SADIS! Diduga Bakar Istri dan Bayinya, Pria Ini Juga Gorok Anak Gadisnya. Pemicunya Cuma Sepele!

Kasus pembunuhan anak gadisnya, Safrida Batee (22), baru terbongkar ketika kakek korban Yafeti Batee (74), bertanya-tanya karena lama tak ketemu.

thinkstock
Ilustrasi 

BATAM.TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Tinggal di desa terpencil membuat dugaan pembunuhan yang dilakukan Antonius Batee (53), warga Dusun Aek Lobu, Desa Danau Pandan, Kecamatan Pinangsori, Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara, lambat terendus polisi.

Kasus pembunuhan anak gadisnya, Safrida Batee (22), baru terbongkar ketika kakek korban Yafeti Batee (74), bertanya-tanya karena sudah lama tidak pernah melihat korban.

Yafeti lalu menghubungi anak pelaku yang lain, Rintah Batee (14) yang sedang berada di Nias pada Rabu (13/9/2017). Dari mulut Rintah diketahuilah bahwa kakaknya sudah meninggal dunia dibunuh ayahnya pada 17 April 2017.

Rintah juga bilang, kalau dirinya memilih pergi ke Nias karena takut dibunuh pelaku. Yafeti begitu terkejut mendengar penjelasan Rintah. Dia lalu menyuruh cucunya itu untuk pulang ke kampung.

Kamis, (28/9/2017), Rintah sampai di Kota Sibolga. Setelah bertemu sang kakek, keduanya lalu membuat pengaduan ke Polsek Pinangsori. Kepada polisi, Yafeti bilang sudah sering bertanya kepada pelaku kemana korban.

Pelaku selalu menjawab kalau korban bersama Rintah merantau ke Nias. Sementara Rintah, kepada polisi mengatakan, kakaknya dikubur tak jauh dari rumah mereka.

Mendengar keterangan kedua pelapor, Kasat Reskrim dan Kanit Reskrim Polsek Pinangsori beserta tim gabungan berkoordinasi dengan kepala desa dan kepala dusun untuk mengetahui keberadaan pelaku.

Informasi yang didapat, pelaku berada di rumahnya bersama dua anaknya yang lain, Rian Batee (13) dan Selestina Batee (6).

Kepala dusun memberitahukan, untuk menuju rumah pelaku dibutuhkan waktu empat jam perjalanan. Polisi harus naik dan turun bukit dengan jurang di kanan-kiri jalan. Sedangkan rumah pelaku persis berada di puncak Gunung Danau Pandan.

Setelah menempuh perjalanan yang melelahkan, pelaku ditangkap tanpa perlawanan. Dia lalu menunjukkan lokasi kuburan anaknya yang hanya berjarak 40 meter dari rumahnya.

Polisi kemudian membuat police line di lokasi kejadian. Berhubung hari sudah malam dan khawatir korban melawan bahkan melarikan diri, polisi lalu memilih jalur lain untuk turun. 

Waktu yang dibutuhkan untuk turun hingga ke anak sungai yang airnya mengalir ke Danau Pandan selama dua jam. Selanjutnya polisi menggunakan perahu bermesin sedang (kutuk-kutuk).

Baca: Panik Digerebek Petugas, Pria Ini Nyaris Lindas Ibunya. Pelariannya Terhenti Saat Mobil Terbakar

Baca: Perang Amerika Serikat vs Korea Utara Segera Pecah? Begini Analisa Pakar Pertahanan RUSI

Baca: Presiden Soekarno Menangis, Begini Kronologi Pencarian Para Jendral Korban Kekejaman G 30S PKI

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved