KRU MT SHI XING DI LAUT MYANMAR
Warga Batam Kru MT Shi Xing 3 Bulan Terkatung-katung di Laut Myanmar, Andalkan Air Hujan Buat Minum
Nasib malang dialami seorang warga Batam kru MT Shi Xing bersama 6 awak kapal lain. Mereka sudah 3 bulan terkatung-katung di laut Myanmar.
Penulis: Ucik Suwaibah | Editor: Septyan Mulia Rohman
TRIBUNBATAM.id, BATAM - Tujuh kru kapal MT Shi Xing asal Indonesia yang terkatung-katung di perairan Myanmar selama berbulan-bulan akhirnya mulai mendapat titik terang.
Kabar baik itu terungkap dari Chief Head Engineer, Septia Rizky.
Warga Batam yang tinggal di Perumahan Puri Selebriti Residence, Kelurahan Batu Besar, Kecamatan Nongsa, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) itu setidaknya sudah 3 bulan berada dalam kapal itu.
Selain belum menerima gaji sesuai kesepakatan awal, mereka bertahan hidup dengan bahan makanan seadanya.
Bahkan untuk bertahan hidup, mereka mengandalkan tampungan air hujan untuk minum.
Memasak nasi tanpa lauk mereka jalani selama berbulan-bulan itu.
Termasuk menggunakan air laut untuk keperluan mencuci dan mandi.
"Insya Allah. Kami sudah ada titik terang untuk mengevakuasi kru MT Shi Xing. Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) sedang mengajukan ke authority Myanmar untuk mengevakuasi kru," ujar Septia melalui pesan singkat, Selasa (14/10/2025).
Namun hingga kini, tujuh kru MT Shi Xing masih berada di kapal dan menghadapi keterbatasan bahan makanan.
Ia berharap KBRI segera mengevakuasi kru sebelum bahan makanan benar-benar habis.
Selain bahan makanan yang semakin terbatas, kesehatan mental awak kapal mulai terganggu.
Semula, mereka diminta untuk membawa kapal untuk docking di Malaysia pada Mei 2025.
Namun dalam perjalanan, mereka kemudian dialihkan ke Myanmar.
Selama di Myanmar, gaji dari owner kapal tidak kunjung dibayarkan, sementara komunikasi dengan pihak owner sering terputus.
"Kalau untuk saya sendiri, mental sudah ngedrop, lemas. Orang rumah juga khawatir karena sudah tiga bulan kami tak terima gaji," ujar Rizky kepada TribunBatam.id, Minggu (12/10) lalu.
Selama beberapa hari terakhir sejak (25/9) hingga (4/10) stok makan mereka menipis dan hanya mengandalkan tampungan air hujan untuk minum
Rizky telah melaporkan hal ini pada (22/10) lalu.
Setelah itu mendapat respons dan sudah diteruskan ke KBRI Yangon.
KBRI kemudian menindaklanjuti pada 1 Oktober, namun bantuan hanya bersifat sementara.
"Jadi dari owner ke KBRI itu isi messagenya itu katanya dia akan membayar gaji saat di Myanmar. Ternyata sampai sekarang belum diterima. Dua bulan pertama di Malaysia masih digaji, begitu di Myanmar berhenti," tambahnya lagi.
Kondisi ini tak hanya dirasakan para pekerja, namun juga berdampak dan menekan ekonomi keluarga kru di Indonesia.
"Keluarga banyak hutang karena tidak ada kiriman uang selama tiga bulan. Kami juga khawatir karena situasi di Myanmar kan rawan konflik," kata dia.
Saat ini harapannya adalah ia bersama 6 kru lainnya meminta di evakuasi dan dipulangkan ke Indonesia.
Berdasarkan informasi yang dihimpun TribunBatam.id, kru MT Shi Xing bergabung untuk kerja di Belawan, Provinsi Sumut, pada 5 Mei 2025.
Hingga pada 27 Mei 2025, kapal akan diberangkatkan ke Malaysia untuk menjalani docking.
Sebelum kapal berangkat kapten sudah meminta terlebih dahulu Surat Perjanjian Kerja Laut (PKL) kepada owner kapal bernama Juanda.
Namun tidak diberikan dengan alasan PKL akan diberikan jika kru sudah tiba di Malaysia.
Tanggal 1 Juni 2025, kapal MT Shi Xing tiba di Malaysia namun diminta menunggu.
Mereka standby di Malaysia (OPL) selama 13 hari untuk docking.
Hingga pada 14 Juni 2025 kapal masuk docking di Pasir Gudang (Malaysia).
Namun owner kapal memutuskan untuk tidak jadi docking di sana.
Serta ingin mengalihkan tempat docking kapal di Yangon (Myanmar).
Tanggal 21 Juni 2025, kapal akan diberangkatkan ke Myanmar.
Kapten kembali meminta Surat PKL kepada owner.
Di situ, ia berjanji Surat PKL akan diberikan ketika sudah sampai di Myanmar.
Hingga 1 Juli 2025, kapal tiba di Myanmar.
Perjanjian dengan owner gaji akan dibayarkan tanggal 8 melalui transfer.
Namun semenjak tiba di Myanmar sampai dengan saat ini (Juli-Oktober, 3 Bulan) gaji sudah tidak pernah dibayarkan.
Tujuh orang kru sudah 3 bulan hidup tanpa kepastian di laut Myanmar.
Owner kapal sudah tidak merespon telepon ataupun chat.
Satu dari total 7 kru kapal dilaporkan mengalami sakit maag akut.
Hingga pada 10 Oktober 2025, kru membuat video memohon untuk segera dievakuasi.
Kemudian tanggal 11 Oktober 2025, Melapor ke peduli wni Kemenlu.
Kepala BP3MI Kepulauan Riau, Kombes Pol. Imam Riyadi, menyampaikan hasil pengecekan identitas kru kapal.
“Dari data kami, ABK yang dimaksud tidak terdaftar dalam sistem SISKOP2MI dan tidak terbit EPMI," ujar Imam kepada Tribun Batam Minggu sore.
Hal ini menimbulkan indikasi keberangkatan melalui jalur tidak resmi.
Saat ditanya mengenai penanganan lanjutan, pihaknya belum memberikan keterangan secara detail. (TribunBatam.id/Ucik Suwaibah)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/batam/foto/bank/originals/Kru-kapal-MT-Shi-Xing.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.