Siswa SD ini Ciptakan Kursi Pintar untuk Kesehatan. Simak Kisah Penciptaannya

Dampak buruk yang bisa ditimbulkan oleh kelamaan waktu duduk mengilhami Muhammad Rakha Ervinpermana Putra

(KOMPAS.com / Hamzah)
Karya Muhammad Rakha Ervinpermana Putra, kursiku sahabatku, yang berfungsi untuk mencegah efek buruk kelamaan duduk. 

TRIBUNBATAM.id - Kelamaan saat duduk bisa menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan tubuh.

Mulai dari yang paling ringan seperti mati rasa atau kesemutan, pegal-pegal, hingga dampak berat seperti gangguan pada tulang, diabetes, kanker, maupun serangan jantung.

Dampak buruk yang bisa ditimbulkan oleh kelamaan waktu duduk mengilhami Muhammad Rakha Ervinpermana Putra (11), siswa kelas enam SD Muhammadiyah Manyar, Gresik, untuk menciptakan kursi untuk kesehatan.

Kursi tersebut dinamai "Kursiku Sahabatku". “Awalnya memang ada ide bagaimana memperingatkan saya dan mungkin teman-teman supaya tidak terlalu enak berlama-lama ketika duduk. Sebab saya baca, kelamaan duduk juga dapat membuat tubuh tidak sehat, bisa terserang penyakit juga,” ujar Rakha, Selasa (18/9/2018).

Mendapat ide tersebut, Rakha dengan dibantu oleh guru pembimbing, Zaki Abdul Wahid, lantas coba mewujudkan konsep sebuah kursi pintar yang bisa memberikan peringatan kepada mereka yang duduk supaya tidak terlalu lama.

“Buatnya cukup mudah kok, cukup kursi dihubungkan dengan perangkat elektronik seperti sensor jarak, sensor beban, dan mikro kontroler, yang kemudian dihubungkan dengan speaker atau buzzer,” jelasnya.

Fungsi speaker di sini adalah mengeluarkan bunyi peringatan bagi orang yang duduk bahwa dia sudah lama duduk di kursi tersebut dalam batas ambang waktu yang telah ditentukan.

Sehingga mereka dapat segera sedikit meluangkan waktunya, minimal berdiri ataupun berjalan sebentar.

“Jadi dengan berdiri atau mungkin berjalan sebentar mungkin 5 atau 10 menit, itu akan dapat membuat sirkulasi darah kembali lancar dan normal, dengan harapan bisa terhindar dari beberapa penyakit akibat kelamaan duduk,” ucap dia.

Beberapa sensor dan perangkat elektronik yang dipasang di kursiku sahabatku.(KOMPAS.com / Hamzah)

Sementara sensor beban dan jarak digunakan untuk mengetahui beban yang ditahan oleh kursi, apakah benar kursi itu diduduki oleh orang atau hanya ditumpangi hewan atau benda.

Sehingga tidak akan berbunyi, bila kursi tersebut hanya ditumpangi benda atau hewan yang memiliki ukuran maupun berat kurang dari bobot manusia.

“Untuk pengerjaan, kemarin itu membutuhkan waktu sekitar satu bulan. Tapi yang lama itu memang menggabungkan antara ide dengan cara aplikasinya terus diuji coba. Itu yang kemarin sempat sampai mungkin dua bulan. Selain itu, saya juga harus membagi waktu antara sekolah dan merakit kursiku sahabatku ini,” tutur dia.

Selain dikerjakan selepas waktu belajar, Rakha juga bersyukur ada kegiatan ekstrakulikuler mengenai pengetahuan elektronik dan robotik arahan Zaki di sekolah, yang digelar setiap Senin dan Selasa.

“Mungkin masih banyak kekurangan yang ditemui, belum sempurna benar. Jadi kami dalam hal ini pihak sekolah juga berkeinginan untuk melakukan pengujian lebih lanjut terhadap kursiku sahabatku ini kepada pihak yang lebih berkompeten,” tutur Zaki.(*)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved