Demo
Warga Pulau Todak dan Kubung Hadang Speedboat Lewat
Masyarakat pulau Todak dan pulau Kubung menghentikan kapal penumpang speedboat
TRIBUNNEWSBATAM.COM. BATAM- Masyarakat pulau Todak dan pulau Kubung menghentikan kapal penumpang speedboat dan kapal very yang melewati jalur alternatif perairan Punggur dalam, Senin (19/12) pukul 10.00 WIB. Aksi tersebut dilakukan masyarakat, karena merasa terganggu dengan tingginya gelombang kapal saat melewati kedua kampung tersebut.
Dampak dari gelombang kapal, pelantar rumah warga yang berada dipinggir pantai banya yang patah. Bahkan beberapa kali kejadian pompong warga tenggelam. Selain itu, sudah ada warga yang korban hingga meninggal dunia akibat pompongnya diterjang gelombang kapal tersebut.
Benjamin salah seorang warga Pulau Todak mengatakan, aksi menghentikan kapal very yang membawa penumpang dari Batam-Tanjungpinang dan sebaliknya itu, katanya, sudah beberapa kali dilakukan warga. Warga secara persuasif memberitahukan kepada Kapten Kapal agar memperlambat laju kapalnya saat melintasi kapungnnya itu.
"Tadi pagi kita turun lagi pak, ada puluhan nelayan menggunakan pompong kayu menghentikan kapal membawa penumpang dari Batam ke Tanjungpinang. Kita bukan demo, hanya memberitahu Kapten kapal untuk memperlambat laju kapalnya. Kami kasih lihat rumah kami yang rusak karena gelombang kapalnya itu,"ujar Benjamian saat mendatanggi kantor Sahbandar Telaga Punggur.
Pemberitahun ini sudah sering dilakukan warga, katanya, bahkan warga Pulau Todak dan Pulau Kubung melalui RT/RW sudah melayangkan surat ke Sahbandar Telaga Punggur dan manageman operator kapal. Namun, tambahnya, pemberitahuan warga ini tidak pernah digubris. Kapal yang membawa punumpang tetap saja melaju dengan kecepatan yang tinggi.
"Ada dua kapal yang kita stop tadi, kapal Baruna dan kapal Citra. Sebelum kami beritahu kapten kapalnya, kami terlebih dahulu minta maaf kepada penumpangnya,"ungkap Banjamin.
Benjamin menambahkan, ada beberapa kapten kapal yang bandel. Setiap lewat selalu dengan kecepatan tinggi. Bahkan katanya, untuk memberitahu kapten kapal tersebut, ia sering melambaikan bendera putih dari pelantar rumahnya. Bendera putih maksudnya, agar kapten kapal memperlambat laju kapal saat melintas didepan pulau Todak dan Pulau Kubung.
Baki, Ketua RW 03 Kelurahan Ngenang, Pulau Kubung mengaku tidak mau lagi kejadian pada Januari 2011 kembali terejadi. Ada dua orang warga pulau Kubung, ibu dan anaknya tenggelam akibat diterjang gelombang kapal. Peristiwa tersebut terjadi pada saat angin utara yang masuk pada bulan Desember hingga akhir Januari.
"Sekarang ini sudah masuk angin musim utara, pasang dan gelombang air laut cukup tinggi. Untuk itu kami minta kapten kapal speedboat dan kapal very pembawa penumpang memperlambat laju kapalnya. Tidak kena gelombang kapal saja, warga yang rumahnya yang dibibir pantai sudah was-was. Apa lagi kena gelombang kapal,"cemas Baki.
Keluhan warga ini, katanya, sudah beberapa kali disampaikan ke operator kapal dan sahbandar Punggur. Namun tidak ada tanggapan. "Akhirnya nelayan kami terpaksa turun ke laut memberhentikan kapal, itu pun hanya meminta kapten kapal untuk memperlambat laju kapalnya. Masyarakat kami masih bersabar, tidak mau melakukan yang tidak-tidak,"ungkapnya.
Sementara itu pengurus pelayaran kapal very Baruna, Norman membenarkan ada beberapa kapal Baruna yang menggunakan jalur alternatif didepan pulau Todak dan Pulau Kubung, katanya, menggunakan jalur alternatif tersebut dilakukan kapten kapal untuk menghindara gelombang tinggi dijalur resmi Tanjung Sawo.
"Sekarang ini kan angin utara, kalau lewat tanjung sawo gelombangnnya tinggi. Jadi kapten kapal berinisiatif lewat jalur alternatif. Kami sudah himbau Kapten kapal, agar memperlambat laju kapal saat melewati pulau Todak dan pulau Kubung,"ungkap Norman singkat.