Sel Telur Mahasiswi dari Universitas Top Laris-manis. Harganya Bisa Mencapai Rp 20 Miliar
Sebuah investigasi dari media China mengungkapkan adanya perdagangan gelap penjualan sel telur dari para mahasiswi universitas terkemuka di China.
TRIBUNBATAM.id, BEIJING - Menyusul pencabutan kebijakan satu anak di China, banyak pasangan mendapati mereka terlalu tua untuk hamil secara alami.
Alhasil, mereka pun mencari sel telur wanita lain untuk melahirkan anak berikutnya
Tentu saja mereka tidak sembarang pilih bibit.
• Suami Masuk Penjara, Istri Zul Zivilia Harus Jualan Kue dan Buka Jasa Titipan Untuk Nafkahi Anaknya
• Dukun Cabul di Padang, Ngaku Bisa Keluarkan Emas Secara Gaib, Modusnya Kembalikan Keperawanan
• Polisi Miliki 4 Bukti Kasus Mutilasi Vera Kasir Indomaret, Pangdam Janji Beri Tindakan Tegas
Wanita yang memiliki karakteristik seperti kinerja akademis yang baik, tinggi badan, dan penampilan sangat dicari, sehingga harga premium.
Namun, donor "biasa" hanya memperoleh 10.000 yuan atau sekitar Rp 20 juta lebih, tetapi masih melalui proses yang panjang.
Sebuah investigasi dari media China mengungkapkan adanya perdagangan gelap penjualan sel telur dari para mahasiswi universitas terkemuka di China.
Menurut South China Morning Post, penyelidikan dilakukan oleh Beijing Youth Daily.
Perdagangan gelap diyakini didorong oleh peningkatan permintaan untuk layanan yang disebut fertilisasi in vitro (IVF)
Infertilitas merupakan alasan lain mengapa pasangan menggunakan layanan semacam itu, kata seorang agen yang tidak disebutkan namanya dalam penyelidikan.
Investigasi surat kabar tersebut menemukan bahwa wanita yang belajar di universitas top negara itu, harga sel telur mereka bisa mencapai harga 100.000 yuan atau sekitar Rp 20 miliar.
Pasangan biasanya melakukan transaksi melalui agen, meskipun kadang-kadang mereka lebih suka bertemu donor secara langsung.
Para donor harus menjalani prosedur 10 hari disuntik dengan hormon dosis besar
Laporan itu juga mengungkapkan bahwa rumah sakit swasta membuat perjanjian rahasia dengan agen untuk mendapatkan telur secara ilegal.
Donor yang akan menjual telurnya akan dikenakan suntikan hormon dosis besar selama periode 10 hari untuk mensimulasikan produksi telur pada tingkat yang lebih cepat.
South China Morning Post melaporkan bahwa pemindaian ultrasound dan tes darah kemudian dilakukan pada donor untuk menentukan kapan operasi untuk mengeluarkan telur dapat dilakukan.