Ekspedisi Uang Lusuh di Pulau Terluar Kepri

Warga Tarempa Kekeringan Minyak di Atas Ladang Minyak

Keliling Kota Tarempa Hanya Butuh 10 Menit

zoom-inlihat foto Warga Tarempa Kekeringan Minyak di Atas Ladang Minyak
tribunnewsbatam/ dedy suwadha
Sosilisasi di Kota Tarempa Anambas


KRI TELUK SIBOLGA, TRIBUN- Memasuki hari tiga atau pulau kedua yang dikunjungi tim  Sosialisasi Keaslian uang rupiah dan penelitian di Wilayah Pulau terluar di Kabupaten Anambas dan Natuna, tiba di Pulau Tarempa Ibukota Anambas. Kapal yang membawa rombongan berhasil sandar di Pangkalan TNI AL Tarempa, Rabu malam sekitar pukul 21.00 WIB malam, setelah menempuh 6 jam pelayaran.

Walau tiba malam hari, ternyata pasukan TNI AL dari Lanal Tarempa telah menyambut kedatangan Kapal KRI Teluk Sibolga hingga membantu proses sandar kapal. Dalam agendanya, kegiatan di Tarempa dijadwalkan Kamis pagi (21/7) yang difokuskan di Aula Pertemuan Pemkab Anambas dan Markas Lanal Tarempa. Bagi anggota tim yang pertama kali datang ke gemerlap sempat kagum karena menjelang tengah malam, lalu lalang kendaran roda dua dari kapal terlihat silih berganti.

Rasa penasaranpun mendorong seluruh anggota tim turun kapal untuk sekedar mengetahui kehidupan malam di Kota Tarempa. Rombongan dari BI langsung berkoordinasi dengan sejumlah kantor pelayanan bank yang membuka cabang di Tarempa, seperti dari Cabang BNI Tarempa, Bank Riaukepri Tarempa dan BRI Tarempa.

Hanya butuh beberapa menit jalan kaki dari kapal kearah kota Tarempa, romboangan lain mencoba mencari makan dan minuman panas di malam hari. Suasana yang diperkirakan malam hari sangat sepi, ternyata berbeda terbalik. Kota Tarempa malam hari itu seperti lesehan di Malioboro, dimana sepanjang toko-toko yang tutup malam hari dipenuhi orang-orang minum kopi dan menyantap hidangan malam hari. Bahkan, untuk mendapat tempat duduk saja tim sempat antri.

" Oh yang datang duduk dan mengopi malam ini kebanyakan warga dan anak buah kapal. Sepanjang malam ramainya seperti ini, tapi dibatasi hingga pukul 12 malam saja. Sebab, setelah pukul 12 malam semua aliran listrik akan mati, kecuali warung yang ada generatornya,"ujar seorang penjaga warung menceritakan.

Diceritakan juga, kota Tarempa ini tidak luas. Kalau naik sepeda motor keliling kota hanya butuh waktu sekitar 10 menit saja. Luas kota Tarempa itu jika diambil titik tengah Kantor Camat yang kini jadi Kantor Bupati, yaktu  ke sisi kanan pulau sejauh 500 meter dan sisi kiri pulau kurang dari satu kilometer. Kalau mau bangun kota, mungkin tidak bisa lagi, karena semua gunung yang terlihat adalah gunung batu. Sedangkan, kearah kanan yang ada satu kampung lagi, tidak bisa dibuat jalan darat, dan pemerintah terpaksa membangun jembatan. Dulu tujuannya, agar warga Tarempa ke Pal Matak yang ada bandara udaranya, bisa lebih dekat menyeberang, tapi tetap saja tidak bisa dibuat jalan darat,"papar seorang warga lagi menceritakan Tribun Batam.

Kondisi ini, menjawab rasa penasaran Tribun Batam ketika mendengar curahan hati warga Kecamatan Jemaja, tempat pertama kali tim melakukan sosialisasi. Menurut tokoh masyarakat Jemaja waktu itu, seharusnya ibu Kota Anambas di Kecamatan Jemaja, karena dari dataran lebih banyak serta kini telah ada pengerjaan bandara udara.  "Yang menyusun dan menetapkan ibukota tokoh masyarakat dari Tarempa, jadi kita di Jemaja tidak bisa buat apa-apa. Sekarang, kita mengetahui dana APBD Anambas hampir 1,4 Triliun, tapi mau bangun apa di Tarempa kalau lahan tidak ada,"ujar Umri tokoh masyarakat Jemaja ke Tribun, pada hari Selasa (19/7)

Terlepas dari panasnya suhu politik di Kabupaten Anambas ini, tim mencoba menikmati suasana malam berbaur dengan warga. Hanya malam hari bisa warga berkumpul, ketika lampu dan hiburan televisi bisa disaksikan bersama. Sebab, siang hari aliran listrik tidak menyala ke masyarakat.

Setelah istirahat malam di kapal, akhirnya tim memulai kegiatan serupa di Kota Tarempa. Acara dihadiri oleh Wakil Bupati Anambas Abdul Haris dan Danlanal Tarempa Letkol Yusuf. Sementara ketua tim juga dihadiri Letkol Bambang Winarto dari Lantamal IV TNI AL di Tanjungpinang, serta Hasioholan Siahaan, Pusat Analis Biro Pengedaran Uang BI.

Selain tujuan utama penukaran uang, kegiatan lainnya adalah sosialisasi keaslian rupiah juga mendapat dukungan penuh dari Bupati Anambas, yang diwakili oleh Wakil Bupati Anambas Abdul Haris. Bahkan, dalam acara sosialisasi pemerintah Anambas melibatkan hampir 280 calon pegawai Kabupaten Anambas. Keterwakilan ratusan calon pegawai, hendaknya mampu mensosialisasikan nanti ke keluarga apa dan bangaimana cara mengetahui uang kerta rupiah itu palsu atau tidak.

Abdul Haris mengungkapkan Kabupaten Kepulauan Anambas saat ini ada tujuh kecamatan, yang menyebar di sejumlah pulau- pulau yang semua berbatasan dengan sejumlah negara. Dengan tingkat keamanan yang relatif aman, sehingga kecemasan akan peredaran mata uang asing dan uang palsu dapat diminimalisi.

"Kalaupun ada transaksi keuangan itu dalam bentuk jual beli ikan keramba jenis Napoleon dari keramba di Desa Air Senang. Untuk ikan Napoleon ini telah ada pasarnya, dan itu berasal dari Hongkong. Mengenai mata uang yang digunakan ada mata uang dari Hongkong. Tapi, uang yang diterima masyarakat tetap rupiah,"ujar Abdul Haris.

Ditambahkan Abdul Hari lagi, permasalah mata uang dan ketersedian uang rupiah untuk daerah Tarempa tidak bermasalah karena telah ada tiga bank pendukung beroperasi. Ada bank yang ditunjuk sebagai kas daerah, tapi ada juga bank yang berfungsi hanya sebagai bank pengumpul uang masyarakat. Di Tarempa ada Kantor Cabang Pembantu Bank BNI, Bank Riau Kepri dan Bank BRI. Sedangkan, permasalah layanan bank yang tidak ada di kecamatan lain, juga terkendala oleh fasilitas pendukung akan kehadiran bank tersebut.

" Kita berharap ada pelayanan perbankan di daerah Kecamatan Jemaja. Tapi, keterbatasan pasokan listrik adalah masalah utama Kabupaten Kepulauan Anambas. Layanan listrik kemasyarakat hanya hidup mulai pukul 5 sore hingga 12 malam. Itupun tidak merata, karena ketergantungan solar.  Jumlah pasokan solar untuk tingkat Kabupaten hanya 200 ton saja. Melihat pertumbuhan penduduk yang mulai tertambah, jelas kuota ini sangat kurang, sehingga kita terus berusaha ke pertamina agar kuota ditambah. Sangat sedih, kita tinggal di daerah penghasil minyak, tapi masyarakatanya mendapatkan minyak harganya sangat tinggi, bahkan harga per liter bisa diatas Rp 10 ribu, belum lagi harga minyak di kecamatan lain di Anambas,"ujar Abdul Haris mengeluh.

Keluhan tingginya harga minyak, khususnya untuk premium juga disampaikan oleh seluruh masyarakat di Kota Tarempa dan Kecamatan Jemaja Tidak adanya fasilitas SPBU di daerah darat Tarempa, membuat warga membeli bensin eceran dengan harga diatas rata-rata dan ditambah ongkos pengiriman.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved