Perayaan Idul Adha 1434 Hijriah

Untuk Apa Kita Berkorban

Semua makhluk sama derajatnya di sisi Allah, tidak ada yang berbeda kecuali amalnya.

www.humasbatam.com
H Achmad Ridho Amir SAg MHI (kiri) Ketua Umum Ikatan Persaudaraan Imam Masjid (IPIM) Kota Batam menerima bantuan dari Pemerintah Kota (Pemko) Batam yang diserahkan langsung oleh Wali Kota Batam, Drs H Ahmad Dahlan MH, Rabu (29/12/2010). 

Oleh: H Achmad Ridho Amir SAg MHI

Setiap bulan Dzulhijjah, seluruh jemaah haji berkumpul di baitullah, Makkah Al Mukarramah. Di sana ribuan umat Islam mendatangi baitullah. Baik laki-laki perempuan, tua-muda, besar-kecil, dari berbagai belahan dunia, dan berbagai suku serta bangsa.

Semuanya meninggalkan keluarga, harta benda, anak, istri, dan orang-orang yang mereka cintai, demi memenuhi panggilan Allah, untuk menjalankan ibadah haji.

Semuanya sama derajatnya di sisi Allah, sebagai hamba Allah semata, tanpa membedakan kaya atau miskin, pejabat atau rakyat, warna kulit, suku bangsa maupun asal masing-masing.

Semuanya berlomba-lomba ingin menjadi haji yang mabrur, menjadi hamba Allah yang taat dan memeroleh kedudukan yang mulia di sisi Allah. Ada beberapa hikmah yang dapat kita ambil pada momen ibadah haji ini.

Idul Adha identik dengan Idul Qurban, tapi qurban yang dimaksudkan bukan sekedar menyembelih hewan qurban kemudian dagingnya dibagikan kepada orang-orang yang berhak menerima.

Qurban yang dimaksudkan adalah melaksanakan pengorbanan hakiki, yakni mengorbankan sebagian yang kita miliki dan cintai, baik harta benda maupun penghormatan untuk dibagikan kepada orang yang lebih membutuhkan.

Hal itu dilakukan semata-mata untuk melaksanakan ta’abbudilallah, yakni mengabdi kepada Allah dalam rangka memeringati dan mengenang pengorbanan besar yang dilakukan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam beserta keluarganya.

Pengorbanan tidak hanya bisa dijadikan pelajaran dalam hidup saja, namun juga mampu meningkatkan taraf kehidupan kita, baik di dunia maupun di akhirat nanti.

Pengorbanan yang mampu mengangkat hasrat kemanusian, meningkatkan kapasitas hidup dan kemampuan pribadi, menjadi orang mulia, baik di hadapan manusia maupun di hadapan Rabbul Izzah.

Demikian itu yang pernah dilakukan dan didapatkan Nabi Ibrahim beserta keluarganya. Peristiwa pengorbanan besar tersebut dimulai ketika Ibrahim dengan tulus ikhlas dan rida melaksanakan perintah Allah yang “tidak logis”.

Yaitu seorang ayah atas isyarat mimpi harus menyembelih satu-satunya putra tercintanya. Perintah Allah tersebut berawal dari bisikan yang mengusik tidur Abal Anbiya’ Ibrahim.

Allah memberikan wahyu lewat ru’yah shodiqoh kepada nabi-Nya agar menyembelih putra semata wayangnya yang bernama Ismail. Ketika Ibrahim terjaga dari tidurnya, ia mengira apa yang mengganggu tidurnya hanyalah bisikan setan.

Sebab sangat tidak mungkin Allah yang Maha Penyayang dan Pengasih memerintahkan untuk menyembelih putra yang telah lama dinantikannya tersebut.

Namun demikian, Nabi Ibrahim mencoba merespon perintah Allah tersebut dengan akalnya. Namun kemudian dia menampik perintah tersebut lantaran tidak bisa diterima dengan logika.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved