Historia

Menegangkan! Minim Data Intelijen, Kostrad Tembus Belanda di Papua Saat Trikora! Ini Rahasianya!

Menegangkan! Minim Data Intelijen, Kostrad Tembus Belanda di Papua Saat Trikora! Ini Rahasianya!

Ist
Pasukan Kostrad sebelum terjun ke Papua 

TRIBUNBATAM.ID-Dalam Operasi Trikora untuk memperebutkan wilayah Irian Barat (Papua) dari tangan Belanda (1960-1963), pasukan lintas udara andalan Kostrad, Batalyon Infanteri Lintas Udara (Linud) 328 ditugaskan melancarkan serangan lewat udara.

Baca: Terungkap! Inilah Sekolah Calon Agen Intelijen di Indonesia! Mengejutkan Kisah-kisah di Baliknya!

Baca: Ini Bajak Laut Paling Ditakuti di Samudera Indonesia! Mengejutkan Makamnya Ramai Peziarah! Ada Apa?

Baca: Akhir Perjalanan Hidup si Pembunuh Massal Charles Manson! Seorang Korbannya Aktris Terkenal Ini! ,

Dalam operasi penerjunan pasukan dengan sandi operasi Operasi Tim Rajawali itu, jumlah pasukan yang diterjunkan sebanyak 70 orang dan dipimpin oleh Pelda Atma.

Tujuan operasi tempur yang berisiko tinggi itu adalah untuk memperkuat satuan-satuan tempur yang telah terlebih dahulu berhasil menyusup ke Irian Barat, khususnya kawasan kaimana yang masih berhutan sangat lebat.

Rute pemberangkatan pasukan Linud 328 menggunakan pesawat C-130 Hercules berangkat dari Lanud Husein Sastranegara Bandung-Lanud Halim PK (Jakarta)-Maksassar-Ambon.

Sesuai target dan rencananya semua personel Tim Rajawali diterjunkan ke titik sasaran pada pukul 03.00 dini hari.

Waktu dini hari sengaja dipilih karena pada saat seperti itu tidak ada pesawat tempur Belanda yang patroli dan hari masih gelap sehingga posisi pasukan yang mendarat sulit diketahui.

Operasi penerjunan pasukan yang dilaksanakan Tim Rajawali itu sebenarnya merupakan serbuan nekat karena titik penerjunan masih merupakan hutan belantara yang belum dikenal.

Data intelijen mengenai wilayah untuk sasaran terjun yang biasa diberikan oleh tim pasukan intelijen yang sudah terlebih dahulu menyusup juga sama sekali tidak ada.

Titik penerjunan Tim Rajawali sesuai rencana dilaksanakan di atas laut lalu para personelnya diupayakan mengendalikan parasut dan mendarat tepat di pantai.

Tapi karena setiap personel Tim Rajawali membawa bekal dan persenjataan yang cukup berat, beban itu membuat waktu operasi penerjunan saat terapung-apung di udara justru bergeser ke arah hutan yang lebat.

Akibatnya hampir semua personel Rajawali mendarat di atas pohon yang tinggi dan harus menunggu terang fajar agar bisa turun dengan selamat.

Posisi menunggu terang fajar pun masih dalam kondisi tergantung di tali parasut karena jika tali parasut sampai dilepas tubuh bisa terhempas ke tanah dan tewas.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved