TANJUNGPINANG TERKINI

Tukang Becak Bisa Kuliahkan Tiga Anaknya. Bagian Kisah Ini yang Bikin Hatinya Sedih

ciri khas topi SD kian lekat menjadi identitasnya. Dia ingin, dengan topi SD, dirinya berbeda dari tukang becak yang lain dan mudah dikenali orang

Penulis: Thom Limahekin |
TRIBUNBATAM/THOM LIMAHEKIN
Suparmo memakai topi SD sedang mengayahuhkan becaknya di Pelabuhan Sri Bintan Pura 

TRIBUNBATAM.id, TANJUNGPINANG- Sorot mata lelaki tua itu begitu teduh namun mendalam, Sabtu (27/10/2018) itu.

Tatatapannya lurus menerobos kerumunan orang yang berjalan di sepanjang trestel pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjungpinang.

Keramaian orang yang datang dan pergi silih-berganti seakan tidak mengusiknya, dia tetap mengayuh becaknya.

Jari-jarinya yang mulai keriput mencengkram palang besi yang kerap dipakainya sebagai kemudi. Kulit lengan itu tampak legam karena terpanggang begitu lama di bawah terik matahari.

Sepasang kakinya yang dekil kokoh di atas sandal jepit yang kumal. Kaki itu mengayuh kendaraan roda tiga ini dengan ritmenya sendiri.

Baca: Bawaslu dan Kemenag Tanjungpinang Tegaskan Larangan Kampanye di Tempat Ibadah

Baca: HUT ke-17 Kota Otonom Tanjungpinang, Syahrul: Antusiasme Masyarakat Luar Biasa

Baca: Meriah, Ribuan Warga Tanjungpinang Saksikan Pawai Budaya

Kadang dia mengayuh sesaat, membiarkannya meluncurkan sendiri, lalu mengayuh lagi. Begitulah keseharian Suparmo (68), tukang becak pelabuhan dengan ciri khas topi milik anak SD.

Topi itu tidak pernah lepas dari kepala Suparmo setiap kali dia mengangkut barang penumpang dari pelabuhan. Ketika menyusuri jalan-jalan di pasar dan pelantar, topi ini selalu setia menjadi pelindung kepala di bawah terik matahari.

"Topi ini ibarat jimat keberuntungan buat saya," ucapnya dengan suara berat.

Siapa pernah menyangka, topi ini sudah dia pakai sejak 46 tahun silam. Beberapa kali topinya dia ganti karena bentuknya sudah lusuh, hilang, ataupun tidak layak pakai lagi.

"Pokoknya topi SD ini penuh sejarah," celetuknya lagi.

Dia mengenang, ketika mulai merantau ke Tanjungpinang, dia masih berumur 15 tahun. Rasa bangga sebagai lulusan SD membuatnya tidak sungkan-sungkan memakai topi ini.

Berbagai pekerjaan dia tekuni sebelum mengayuh becak di pelabuhan, mulai dari mencari kayu bakar, menjual es keliling dan menjual kue.

Hasil jualannya dia tabung kemudian dia gunakan untuk membeli becak. Suparmo sudah memiliki becak sendiri seharga Rp 1 juta pada tahun 1971 silam.

Dia pun mulai menjadi tukang becak. Sejak saat itu, ciri khas topi SD kian lekat menjadi identitasnya. Dia ingin, dengan topi SD, dirinya berbeda dari tukang becak yang lain dan mudah dikenali orang-orang di sekitar.

"Selain sifat kita yang ramah, santun dan jujur, topi SD ini juga jadi pemikat hati para pelanggan," ujarnya polos.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved