Kisah Pilu Sang Kapten Teuku Markam, Penyumbang Emas di Puncak Monas, Begini Akhir Hidupnya
Dalam perjalanan hidup, Teuku Markam terlibat dalam pembangunan infrastruktur di Aceh dan Jawa Barat yang didanai oleh Bank Dunia
TRIBUNBATAM.id - Tugu Monumen Nasional (Monas) indah menjulang.
Di tugu monas yang paling menggiurkan adalah pucuknya yang berbentuk nyala api dan terbuat dari emas.
Seluruh masyarakat Indonesia tentu tahu jika puncak Monas dilapisi emas seberat 38 kg.
Sementara, sebagian emas seberat 28 kg rupanya berasal dari saudagar asal Aceh bernama Teuku Markam.
Ya, nama Teuku Markam mungkin tak pernah seterkenal Teuku Umar atau Cut Nyak Dien.
Namun Teuku Markam layak dikatakan sebagai pahlawan meski tak pernah menghunuskan rencongnya ke muka serdadu Belanda.
Pasalnya, Teuku Markam berjuang setelah Indonesia merdeka.
• WhatsApp Kamu sering Lemot? Ini Tiga Tips agar WhatsApp Kamu Beroperasi Lancar Lagi
• Ayah Dewi Perssik Meninggal Karena Komplikasi Diabetes, Unggahan Terakhir DP Banjir Ucapan Duka
Bukan untuk menebas pemberontakan atau kembalinya para kompeni, tapi memperbaiki ekonomi Indonesia yang saat itu rusak parah.
Melansir dari laman Wikipedia, Teuku Markam adalah pengusaha kaya Aceh pada jaman pemerintahan Presiden RI Soekarno.
Laki-laki kelahiran Panton Labu, Aceh Utara tahun 1925 ini tak sempat lulus SD.
• Lama Tak terdengar, Begini Kehidupan Komedian Doyok, Lihat Potretnya
• Anggota Banser Alami Pembacokan, Polisi Buru Para Pelaku, 2 Orang Tertangkap, yang Lain Buron
di Tengah Jalan
Teuku Markam hanya mengenyam pendidikan hingga kelas 4 SR (Sekolah Rakyat).
Sejak kecil, Teuku Markam sudah menjadi yatim piatu.
Saat berusia 9 tahun, sang ayah Teuku Marhaban meninggal dunia. Sedangkan ibunya telah lebih dulu meninggal.

Teuku Markam kemudian diasuh kakaknya, Cut Nyak Putroe.