Pengacara Donald Trump Ungkap Kim Jong-un Pernah 'Memohon' agar KTT tak Dibatalkan

Dalam jumpa pers di Israel, Giuliani mengatakan sikap keras Trump tersebut telah memaksa Pyongyang melunak.

AFP
Pertemuan dengan Kim Jong-un (kiri) akan berlangsung di Singapura, kata Donald Trump (kanan). 

TRIBUNBATAM.id- Seorang pengacara Donald Trump, Rudy Giuliani, mengungkapkan apa yang terjadi di balik rencana pertemuan Presiden AS dengan Kim Jong-un yang sempat batal.

Giuliani mengatakan, setelah Donalt Trump menyatakan pertemuannya dengan Kim Jong-un dibatalkan, pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong-un "memohon" agar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) mereka dijadwal ulang.

Dalam jumpa pers di Israel, Giuliani mengatakan sikap keras Trump tersebut telah memaksa Pyongyang melunak.

Trump sebelumnya sempat membatalkan rencana pertemuan puncak tersebut karena menuduh Korea Utara masih memperlihatkan "kemarahan besar dan sikap permusuhan."

Namun demikian KTT yang direncanakan digelar pada 12 Juni di Singapura itu kemudian dihidupkan kembali setelah Pyongyang menunjukkan sikap bersahabat.

Baca: Ini Alasan Mengapa Donald Trump Pilih Pulau Sentosa Jadi Tempat Pertemuannya dengan Kim Jong-un

Baca: Jelang KTT Trump-Kim di Singapura, Pebisnis dan Wisman Mulai Khawatir Apakah Sentosa Tetap Buka?

Rudy Giuliani dan Presiden Donald Trump di Gedung Putih. Foto: AFP

Komentar Giulani itu pertama kali dilaporkan oleh The Wall Street Journal.

Pengacara Donald Trump itu berkata: "Yah, Kim Jong-un kembali memohon seraya berlutut dan mengangkat tangannya..."

Giuliani adalah salah-seorang anggota tim pengacara Presiden Trump dalam perkara dugaan kerja sama pihaknya dengan Rusia dalam Pilpres AS.

Sejauh ini belum ada tanggapan dari Korea Utara atas pernyataan Giulani tersebut.

Dalam perkembangan terbaru, Selasa (5/6/2018), Trump mengatakan bahwa rencana KTT mereka "berjalan dengan sangat baik".

Sebelumnya, pada pekan ketiga Mei lalu, terjadi tarik-ulur tentang KTT ini yang ditandai saling lempar pernyataan oleh kedua pejabat negara.

Seorang pejabat senior Korea Utara mencela pernyataan Wakil Presiden AS Mike Pence dan menyebutnya sebagai ucapan 'bodoh dan dungu,' yang membuat rencana pertemuan pemimpin kedua negara jadi semakin tidak pasti lagi.

Saat itu, pejabat Korut, Choe Son-hui mengatakan bahwa Pyongyang tidak akan 'mengemis-ngemis' untuk terjadinya dialog dan memperingatkan akan terjadinya 'sengketa nuklir' apabila diplomasi gagal.

Dia juga menyebut Pence seorang yang 'pandir secara politik' karena membandingkan Korea Utara yang merupakan negara nuklir, dengan Libya "yang sekadar memasang sejumlah peralatan dan bermain-main dengan peralatan itu."

Sebelumnya, Pence mengatakan bahwa Korea Utara 'bisa berakhir seberti Libya:' pada tahun 2011, pemimpin Libya Muammar Gadaffi terbunuh oleh para pemberontak, delapan tahun setelah mereka menghentikan program nuklir mereka.

Pyongyang bersikeras bahwa mereka tidak akan melucuti senjata nuklir mereka secara sepihak.

President AS Donald Trump, Selasa (22/5) mengatakan bahwa Korea Utara adalah pihak yang harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu agar KTT itu bisa benar-benar berlangsung. (bbc indonesia)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved