BATAM, TRIBUNBATAM.id - Data dari sejumlah negara industri menunjukkan bahwa kecelakaan saat kerja menyebabkan hilangnya 71 juta jam waktu produktif dan kerugian laba sebesar 340 miliar rupiah.
Oleh karena itu pentingnya pemahaman terhadap budaya K3 harus ditanamkan oleh perusahaan kepada para pekerjanya.
Strategi apa yang dapat dilakukan untuk mencegah kecelakaan kerja? Bagaimana agar penerapan budaya K3 dapat berjalan dalam setiap kegiatan usaha?
Lalu apa yang ingin dicapai dari penerapan budaya K3 bagi pemerintah dan bagi dunia industri saat ini?
Kali ini akan dibahas bersama Kepala Bidang Ketenagakerjaan Dinas Tenaga dan Transmigrasi Provinsi Kepri, Said Muhammad Idris, atau di singkat dalam naskah (SMI), perwakilan Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Lepas Pantai Indonesia Kepulauan Riau (Iperindo-Kepri), Jovan, atau di singkat dalam naskah (J).
Dan perwakilan Batam Shipyard & Offshore Association (BSOA) Hendro Hartanto, atau di singkat (HH).
Berikut wawancara eksklusif Tribun Batam Podcast (Tripod) bersama tiga narasumber edisi Jumat (3/2/2023).
Tribun Batam (TB): Apa enak dan risiko berkerja di shipyard dan offshore?
Jovan (J): Setiap pekerjaan tentunya ada risiko, kalau dibilang enak kerja di shipyard untuk gaji itu memang lebih tinggi di atas UMK untuk bagian welder dan fitter. Namun dengan gaji yang di atas UMK pekerjaan itu sangat berisiko tinggi dengan kecelakaan yang dapat terjadi kapanpun saja.
Itulah kami dari departement ada yang namanya safety yang sangat penting diterapkan di shipyard ataupun offshore. Di shipyard sebenarnya selain kualitas pekerjaan dan kecepatan dalam bekerja yang paling di utamakan adalah safety.
Karena kalau tidak mengutamakan safety itu sangat bahaya bisa kecelakaan dan hal-hal yang tidak diinginkan. Walaupun sudah ada safety memang seiring berjalan kami melihat ada beberapa shipyard yang kecelakaan.
Kemudian sebelum memulai pekerjaan di shipyard itu ada Induction fungsinya untuk mempresentasikan kepada para karyawan lapangan hal yang harus diperhatikan sebelum bekerja termasuk APD dan alat safety lainnya.
Hendro Hartanto (HH): Poin pertama tadi masalah gaji sebenarnya gaji kerja di shipyard itu relatif tergantung dari skil yang di miliki para karyawan tersebut dan proyek yang dikerjakan.
Sementara risiko dimanapun tentunya ada risiko yang paling penting bagaimana caranya agar kita meminimalisir terjadinya risiko menjadi nol.
Pada dasarnya kita harus punya mindset yang benar dalam artian semua insiden bisa di minimalisir tujuannya zero incident clear. Mulai dari manajemen hingga kebawah semua harus punya mindset yang sama.
Kemudian komitmen manajemen dalam mendukung K3 ini sangat penting, karna berkerja satu tim yang di butuhkan adalah solid.
TB: Bagaimana Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) memberlakukan K3 di perusahaan yang ada?
Said Muhammad Idris (SMI): Memang kalau dari pihak BSOA dan Iperindo sangat berkomitmen. Jadi sesuai dengan kebijakan Kementerian Ketenagakerjaan mulai dari 12 Januari hingga 12 Februari itu ditetapkan sebagai bulan K3 Nasional.
Setiap tahunnya itu menjadi kegiatan rutin, namun di tahun ini memang banyak terobosan yang lebih banyak rangkaian kegiatannya dan puncak pelaksanaannya di 6 Februari mendatang.
Budaya K3 kita mau kedepannya seluruh tidak hanya di perusahaan dan pemerintahan saja, namun di masyarakat umum juga bagaimana menebarkan virus bahwa safety itu penting hingga menjadi habit atau kebiasaan.
Kita berharap Kepri di tahun ini ingin menjadi Pioner di tingkat Internasional.
TB: Sejauh mana K3 menjadi habit di galangan offshore?
HH: Dalam membantu kami menggunakan konsultan untuk mengimprove program K3 dan bekerjasama dengan Ducon Contruction Solution yang kami kemas menjadi satu program yang dikemas dari kepatuhan berdasarkan employer menjadi value.
Kemudian kami juga diskusi bersama karyawan seminggu sekali dan itu rutin di lakukan.
J: Kami juga melakukan hal yang sama setiap hari Kamis kami mengumpulkan semua pekerja yang tidak pernah di lewatkan, termasuk perihal safety.
Termasuk setiap apel berulang kali kami selalu mengingatkan bahwa safety sangat penting, dan safety harus dimulai dari diri sendiri.
TB: Bagaimana diskusi antar perusahaan terkait keselamatan kerja?
J: Setiap bulan kami ada memanggil beberapa subkontraktor berdiskusi terkait safety atau rapot terhadap kinerja masing-masing pekerja.
Jadi kinerja safety itu setiap hari harus berkeliling untuk melihat pekerja lapangan mana yang kurang disiplin akan safety, walaupun tidak ada yang komplain tapi kami langsung tegur atau buat catatan. Sehingga yang paling penting itu remember atau notice untuk orang yang sudah melanggar.
TB: Dari pemerintah apakah ada pengawasan yang dilakukan secara rutin?
SMI: Sejak undang-undang 23 bahwa segala pengawasan ada di Provinsi, jadi kalau dari objek yang kita awasi memang cukup banyak dibanding dengan pengawas kita yang baru ada 37 orang seKepri.
Artinya dari sisi personel memang kita terbatas, tapi sesuai Permenaker kita di atur minimal lima perusahaan dalam sebulan untuk di lakukan pembinaan dan pemeriksaan itu.
Namun untuk shipyard di Batam ada kiranya tiga bulan bahkan lima bulan sekali pengawas masuk kesini. Tapi kalau ada kasus kita langsung turun atau pengaduan, kita juga punya komitmen yang selama ini sudah dilakukan pemerintah di review kembali.
Kita menginisiasi dua tahun kedepan ingin Kepri menuju provinsi K3, oleh karna itu kedepannya bahwa kepri K3 number one dan ketika ingin berinvestasi dilihat dengan safety yang aman justru meyakinkan para investor untuk datang ke Kepri.
TB: Apakah semua perusahaan yang bergabung dalam Iperindo itu semua sudah zero incident?
J: Memang kalau kita lihat kebelakang memang ada zero incident dan ada juga yang incident, namun kami sangat mengapresiasi langkah yang dilakukan pasca incident cukup kongkrit. Mulai dari safety yang dilakukan bersama Dinas Ketenagakerjaan.
TB: Apa saja insiden yang sering terjadi?
J: Insiden itu banyak. Kadang memang ada gas yang meledak, kapal terbalik, ada juga karena safety dari tali yang kurang kuat sehingga pekerja jatuh dan cukup banyak kecelakaan lainnya.
Tapi kalau dilihat beberapa tahun terakhir dengan dukungan pemerintah cukup bagus. Kita juga sudah melakukan beberapa seminar dan sekarang sangat minor bahkan tidak ada.
Shipyard dan offshore itu banyak belajar dari pengalaman tujuannya untuk menghindari terjadinya kecelakaan di masa depan.
TB: Potensi kecelakaan kerja di shipyard dan offshore, apa antisipasi yang dilakukan?
HH: Paling penting itu lingkungan, simpelnya lingkungan kerjanya yang aman. Setiap pagi juga dilakukan meeting sedangkan pekerjaan yang spesifik dilakukan di ketinggian adanya navigation.
Untuk mengecek terlebih dahulu pekerjaan dengan ketinggian guna berhasil.
TB: Menindaklanjuti insiden yang terjadi apa yang dilakukan pemerintah?
SMI: Semua ada regulasinya, di perusahaan itu sudah kami lihat dari pengawasan. Ketika perusahaan terjadi kecelakaan dan tidak melapor 2x24 dan kami punya sanksi pidana.
Terkait ini dari pemerintah sudah punya komitmen tinggal bagaimana pengawasannya dari subcon-subcon yang ada.
Termasuk memberikan layanan jaminan kesehatan maupun ketenagakerjaan masing-masing pekerja di kemudian hari.
TB: Misalnya dalam shipyard atau offshore adanya insiden, apa langkah praktis yang dilakukan oleh manajemen?
HH: Kalau dari pemerintah itu 2x24 jam, kalau di internal kami itu harus 1x24 jam wajib dilaporkan sekecil apapun insiden maupun aksiden
Aksiden itu adalah kecelakaan dalam bekerja yang menyebabkan kerugian dari anggota badan, sedangkan Insiden adalah hal-hal yang hampir terjadi aksiden misalnya di objek pengerjaan pemasangan pipa yang jatuh namun tidak ada korban.
Dan itu nantinya dilakukan diskusi untuk semua pekerja dengan memberikan solusi kedepannya agar meminimalisir terjadinya kecelakaan atau zero accident and incident.
TB: Kecelakaan yang terjadi sering di subcon, apakah dari mainsubtraktornya ada standarisai tertentu termasuk K3?
J: Memang yang sering terjadi di subcon, yang dibutuhkan adalah komitmen yang dilakukan agar safety dan OPD lainnya di gunakan agar tidak terjadi kelalaian.
Sebenarnya kita sudah lalukan induction, namun dari pekerja itu tidak di pungkiri mereka ada beberapa yang menganggap remeh terkait safety.
Dengan begitu, kami disini membutuhkan peran pemerintah untuk menggelar seminar-seminar.
TB: Sanksi untuk main kontraktor ke subkontraktor yang sering tidak memperhatikan safety?
J: Ada, kami ada dalam sebulan sekali itu laporan dari safety dari masing-masing subkontraktor. Biasanya kami memberi ada empat kali peringatan, namun apabila peringatan yang diberikan sudah lebih dari empat kali mau tidak mau subkontraktor itu harus keluar dari PT.
HH: Kami selalu menempatkan subkon sama seperti karyawan kami, kalau salah ya diberi warning kita lakukan itu baik karyawan maupun subkon.
Kalau di perusahaan lain ada empat kali, kalau di kami hanya tiga kali teguran.
TB: Keuntungan apa yang didapat perusahaan apabila sudah diterapkan K3 secara ketat?
HH: Otomatis K3 sudah bagus pasti kinerja dan karyawan juga bagus. Moral juga pasti akan meningkat, mereka mempunyai kepercayaan berkerja disini selamat atau aman.
Kemudian investor akan datang, secara tidak langsung safety atau keselamatan itu sangat penting. Safety ini juga berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi.
J: Dampak positif safety terhadap PT itu sangat besar khususnya produktivitas dalam pembangunan kapal, para pekerja akan mempunyai feeling mereka bekerja dilingkungan yang aman dan pastinya lebih fokus.
Selain itu para pekerja ini juga mendapatkan dukungan penuh dari keluarga, sehingga kami punya motto pekerja harus balik ke keluarganya masing-masing malam itu juga.
Sehingga apabila segala sesuatu yang didukung keluarga pasti akan berdampak yang baik juga terhadap perusahaan tidak hanya shipyard maupun offshore.
PT akan maju dengan adanya safety number one, tanpa adanya safety perusahaan tidak akan maju.
TB: Target pemerintah provinsi dalam memberlakukan zero incident?
MSI: Mempunyai pandangan persepsi yang sama, oleh karenanya di lingkungan tempat kerja dari SOPnya harus mempunyai komitmen yang sama.
(TRIBUNBATAM.id / Yeni Hartati)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google