TRIBUNBATAM.id, BATAM - Tribun Batam Podcast kali ini menghadirkan Zafira Puan Adelin.
Ia merupakan mahasiswi asal Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) yang mengambil studi dari SMA hingga kuliah keluar negeri, tepatnya di Korea Selatan.
Negeri ginseng yang banyak jadi incaran orang Indonesia di masa kini.
Seperti apa ceritanya?
Berikut petikan wawancaranya.
TB: Sebelum mengulik jauh pengalaman studi di Korea, bisa ceritakan profilnya!
Z: Oke, halo Tribunners, namaku Zafira Puan Adelin, saat ini saya berumur 19 tahun.
Saat ini juga sedang dan akan menempuh pendidikan tinggi kuliah di University DGIST Korea.
Baca juga: Kunjungan Mahasiswa UIB ke Pesantren Panti Asuhan Al-Aqsho Batam
Sebelumnya aku merupakan siswi SMA, namanya Korea Science Academy of KAIST (KSA), angkatan 2021 dan baru lulus tahun ini.
Tentang hal lain, saya anak kedua dari dua bersaudara, saya punya Abang yang saat ini kuliah di UGM (Universitas Gadjah Mada).
Saya suka musik dan juga senang belajar STEAM.
Bisa dijelaskan, bagaimana kisahnya Zafira bisa sekolah hingga kuliah di Korea?
Banyak banget pertanyaan disampaikan ke saya soal itu, apalagi masih SMA, biasanya jarang ya beasiswa keluar negeri diberikan pada jenjang SMA kan.
Nah kebetulan beasiswa yang aku ambil ini langsung dari SMA-nya sendiri di Korea, yaitu beasiswa Science of KAIST.
Dimana memang setiap tahun mereka buka kuota untuk international student, yang mau sekolah di Korea dan mereka semuanya ngasih full scholarship, kecuali personal advanced kayak kebutuhan pribadi.
Baca juga: Kapolda Kepri Irjen Yan Fitri Bersorak Setelah Timnas Indonesia Kalahkan Korsel
Flight tiket, itu mereka nggak tanggung, tapi selain itu kayak tempat tinggal, makanan bahkan personal development kita seperti study tour ke luar negeri terus research juga 1 tahun full yang sebenarnya mirip-mirip kayak skripsi lah ya kalau di Indonesia gitu mereka support banget.
Terus enggak cuman itu juga tapi mereka juga ada exchange dimana schoolnya banyak, ada di UK ada di Hongkong di Singapura gitu.
Nah kemarin aku juga sempat ke Hongkong, Januari 2024 VZ ke salah satu STEAM schoolnya yang namanya Allan Young, di sana kita satu mingguan sih.
TB: Apakah study keluar negeri keinginan sendiri atau bagaimana?
Z: Ya, benar keinginan sendiri. Jadi dari awal itu apply sendiri tahun 2020, sekitar akhir tahun 2020 akhir, saya daftar, isi dokumen dan proses.
Setelah dokumen, wawancara, wawancaranya ada dua, yakni wawancara bahasa Inggris dan wawancara matematika.
Pada wawancara Bahasa Inggris, saya ditanya beberapa hal, kayak motivasinya apa, pernah punya pengalaman organisasi apa, intinya tentang diri kita lah.
Kemudian wawancara Matematika, di situ kita dikasih waktu ngerjain soal yang mereka kasih, ada sekitar 8 atau 10 soal gitu dan kita kerjain selama waktu yang ditentukan, seingatku hampir 2 jam mengerjakannya.
Baca juga: Piala Asia 2023 - Kalahkan Jepang, Pelatih Iran Sindir Jordania dan Korsel
Setelah itu guru pengujinya ngecek jawaban kita, mereka baca jawaban kita, mereka lalu menanyakan, ditanya kenapa jawaban kita begini, kenapa memilih metode ini menjawab soalnya.
Kenapa nggak metode yang lain, terus apa background Kamu kenapa pakai metode yang ini.
Jadi mereka pengen tahu how is think, bukan cuman menjawab soalnya.
TB: Berarti ujiannya terbilang ketat banget ya, tak semudah dibayangkan.
Z: Iya, benar, apalagi peminat program ini juga banyak banget, persaingannya sangat ketat, dan mereka harus benar-benar seleksi karena Korea Science of Academy ini bukan sekolah sembarangan juga di Korea.
Ini termasuk salah satu sekolah yang bahkan orang Koreanya sendiri berlomba-lomba bagaimana caranya untuk masuk ke situ.
TB: Emang di SMA tersebut berapa kuota untuk internatunal studentnya berapa?
Z: Per tahun, approxymitly 15, tapi di angkatanku sekitar 8, 9 orang yang lolos
TB: Dari Indonesia sendiri berapa?
Z: Ada 2 orang, satu saya sendiri, dari Provinsi Kepulauan Riau, satu dari Provinsi Jambi.
TB: Bagaimana ceritanya ortu bisa mengizinkan kamu di usia remaja SMA ke luar negeri?
Z: Jadi memang sebenarnya dari SD mama saya itu udah plan gimana kita SMA nya di luar negeri.
Dari SD itu udah kita udah build porphotofolio, build CV, ikut-ikut lomba, terus juga harus cari minat kita apa ya, karena kan kita harus punya specialty nice gitu yang kita sendiri.
Misalnya dance, atau bermain musik, kalau saya sendiri bermain musik biola, jadi memang dari dulu itu udah dipersiapkan.
Kita juga sedari kecil udah cari tahu daftar ke luar negeri gimana, prosesnya apa aja, dokumen apa aja yang diperlukan.
Seperti itulah background story mencari beasiswa buat ke luar negeri, prosesnya bukan sebulan 2 bulan, tapi jauh-jauh hari sudah dipersiapkan, dari SD bahkan sampai baru daftarnya setelah lulus SMP, jadi take fery long time sebenarnya.
Mama saya juga memang concern agar kita study abroad, beliau oramgnya suka traveling, pokoknya kita satu keluarga itu semua suka traveling.
Jadi dari mama selalu push untuk memotivasi Fira agar bisa sekolah di luar negeri.
Sebenarnya sih, setelah kita sekolah di luar negeri bukan semata ilmunya ya, karena kalau mau kemana pun menurut saya ilmunya sama, gak mungkin kan matematika di Indonesia 1+1 =2 trus di Korea 1+1=3, kan gak mungkin, semuanya pasti sama di manapun.
Tapi yang membedakan itu networking-nya, trus eksposure kita ke internasional culture, terus menghadapi diversity itu bagaimana, pasti di luar negeri itu banyak orang yang lebih dari kita dan bikin kita push untuk mengikuti mereka.
TB: Boleh tahu, kenapa sih pilihan studinya di Korea, kenapa tidak negara lain? Apa yang spesial dari Korea?
Z: Sebenarnya kalau untuk SMA memang limited banget ya opportunity-nya, nggak semua negara itu memberikan kesempatan.
Kebetulan di tahun itu cuman Korea yang buka pendaftaran untuk yang ada opportunity untuk SMA di sana, dan juga full scholarship pastinya ya, kayak pengennya sekolah gratis, sekolah gratis gitu, jadi coba dech daftar kesana.
Memang sekolahnya ini memang spesial banget di Science, fokus di Science, walaupun dulu saya sukanya musik, tapi telah SMP,cari-cari tahu oh kayaknya pengen fokus di STEAM saja dech, di science.
Dan bagusnya, mereka juga support sama personal development kita, opportunity untuk discovery untuk our passion kita banyak banget.
Mulai dari research, terus bimbingan dengan guru-gurunya.
Pokoknya kita dibuat bagaimana wawasan kita jadi lebih luas
TB: Apa persiapan waktu ke Korea buat sekolah di sana, ceritakan dong?
Z: Jadi, kalau untuk persiapan, pertama kita bikin essay, kita nulis essay , jadi ada pertanyaan yang harus tentang gimana tentang diri kita, terus tentang leadership.
Kami pernah punya pengalaman organisasi atau enggak sebelumnya, terus pernah punya lomba atau enggak sebelumnya, pokoknya sekumpulan pertanyaan.
Satu pertanyaan itu sekitar 300 kata kalau nggak salah 200 kata, trus yang lainnya yang kita persiapkan, urusan dokumen ya, kayak raport, translate raport, translate KK (Kartu Keluarga), akta. Hal lain ngisi formulir.
Untuk bahasanya sendiri gak ada, mereka gak mewajibkan sertifikat English, dan gak wajibkan sertifikat bahasa Korea juga.
Tapi memang belajarnya full bahasa Inggris kan, jadi mereka menilai kemampuan berbahasa kita melalui proses interview, oke gak
Tapi persiapannya walaupun cuman itu doank, tapi cerita yang diungkapkan bukan dalam waktu dua bulan, tiga bulan ya, dari SD gitu, itu semua dituangkan di essay.
TB: Apa pesan kamu buat yang ingin mengikuti jejakmu kuliah di luar negeri?
Z: Pertama, pastinya kuatkan mental ya, kayaknya nggak cuman yang merantau ke luar negeri saja.
Bahkan merantau di dalam negeri pun, atau paling kurang sedekat Tanjungpinang-Batam saja pasti kita harus menyiapkan mental yang kuat, harus strong, harus berani ambil keputusan sendiri.
Harus bisa berani mengerjakannya sendiri. Karena ya namanya di tanah rantau, yang benar-benar pertama yang harus diandalkan adalah diri sendiri.
Hal lain jaga kesehatan, karena sakit di tanah rantau ya gak ada yang rawat.
Apalagi kalau kita di luar negeri, gak ada ceritanya keluarga akan langsung terbang untuk merawat kita saat sakit.
Dan pastinya juga harus prepare jauh-jauh hari, gak cuma siap fisik, tapi juga siap juga secara mental. (TribunBatam.id/Aminuddin)
Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google News