa di Eropa, seperti di Paris dan Roma.
Seperti ayahnya, Basuki Abdullah tumbuh menjadi pelukis Mooi Indie Indonesia yang sangat menonjol, bahkan mengangkat tema yang lebih luas.
Pada 1939, karya yang telah dihasilkan oleh Basuki Abdullah di Eropa dibawa ke Indonesia untuk dipamerkan.
Pameran itu dilakukan di beberapa kota, di antaranya di Surakarta, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Jakarta, Bandung, dan Medan.
Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, ia bergabung dalam organisasi Putera atau Pusat Tenaga Rakyat yang dibentuk pada 19 Maret 1943.
Dalam organisasi ini, ia bertugas sebagai guru seni lukis.
Beberapa muridnya adalah Kusnadi dan Zaini.
Baca juga: Refal Hady Diam-diam Pandangi Lukisan Wajah Anya Geraldine, Emoji Hati Tersemat
Selain itu, Basuki juga aktif dalam Keimin Bunka Shidoso (Lembaga Kebudayaan buatan Jepang) bersama maestro pelukis lainnya, yaitu Affandi, S Sudjojono, Otto Djaya, dan Basuki Resobowo.
Selama masa kemerdekaan hingga beberapa tahun setelahnya, Basuki diketahui tinggal di Eropa dan aktif menggelar pameran di Belanda dan Inggris antara 1945-1949.
Pada 1948, dilakukan sayembara melukis saat penobatan Ratu Juliana di Belanda.
Basuki menjadi salah satu pesertanya. Bahkan, Basuki berhasil memenangkan sayembara melukis Ratu Juliana, mengalahkan 87 pelukis Eropa yang menjadi peserta dalam kompetisi tersebut.
Sejak saat itu, namanya semakin mencuat.
Pada 1949, ia sempat melukis Bung Hatta, M. Roem, dan Sultan Hamid II, dalam rangka Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda.
Basuki Abdullah terkenal dengan lukisan potret.
Selain itu, ia juga senang menggambar pemandangan alam, flora, dan fauna. Karya Basuki Abdullah berhasil membuat banyak pihak terkesima.
Ia pun mendapatkan panggilan untuk melukis raja, kepala Negara, dan mengadakan pameran lukisannya di beberapa negara.
Pameran tunggalnya pernah diselenggarakan di Singapura (1951 dan 1958), Italia (1955), Portugal dan Inggris (1956), Malaysia (1959), Jepang (1959), dan Thailand (1960).
Basuki Abdullah juga pernah mendapatkan penghargaan dan menjadi pelukis istana kerajaan Thailand.
Bahkan, total ada sekitar 22 negara yang memiliki lukisan karyanya. Berkat perannya dalam mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional, Basuki Abdullah disebut-sebut sebagai duta seni lukis Indonesia.
Ia pun dipilih oleh Presiden Soekarno sebagai pelukis langganan istana.
Baca juga: Potret Lukisan Terbaru Anya Geraldine, Kekasih Nadif Zahiruddin Sebut Sempat Stres Mengerjakannya
WAFAT
Setelah menghabiskan banyak waktunya di luar negeri, Basuki Abdullah kembali ke Indonesia pada 1974 dan sejak itu menetap di Jakarta.
Ia menjadi salah satu pelukis terkenal di era Orde Baru yang banyak menghasilkan karya berupa pemandangan, potret tokoh dan berbagai lukisan dengan tema mitologi.
Pada 5 November 1993, Basuki ditemukan sudah tidak bernyawa di kediamannya di Cilandak, Jakarta Selatan.
Basuki Abdullah meninggal karena dibunuh oleh perampok yang masuk ke dalam rumahnya.
Tragis, dalang di balik aksi perampokan tersebut adalah Wahyudi, mantan tukang kebunnya.(TribunBatam.id) (Kompas.com/Verelladevanka Adryamarthanino)
Sumber: Kompas.com