Wanita Ini Hidup dalam Dua Agama: Katholik dan Islam, Curahan Hatinya Akhirnya Viral di Media Sosial
Hidup dalam satu keluarga dengan dua agama yang berbeda jarang ditemukan di Indonesia.
TRIBUNBATAM.id - Hidup dalam satu keluarga dengan dua agama yang berbeda jarang ditemukan di Indonesia.
Kalaupun ada kehidupan seperti itu, tentu jumlahnya bisa dihitung dengan jari.
Di Filipina, seorang wanita memiliki pengalaman hidup dalam satu keluarga dengan dua agama.
Wanita ini berbagi sebuah curhatan tentang kehidupannya sebagai seorang Katolik dan seorang Muslim.
• Kondisi Kesehatan Pelaku Bom Bunuh Diri di Kartasura Sudah Membaik, Dia Mulai Berikan Pengakuan
• Denada dan Suaminya Jerry Aurum Lakukan Ini untuk Berikan Kejutan kepada Putrinya, Pasien Leukimia
• Ini Deretan Selebriti Indonesia yang Terlibat Cinta Segi Tiga, Ada yang Masih Sakit Hati Hingga Kini
• Andi Arief Buka Lagi Borok Kubu 02 Prabowo - Sandiaga, Ini Jawaban Jubir BPN Prabowo - Sandiaga

Bagaimana kedua agama yang berbeda itu hidup berdampingan di dalam rumahnya.
Arizza Nocum, dalam posting Facebook-nya minggu lalu, mengatakan bahwa dia dibesarkan di sebuah rumah tangga dengan seorang ayah Katolik dan ibu Muslim.
Dan melalui postingannya tersebut dia menyebutkan bahwa ayahnya adalah mantan seminaris dan penduduk asli kota Zamboanga, dan sang ibu Muslim dengan garis keluarga yang tumbuh di mana Islam berbaur dengan adat sekitar.
Menurut tulisan Nocum, dia bekerja sebagai eksekutif pemasaran senior di sebuah perusahaan hubungan masyarakat, kedua orang tuanya ingin mempertahankan agama mereka.
Mereka telah memutuskan untuk memulai sebuah keluarga yang, "mengakui kedua agamanya, menghormati kedua agamanya, dan hidup dengan kedua agama tersebut."
Dia kemudian menjelaskan bahwa dia memiliki masa kanak-kanak yang dia rasa sedikit berbeda.
Diketahui dia tumbuh di kota Manila, Filipina di mana ayah dan ibunya memiliki kebiasaan yang berbeda pada saat dia tumbuh besar.
“Di satu sisi keluarga, saya memiliki kerabat Katolik yang secara ketat mengikuti Paskah."
"Dan bahkan tidak mengizinkan keluarga untuk tertawa selama Jumat Agung."
"Kakek nenek yang sering menyambut pastor mereka ke rumah mereka untuk acara merienda," katanya di posnya.
“Di sisi lain, saya punya sepupu yang membawa makanan lezat selama liburan Muslim."