Tanjungpinang Terkini
Berwisata ke Pulau Lahirnya Tata Bahasa Melayu. Wisatawan Dikenakan Biaya Rp 7 Ribu Sekali Berlayar
Bagi wisatawan dikenakan biaya Rp 7 ribu sekali berlayar. Waktu tempuh pun kurang lebih hanya 10 menit untuk sampai ke dermaga pelabuhan Penyengat
Penulis: Endra Kaputra |
TRIBUNBATAM.id, TANJUNGPINANG - Mungkin sudah tidak asing lagi, bila disebutkan tempat lahirnya tata bahasa melayu yang saat ini disebut bahasa Indonesia.
Selain tempat lahirnya tata bahasa melayu, pulau ini juga menjadi Kawasan Cagar Budaya Nasional.
Pulau penyengat adalah pulau kecil yang berada tepat di depan Tanjungpinang. Di pulau ini terdapat berbagai peninggalan bersejarah, di antaranya adalah Masjid Raya Sultan Riau, makam-makam para raja, makam Raja Ali Haji, kompleks Istana Kantor, Balai Adat, dan benteng pertahanan di Bukit Kursi.
Untuk berkunjungan ke Pulau Penyengat. Biasanya masyarakat atau wisatawan harus menaiki perahu atau pompong di dermaga pelabuhan yang berada di jalan Pos, Kecamatan Tanjungpinang Kota.
Bagi wisatawan dikenakan biaya Rp 7 ribu sekali berlayar. Waktu tempuh pun kurang lebih hanya 10 menit untuk sampai ke dermaga pelabuhan Pulau Penyengat.
Pulau dengan luas tidak lebih dari 2 km persegi perbatasan antara Indonesia dengan Singapura ini pun dilengkapi dengan fasilitas seperti becak motor untuk mengitari pusat kajian Melayu Islam yang ternama. Sekali perjalanan, dengan penumpang 3 orang.
Pengemudi becak motor memberikan tarif Rp 40 ribu. Perjalanan pun memakan waktu kurang lebih satu jam.
• Nurdin-Isdianto Awali Safari Ramadan di Pulau Penyengat: Maksimalkan Ibadah, Ibarat Ramadan Terakhir
• Nurdin dan Isdianto Awali Safari Ramadan Di Pulau Penyengat
• Hendak Curi Motor di Perumahan, Dua Pencuri Ini Nyaris Ditelanjangi Warga Sebelum Diantar ke Polisi
"Boleh juga wisatawan yang menggunakan becak motor ini minta singgah dan menikmati lamaanya di lokasi tersebut. Nanti tinggal hubungi kami untuk jemput kembali," kata Kosim pengemudi becak motor.
Perjalanan pertama, wisatawan akan mengunjungi makam Raja Ali Haji, pencipta Gurindam Dua Belas. Ia juga peletak dasar gramatika Bahasa Melayu.
Setelah itu, mengunjungi makam Raja Jafar, kompleks Istana Kantor, Balai Adat, benteng pertahanan di Bukit Kursi, dan lokasi lokasi bersejarah lainnya.
Saat berkunjung ke Balai Adat, di bagian tengah bangunan, terdapat pelaminan yang hampir seluas dinding bagian belakang bangunan.
Warna kebesaran Melayu yakni hijau, kuning merah memang menjadi warna dominan bagian dalam bangunan.
Balai Adat ini pun menyewakan berbagai pakaian adat, baik untuk laki laki, maupun perempuan, lengkap dengan atributnya.
"Dari anak anak sampai dewasa ada. Kita sewakan sekali pakai Rp 25 ribu saja. Pengunjung bisa berfoto di pelaminan dengan baju adat," Kata Hariawan sebagai anggota Pokdarwis Pulau Penyengat bagian pakaian Adat Melayu.
Yana wisatawan dari Batam ini selalu datang setiap satu tahun sekali ke pulau penyengat. Ia sangat takjub akan indahnya peninggalan sejarah melayu.
"Biasa kami pasti ziarah ke Makam Raja Ali Haji, lalu ke Engku Putri, dan ke Balai Adat ini, serta melanjutkan ke lokasi yang lain," katanya.
Biasanya wisatwan akan membawa oleh oleh kue Dram dram, dan otak otak sebagai tanda bila sudah berkunjung ke pulau penyengat. (dra)