Kisah Pasukan Tank Belanda yang 'Mendadak' Takut pada Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Saat itu, intel Belanda curiga bahwa HB IX terlibat dalam serangan dadakan yang mengguncang dunia internasional itu

Editor: Mairi Nandarson
Sri Sultan Hamengkubuwana IX bersama Bung Karno 

TRIBUNBATAM.id -  Setiap raja yang bertakhta di Keraton Yogyakarta konon selalu memiliki linuwih (kelebihan) dan kadang sering mengetahui apa yang akan terjadi.

Salah satu Raja Yogyakarta yang terkenal “sakti” adalah Sri Sultan Hamengkubuwana IX.

Suatu saat, ia berhasil  mengusir pasukan tank Belanda yang akan memasuki keraton pada 1 Maret 1949.

Baca: Inilah Percakapan Terakhir Jenderal Benny Moerdani dan Sniper Musuhnya

Baca: 7 Jenis Kecanduan yang Wajib Anda Tahu. Kecanduan Nomor 4 Bisa Memicu Pelecehan

Baca: Festival Kampung Tua Tanjung Uma - Berawal dari Keprihatinan Minimnya Ruang untuk Budaya Melayu

Hari itu bertepatan dengan serangan militer dadakan di Yogya yang dikenal sebagai Serangan Umum 1 Maret. Tentara Belanda yang sempat terpukul mundur segera mendatangkan pasukan lapis baja.

Pasukan tank itu datang dari Semarang dan sebagian langsung menuju keraton.

Saat itu, intel Belanda curiga bahwa HB IX terlibat dalam serangan dadakan yang mengguncang dunia internasional itu.

Ketika tiba di depan pintu gerbang keraton yang tertutup, pasukan tank Belanda mengancam akan melakukan pendobrakan jika pintu gerbang tidak segera dibuka.

Melalui suatu proses tata cara keraton, Sultan HB IX akhirnya memerintahkan pintu gerbang dibuka dan masuklah komandan pasukan tank Belanda dengan congkaknya.

Pimpinan pasukan tank Belanda itu ternyata seorang insinyur lulusan Universitas Delft dan para anak buahnya adalah pemuda-pemuda Belanda yang masih di bawah umur.

Tapi ketika komandan pasukan itu berada di hadapan Sultan HB IX, nyalinya ternyata langsung menciut.

Dalam pertemuan antara pimpinan pasukan tank Belanda dan Sultan HB IX, Raja Yogyakarta yang sangat fasih berbahasa Belanda itu segera menang wibawa dan langsung bisa menguasai keadaan.

Sultan lebih unggul karena bukan kesaktiannya, melaikan adanya suatu kebiasaan lama yang telah berakar di negeri Belanda.

Halaman
12
Sumber: Grid.ID
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved