Hari Nyepi 2018

MELIHAT Tradisi Perang Api Umat Hindu Jelang Nyepi. Ritual Ini Sudah Hidup Sejak 277 Tahun Silam

Pada Jumat (16/3/2018) sore, sebelum matahari tenggelam di ufuk barat, para pemuda itu melakukan tradisi turun-temurun, yaitu perang api.

KOMPAS.com/FITRI
Tradisi perang api ini dijalankan umat Hindu di Mataram, jelang catur brata penyepian pada Tahun Baru Saka 1940, yang jatuh pada Sabtu (17/3/2018). 

TRIBUNBATAM.id, MATARAM - Hari ini, Sabtu (17/3/2018) adalah Hari Raya Nyepi bagi umat Hindu.

Menjelang catur brata penyepian di hari raya Nyepi adalah saat saat yang dinanti para pemuda dari Banjar Negarasakah dan pemuda Banjar Sweta di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Pada Jumat (16/3/2018) sore, sebelum matahari tenggelam di ufuk barat, para pemuda itu melakukan tradisi turun-temurun, yaitu perang api.

Dalam tradisi unik ini, dua kelompok pemuda itu saling berhadapan. Mereka 'berperang' dengan senjata gobok (daun kelapa yang kering) yang dibakar api.

"Ini tradisi turun-temurun. Tradisi ini merupakan ritual mengusir wabah penyakit yang dibawa bhuta kala atau roh-roh jahat yang bersemayam di muka bumi dan mengganggu kehidupan manusia. Itu makna yang terkandung dalam perang api," kata Komang Kertayasa, salah seorang warga Banjar Sweta.

Baca: Hari Raya Nyepi 2018, Bandara Ngurah Rai Berhenti Beroperasi 24 Jam

Baca: Total 13 Orang Napi di Kepri Mendapat Remisi Nyepi, 15 Hingga 45 Hari!

Ketika gobog telah menyala, kedua kelompok pemuda itu pun bergerak. Mereka berlari sambil memutar-mutar gobok mereka yang menyala, kemudian memukul lawan.

"Ini adalah tradisi perang api yang merupakan tradisi turun temurun sejak 277 tahun silam," kata Kertayasa.

Meskipun bergelora dan bernuansa penuh kekerasan, namun para pemuda dari banjar yang berbeda itu tetap menjaga rasa persaudaraan dan saling menghargai.

Mereka berpelukan dan bersalaman sebagai wujud kokohnya persatuan menjaga tradisi leluhur mereka.

 Menurut warga dan para tokoh adat Hindu di Lombok, tradisi ini dijalankan usai pawai ogoh-ogoh, menjelang senja atau sehari sebelum pelaksanaan catur brata penyepian.

Umat Hindu di Lombok berharap tradisi perang api yang dijalankan turun temurun itu tetap terjaga dan menjadi penyambung persaudaraan dan kebersamaan.

Apalagi, tradisi ini juga digemari wisatawan, baik mancanegara maupun domestik.

"Ini adalah tradisi yang harus dijaga dan dirawat dengan baik agar generasi berikutnya bisa ikut merasakan nanti," kata Desak Komang Hartini.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved