RUPIAH Terus Letoi Tembus Rp14.100, Dirut BCA Optimis Perbankan Masih Jauh dari Situasi 1998
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS hari ini tembus pada level tertinggi sejak awal tahun 2018, yaitu Rp 14.100.
TRIBUNBATAM.id- Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS hari ini tembus pada level tertinggi sejak awal tahun 2018, yaitu Rp 14.100.
Untuk meredam pelemahan rupiah yang terus berlanjut, kini pelaku pasar menunggu apa hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia dalam menentukan kenaikan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate.
"BI pada minggu lalu menyatakan bahwa mereka mempunyai ruang untuk menaikkan suku bunga acuan yang diharapkan dapat meredam volatilitas di pasar keuangan sehingga memberikan kepercayaan pada pelaku pasar," kata Vice President Economist PT Bank Permata Tbk Josua Pardede kepada Kompas.com, Rabu (16/5/2018).
Josua menyebutkan, latar belakang pelemahan rupiah dipengaruhi oleh kenaikan imbal hasil surat utang pemerintah Amerika Serikat yang menyentuh level 3,07 persen, yang merupakan level tertinggi untuk tahun ini.
Baca: BPS Ungkap Data Neraca Perdagangan Indonesia Defisit 1,63 Miliar Dolar AS Selama April
Baca: Tersingkir di Pemilu Malaysia, Ini Nasib Najib yang Diduga Tersangkut Korupsi Ratusan Juta Dolar
Adapun yang jadi pemicu kenaikan imbal hasil surat utang pemerintah AS salah satunya didasari data penjualan ritel AS yang mengindikasikan perekonomian kuartal I 2018 di negeri adidaya itu lebih tinggi dari estimasi awal.
"Selain itu, kepemilikan pemerintah AS pada surat utang pemerintah AS juga turut mendorong kenaikan yield US Treasury (suku bunga obligasi AS)," tutur Josua.
Dari dalam negeri, pelemahan rupiah didorong oleh defisit neraca perdagangan bulan April 2018 sebesar 1,63 miliar dollar AS.
Posisi neraca perdagangan pada April ini dinilai dapat mendorong semakin melebarnya neraca transaksi berjalan kuartal II 2018.
"Aksi terorisme yang terjadi dalam beberapa hari ini diperkirakan juga berdampak marginal pada pelemahan nilai tukar rupiah serta koreksi kinerja pasar saham dan pasar obligasi domestik," ujarnya.
Dirut BCA Optimis
Sementara itu, tren rupiah yang masih melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) membuat Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Rudy Susanto berkeyakinan situasinya tak akan mendekati kondisi seperti pada 1998, terutama di industri perbankan.
"Sebagian besar bank-bank di Indonesia sekarang posisinya jauh lebih bagus daripada posisi saat 1998. Jadi kalau ada yang bilang NPL (non-performing loan alias angka kredit bermasalah) jelek, NPL tinggi, itu sebenarnya bagian dari bisnis kita," kata Rudy di Jakarta, Selasa (15/5/2018).
Bank-bank Indonesia termasuk BCA dinilai Rudy telah mampu melakukan penghimpunan dana dan penyaluran kredit dengan baik.
Menurut dia, kondisi itu membuat profit perbankan cukup untuk menghapus tingginya NPL.
"Dan saya rasa sebagian besar bank di sini 99 persen mampu, sangat mampu untuk itu, karena CAR (capital adequate ratio atau rasio kecukupan modal) perbankan Indonesia tinggi sekali," imbuh Rudy.