Perempuan Ngenang Produktif Ciptakan Kain Tenun, akan Ada Kampung Tenun Di Batam
Setelah batik Batam, sekarang Batam mulai kembangkan tenun, dengan perajin tenun yang berada di Ngenang. Ngenang pun akan dijadikan Kampung Tenun
TRIBUNBATAM.id,BATAM - Warga Pulau Ngenang, Suhana kini tak perlu lagi turun melaut. Perempuan paruh baya ini punya kesibukan baru sebagai penenun.
Dua alat tenun bantuan pemerintah tampak di ruang tamu rumahnya. Satu alat dengan bentangan benang berwarna merah, dan yang satu lagi hitam.
Pada bentangan hitam, tergulung kain songket biru tua bermotif gonggong. Sedangkan di bentangan sebelahnya, tampak songket merah dengan motif pucuk rebung.
"Yang ini (biru tua) saya yang kerjakan. Yang itu (merah), anak saya," kata Suhana ketika dikunjungi di rumahnya, Rabu (13/2).
Suhana merupakan satu dari lima warga Ngenang yang dilatih untuk menjadi penenun. Ilmu yang ia dapat kini telah ditularkannya kepada anak tertua.
"Tapi sekarang anak saya kelas VI (SD). Jadi berhenti dulu menenunnya. Lagi fokus untuk ujian," kata dia.
• VIDEO Penangkapan Ular King Cobra 5 Meter di Dapur Restoran Hingga Pawang Terkena Tetesan Bisa
• Setelah Viral, Alyssa Daguise Katakan Cintai Diri Sendiri, Al Ghazali Pengakuan Kesalahan
• Investasi Mulai Bergeliat, Ini Daftar Perusahaan Baru yang Segera Hadir di Batam
• Doa Jorge Lorenzo Untuk Valentino Rossi yang Merayakan Ulang tahun Hari ini
Tak hanya ke anak, tetangga-tetangga Suhana pun sudah mulai banyak yang tertarik untuk belajar tenun. Sedikitnya 10 warga Ngenang kini sudah mulai tertarik untuk menenun kain.
Ia pun membuka pintu rumahnya lebar-lebar untuk mereka yang ingin belajar bersama. Karena menurutnya kegiatan ini bermanfaat bagi para perempuan.
Dari kegiatan tenun ikat ini, Suhana bisa menambah keuangan keluarga. Sehingga ia tak perlu lagi memancing ke laut.
"Dulu saya mancing, ikannya kita keringkan untuk dijual. Sekarang tak perlu lagi. Sudah ada kegiatan (menenun) ini," tuturnya seraya menjelaskan rumitnya proses penenunan mulai dari gulung benang sampai kain jadi.
Suhana mengatakan ia bisa menyelesaikan selembar kain ukuran panjang 2 meter dalam waktu dua pekan. Dan kain ini dijualnya Rp300 ribu per meter. Atas kesepakatan bersama, dari tiap kain yang terjual mereka setor Rp50 ribu ke kelompok. Dana ini akan digunakan kembali untuk membeli peralatan dan bahan menenun seperti benang.
Hasil tenun dari Pulau Ngenang sudah dijual melalui Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Batam sebagai pembina. Meski sejauh ini pembuatan tenun masih berdasarkan pesanan.
• Resmi Hadir di Indonesia, Ini Spesifikasi dan Harga Jual BMW C 400 X
• Download Lagu MP3 Armada Ft Ifan Seventeen dan Lagu Nissa Sabyan di Android dan iPhone
• Ramalan Zodiak Akhir Pekan 16 Februari 2019, Taurus Jangan Khawatir Be Happy, Sagitarius Lagi Moody
• Ingin Ikut Meriahkan Cap Go Meh? Ini Jadwal Perayaan Cap Go Meh di Kota Pontianak dan Singkawang
"Karena masih belajar juga, jadi menghitung untuk motifnya agak lama," sebutnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batam, Ardiwinata mengatakan pembinaan bagi warga Ngenang ini sudah berjalan sekitar satu tahun lamanya. Dan akan terus dibina selama tiga tahun.
"Pembinaan ini adalah bentuk kreativitas Dekranasda. Batik sudah ada. Sekarang tenun. Tenun ini merupakan kebutuhan pakaian melayu. Untuk kain samping, bahan pembuatan tanjak," tutur Ardi.