GEMPA
Komunikasi Masih Terputus, Berikut 5 Fakta Usai Gempa 7,4 SR di Donggala
BMKG mengaku belum bisa melakukan komunikasi langsung dengan tim yang dikirim ke Donggala. Berikut 5 fakta gempa di Donggala.
TRIBUNBATAM.id - Gempa bermagnitudo 7,4 SR yang terjadi di Donggala membuat sejumlah warga di daerah tersebut memilih mengungsi di perbukitan pasca gempa.
Sebagian ada yang memilih mengungsi di kantor Polres Donggala.
Selain itu, BMKG mengaku belum bisa melakukan komunikasi langsung dengan tim yang dikirim ke Donggala.
Hal ini membuat pantauan terkini dampak gempa terhambat.
BMKG juga menghimbau warga untuk tidak mudah terpancing informasi hoaks tentang bencana gempa di Donggala dan tsunami di Palu.
Baca: Trauma Gempa Susulan, 178 Pasien RSUD Poso Pilih Dirawat di Halaman Rumah Sakit
Baca: Efek Gempa Donggala dan Tsunami Palu, Ada Kapal Melintang di Jalan
Baca: Gempa Donggala, Air Laut Sempat Naik 4 Meter Usai Gempa 7,7 SR lalu Tsunami
Berikut fakta terbaru terkait bencana gempa di Donggala.
1. Warga Desa Kabonga Kecil mengungsi di bukit
Sejumlah warga Desa Kabonga Kecil, Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala, hingga Jumat (28/9/2018) malam, masih mengungsi ke perbukitan setelah gempa terjadi.
"Kami akan tetap di bukit sampai besok, menunggu terang. Untuk sementara semua keluarga dan warga di sekitarnya menginap di bukit," kata Samson T, salah seorang warga Donggala.
Sementara itu, menurut Samson T, sebagian warga memilih berlindung di Kantor Polres Donggala dan sebagian terpaksa harus tidur di berbagai tempat.
"Ada yang tidur di atas tanah, ada yang tidur dalam mobil. Intinya kami belum ingin turun dari bukit," tegasnya.
Rumah para pengungsi tersebut telah roboh diguncang gempa dan tak bisa dihuni lagi.
"Yang penting saya sekeluarga selamat. Itu dulu yang penting," imbuhnya.
2. Komunikasi masih belum pulih pascagempa
Pascagempa beruntun melanda Kota Palu pada hari Jumat (28/9/2018) petang, jaringan telekomunikasi menjadi lumpuh.
"Kota Palu dalam kondisi lumpuh sekarang, komunikasi sangat sulit, terbatas dan terputus," kata Ratih, salah satu warga Kota Palu yang menirukan isi pesan singkat suaminya, Muhammad Junun.
