TRIBUNBATAM.id - Sekolah negeri selalu menjadi rujukan orang tua ketika hendak mendaftarkan anaknya menempuh pendidikan.
Alasannya sangat praktis pragmatis, karena uang sekolah terbilang murah.
Atas alasan itu pula orang tua kemudian membandingkan sekolah negeri dengan sekolah swasta.
Tetapi apakah kualitas sekolah swasta tertinggal dari sekolah negeri ?
Untuk mendapatkan sesuatu yang berkualitas, tentu banyak hal mesti diperjuangkan termasuk soal keuangan.
Lantas, bagaimana kualitas sekolah swasta bersaing dengan sekolah negeri ?
Lewat Tribun Batam Podcast Edisi Hot News Corner Rabu, 7 Juni 2023, Ketua Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS) Kota Batam Muhammad Raihan dan Sekretaris BMPS Kota Batam Dian Nursaleh Budi menjadi narasumber.
Keterangan: Tribun Batam = TB
Ketua Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS) Kota Batam Muhammad Raihan = MR
Sekretaris BMPS Kota Batam Dian Nursaleh Budi = DN
TB: Bagaimana menurut bapak pengelolaan antara sekolah swasta dan sekolah negeri khususnya di Batam?
Mungkin pertama saya arahkan ke Pak Raihan.
MR: Sedikit ingin saya sampikan kepada orang tua murid Kota Batam, kenapa harus bondong-bondong ke sekolah negeri padahal di sekolah swasta itu jauh lebih baik.
Contoh bahasa Inggris dibandingkan jauh lebih baik di swasta dari pada negeri.
Coba dilihat negeri apakah ada guru mandarin kan gak ada, jadi kenapa orang tua harus ke negeri.
Bagi orang tua yang mampu dan cerdas saya sarankan ke swasta saja lah yang negeri itu kita kasih kesempatan bagi warga Batam yang kurang mampu.
Tapi kalau orang tua yang bertanggung jawab dan mampu ke swasta saja, kenapa harus sampai berdesak-desakan ke negeri.
TB: Seperti apa program dari BMPS dalam memperjuangkan agar masyarakat mau memilih mendaftarkan anaknya ke sekolah swasta?
MR: Mungkin kalau program bisa dikatakan swasta juga cukup banyak miliki dan negeri tidak miliki.
Seperti esco bahasa inggris dan lain-lainnya.
Namun ini tergantung pemerintah lagi.
Memang kita patut berterima kasih dengan pemerintah yang sudah bertanggungjawab atas sistem pendidikan pelajar.
Tapi jujur saya sedikit kecewa, pembagian romble satu kelas bisa sampai 50 - 60 murid, bahkan sampai dibuat dua shift.
Kalau begini pendidikan di negeri ini mau jadi apa, kadang-kadang gurunya pun sampai gak hafal nama muridnya.
Lalu bagaimana mutu pendidikannya bisa bagus, inikan sudah tidak terjamin lagi.
Saya harap pemerintah bisa membuat sistem masuk sekolah yang efektif, kasihan kalau begini mampu atau tidak mampu kualitas pendidikan di sekolah negeri ini begitu rendah.
Sistemnya kan bisa dibuat kalau keluarga mampu bisa dibuat ke swasta, supaya swasta bagus dan negeri pun bagus tidak berebutan seperti sekarang ini.
Sebeneranya dengan kehadiran sekolah swasta ini pemerintah bisa dikatakan terbantu loh.
TB: Tapi kenapa sekolah swasta ini sebagian tidak begitu dilirik oleh masyarakat, istilahnya dipandang sebelah mata.
Kira-kira apa trik atau apa yang harus dilakukan oleh sekolah swasta?
DN: Kalau untuk program-program yang ada di BMPS ya, kita dasarnya itu merupakan perkumpulan sekolah-sekolah swasta yang berupaya meningkatkan mutu pendidikan sekolah swasta khususnya di Batam.
Kemarin kita baru saja gelar event pameran BMPS lalu ada lomba juga.
Banyak hal lah yang kita buat di BMPS untuk membangun sekolah-sekolah swasta di Batam.
Terkait program kita berikan kebebasan kepada masing-masing sekolah untuk mengembangkan program pendidikannya.
Program berkualitas sekolah swasta ini terbilang cukup banyak, salah satunya lengkapnya program ekstrakulikuler renang, musik, dance.
Fasilitas olahraga kita juga lengkap seperti lapangan basket, sepak bola, badminton, futsal seperti itu.
Untuk akademik misalnya kita ada kursus bahasa inggris dan bahasa mandarin.
Kursus ini bisa dikatakan program unggulan kenapa, kalau kita bandingkan tadi banyak orang tua berbondong-bondong mendaftarkan anaknya ke sekolah negeri, itu karena murahnya.
Tapi kalau kita hitung-hitung sebenarnya lebih murah swasta, coba kita hitung-hitung kalau mau kursus renang berapa biayanya, lalu kursus bahasa mandarin coba berapa biayanya kalau di luar sekolah.
Nah kalau di swasta itu digratiskan loh pak.
Jadi kalau dikalkulasikan itu biaya di swasta lebih murah dibandingkan negeri.
TB: Terkait program-program sekolah swasta yang tidak dimiliki sekolah negeri. Contohnya seperti apa pak yang lebih spesifik?
Lalu ke depannya ada gak kira-kira program lanjut pendidikan ke luar negeri?
DN: Mungkin pertama dari mata pelajaran dan kurikulumnya.
Di sekolah swasta menetapkan program hiling wall yang menerapkan dua kurikulum nasional dan internasional, bukunya pun menggunakan buku internasional dan nasional plus.
Contohnya di SD itu ada memakai met dan kemudian sains dan english.
Nah itu tidak dimiliki oleh sekolah negeri, itu merupakan salah satu faktor kenapa kemampuan bahasa Inggris di swasta nasional plus itu lebih unggul dibandingkan dengan sekolah negeri.
Kemudian untuk lainnya, sekolah swasta itu lebih memperhatikan anak atau siswa.
Kita bisa lihat dari jumlah siswa, dimana jumlahnya kita batasi 20-25 per kelas, karena dengan fungsi tidak terlalu banyaknya jumlah siswa ini akan meningkatkan kualitas mutu pendidikan.
Coba saja bandingkan dengan kita mengajar 40 - 60 siswa, tingkat konsentrasinya tentu akan terganggu karena panas dan ramai sehingga serapan ilmu itu menjadi terbatas.
Selain itu, sekolah swasta banyak juga yang memperhatikan tentang kesehatan, ada kliniknya bahkan ada sekolah di klub itu mewajibkan siswanya makan buah dan sayur. Imbauan ini kan sangat penting untuk pertumbuhan dan kesehatan anak.
TB: Kalau saya lihat sekolah-sekolah swasta ini memang banyak yang unggul, tetapi saat ini kan BMPS wadah seluruh sekolah swasta.
Kira-kira bagaimana konsep yang dibuat oleh BMPS sehingga sekolah yang sulit mendapatkan siswa bisa terpenuhi?
DN: Jadi saran untuk sekolah swasta lainnya yang saat ini mungkin penerimaan siswa barunya masih sedikit.
Pertama harus tingkatkan kualitas, karena kalau sudah baik orang tua siswa itu pasti akan mencari tempat pendidikan yang berkualitas.
Kedua tingkatkan promosinya juga, karena kalau pun kualitas bagus tapi tidak ada yang tahu tentu tidak ada yang datang.
Lalu ketiga adalah terobosan baru yang berbeda dari sekolah-sekolah lain, mengapa ini penting, karena banyak orang tua itu ketika tahu hal itu sama dengan sekolah lain juga tidak menarik minatnya.
Sementara kalau berbeda kan wow bagus, itu yang akan menjadi daya tarik tersendiri bagi orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya ke swasta.
TB: Kalau melihat kebijakan pemerintah saat ini terhadap dunia pendidikan dalam hal pendaftaran siswa gimana, Pak?
DN: Nah kalau untuk pemerintah, mungkin ini sedikit saran ya terkait penerimaan siswa baru ini jangan lah semuanya diterima tapi setidaknya adalah batasannya berapa sih.
Kalau memang kouta kelasnya itu hanya misalnya 35 orang, ya jangan lah ditambah atau dipaksa lebih, kasih lah ke swasta.
Karena antara swasta dan negeri kan sama-sama tujuannya untuk mencerdaskan anak bangsa.
TB: Ini mungkin jadi berat perjuangan BMPS, mungkin dari Pak Raihan bisa menjawab terkait kouta penerimaan di sekolah swasta.
Kira-kira berapa dan memungkinkan tidak selisihnya dengan daya tampung sekolah negeri?
Lalu kedua, saat ini karena musim politik kita sering dengar ada mengadu ke pimpinan daerah atau anggota dewan untuk memasukkan anaknya ke sekolah negeri.
Kira-kira melihat hal itu gimana siasat BMPS?
MR: Saya kira kalau untuk di swasta berapa banyak pun orang tua mendaftarkan anaknya saya kira mampu ditampung.
Bahkan sekali pun tutup sekolah negeri, swasta siap nampung, karena manajemen swasta ini jelas dan ada planning ke depan.
Terkait politik itu, pilih lah saya nanti akan saya jamin masuk ke sekolah ini atau itu, kan ini tidak bisa digitukan.
Politik jangan dibawa-bawa ke sekolah, anak sekolah kalau dipolitikkan mau jadi apa.
Untuk saran saya sih anggota dewan tidak perlu lah mengurus sampai ke ranah itu.
Tapi hal ini tidak hanya berlaku di sekolah negeri saja, di kita sekolah swasta juga ada.
Contoh orang tua siswa berhutang SPP sampai 3 - 6 bulan, datang dewan kenapa tidak digratiskan, ini gimana gitu loh kan jadi terlalu jauh.
Boleh berpolitik tapi jangan dibawa-bawa ke anak sekolah lah.
TB : Ada yang menarik ini pak, satu kekhawatiran masyarakat yang kurang mampu misalnya, mereka tidak memilih swasta karena mungkin biaya tinggi jadi muncul pemikiran untuk mendaftarkan anaknya ke sekolah negeri.
Pertanyaannya apakah ada kebijakan kouta bagi masyarakat yang kurang mampu itu pak ?
MR : Kalau untuk swasta susah ya. Namun saya kira kebijakan itu pasti juga ada, mungkin secara diam-diam.
Misalnya ada yang gak mampu 1 -2 bulan tidak bayar SPP ya diikhlaskan saja mau diapain lagi.
Itu kebijakan internal lah bisa saya katakan.
Lalu kalau misalnya ada kebijakan diskon atau keringanan tidak bisa, kalau diumumkan semua orang pasti mengaku miskin pak.
Jadi kalau ditanya apakah ada kebijakan bagi kurang mampu saya kira swasta ada, hanya secara internal lah bisa memaklumi kondisi keluarga sehingga pembayaran SPP dilakukan secara mencicil.(TribunBatam.id/Noven Simanjuntak)
Tayangan lengkap edisi Tribun Batam Podcast bisa Anda lihat DI SINI.