Kapal Berisi 44 WNI Karam di Johor, Diduga dari Batam atau Bintan. Satu Korban Ditemukan Tewas
Peristiwa nahas kembali menimpa kapal yang diduga mengagungkut 44 penumpang dari Indonesia.
TRIBUNBATAM.id- Peristiwa nahas kembali menimpa kapal yang diduga mengagungkut 44 penumpang dari Indonesia.
Dikutip dari BBC Indonesia, Selasa 3/7/2018), kapal tersebut karam di perairan Tanjung Balau, KotaTinggi, Johor, Senin dini hari (2/7/2018).
Pihak berwenang Malaysia terus melakukan pencarian korban kapal tersebut.
Sejauh ini tim SAR telah menemukan 26 orang, salah satunya ditemukan dalam keadaan meninggal dunia.
"Menurut keterangan korban selamat, kapal diperkirakan berpenumpang 44 orang yang terdiri dari 38 laki-laki dan enam perempuan. Satu yang meninggal adalah perempuan. Diperkirakan yang masih dicari sekitar 18 orang," kata Konsul Jenderal RI di Johor Bahru, Haris Nugroho, dalam wawancara melalui telepon dengan wartawan BBC News Indonesia, Rohmatin Bonasir.
Diperkirakan dari Batam atau Bintan
Tim SAR Malaysia terdiri dari petugas dari Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia, tim medis dan kepolisian.
Petugas medis Malaysia memberikan pertolongan kepada seorang penumpang yang berhasil diselamatkan. Foto: KJRI JOHOR BAHRU
Ditambahkannya, tim Satgas Perlindungan WNI KJRI Johor Bahru belum mampu mengorek informasi lebih dalam mengenai asal usul kapal karena 25 penumpang yang selamat masih mengalami trauma.
"Tapi dugaan kami adalah kapal berlayar dari pulau dekat yaitu Batam dan Bintan. Biasanya jalurnya dari Batam dan Bintan. Saya sudah sering turun lapangan dan di Batam dan Bintan banyak tempat rawan untuk menyelundupkan manusia ke Johor karena jaraknya dekat sekali," jelas Haris Nugroho.
Masuk Ilegal
Jarak tersebut bisa ditempuh dalam waktu 40 menit biar pun dengan menggunakan kapal nelayan sekalipun.
Kemudahan jarak tempuh itu ditambah lagi dengan kondisi wilayah pesisir Johor yang terbuka sehingga memudahkan pendaratan secara ilegal.
"Di pantai timur pantainya landai dan di belakangnya terdapat kebun-kebun kelapa sawit yang lebat dan hutan alam. Saya amati setiap kejadian mereka selalu masuk di situ," Haris Nugroho menerangkan lebih lanjut.