Tragedi Pembunuhan Siswi SMK Batam
Asen Kerap Pulang Dini Hari dan Tiga Bulan tak Bayar Kos
"Sudah mau 3 bulan ini dia nunggak bayar kos. Kemarin istrinya kerja, tapi tak lama. Setelah itulah, dia tak bisa bayar uang kos,'kata Suarni.
Laporan Tribunnews Batam, Dewi Haryati
TRIBUNNEWSBATAM.COM, BATAM - Terkejut. Itulah penuturan Suarni, ibu kos di Bengkong Kolam, dimana Asen tinggal sebelum tertangkap di rumah kos di Bengkong Palapa 1, Batam, Kepulauan Riau (Kepri) begitu mengetahui salah seorang penghuni kos di tempatnya merupakan seorang pelaku pembunuhan.
Ia sendiri baru mengetahui hal itu, Senin (12/5) sore, ketika beberapa personel kepolisian Polsek Lubuk Baja menanyakan informasi Asen kepada suaminya.
Kepada Tribun, wanita ini menuturkan, Asen sudah tinggal di kos-kosannya sejak Januari 2014 lalu. Itupun tanpa sepengetahuannya. Disana Asen menempati salah satu kamar di lantai 2, kos-kosan bertingkat 3 cat putih itu.
"Dia sudah 5 bulan tinggal disini. Awalnya itu bukan dia yang kos, tapi perempuan dan sudah punya anak 2. Saya pikir itu istri dia (Asen) karena sama-sama Tionghoa, rupanya bukan," kata Suarni, Jumat (16/5).
Selang beberapa hari membayar uang kos bulan Januari, kata dia, ada seorang perempuan yang datang dan tinggal di kamar kos Asen. Perempuan itu diperkenalkan sebagai istri Asen dan baru tiba dari Jawa.
"Waktu itu suami saya sudah ingatkan dia melapor ke RT karena dia baru ngekos, dia bilang nanti, tapi tak pernah dikerjakannya. Kami minta surat nikah mereka, kata dia, masih tertinggal di Jawa," ceritanya.
Selama tinggal di kos-kosannya, Suarni sama sekali tak mengetahui pekerjaan Asen. Ia hanya tahu Asen sering pulang larut malam. Setiap kali pulang, terkadang Asen mengendarai mobil, motor butut, ataupun ojek. Namun Asen lebih sering terlihat membawa mobil ke tempat kosnya.
"Kami tak tahu pekerjaannya apa. Diapun memperkenalkan diri sebagai Hasan, bukan Asen. Pulangnya selalu malam sampai pukul 3 pagi. Makanya dia sering baru bangun itu pukul 10," ujar Suarni.
Selama tinggal di kos-kosannya, Suarni mengaku Asen kerap kali terlambat membayar uang kos Rp500.000 per bulan. Setiap ditagih, ia selalu memiliki alasan.
"Sudah mau 3 bulan ini dia nunggak bayar kos. Kemarin istrinya kerja, tapi tak lama. Setelah itulah, dia tak bisa bayar uang kos. Alasannya selalu nanti-nanti, belum punya uang. Sampai sekarang dia pergi, dan istrinyapun tak ada, belum dibayar," kata Suarni.