Musabaqah Tilawatil Quran 2014
Baitul Makmur, Masjid Tertua dan Bersejarah di Batam
Masjid tertua di Batam ini terletak di Jalan Prambanan, Kelurahan Seraya, Kecamatan Batu Ampar.
Laporan Wartawan Tribun Batam, Dewi Haryati
BATAM, TRIBUN - Pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional XXV di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) sudah berlangsung.
Di sela-sela kegiatan ini, tidak ada salahnya jika mereka mengunjungi masjid tertua di Batam. Sembari melaksanakan salat, Anda juga dapat refreshing atau bertukar pikiran.
Masjid tertua di Batam ini terletak di Jalan Prambanan, Kelurahan Seraya, Kecamatan Batu Ampar. Seperti nama lokasinya 'bukit', masjid ini berada pada ketinggian sekitar 400 meter dari permukaan Jalan Raya Batu Ampar.
Masjid ini bernama Baitul Makmur. Suasana asri dan rimbun masih terjaga di area sekitar masjid yang didirikan sejak 1972-1975 itu. Suara jangkrik dan kicauan burung, akan menyambut kedatangan setiap langkah kaki pengunjung di masjid tertua di Batam ini.
Beberapa masyarakat sekitar sering menghabiskan waktu sorenya dengan berjalan-jalan di area pekarangan masjid. Sekedar melepas lelah ataupun menikmati keasrian alam yang tetap terjaga di sana.
"Masjid ini dibangun sejak 1972 sampai 1975. Dahulunya kondisi Batam masih hutan belantara. Saat itu yang memegang otoritas masih Pertamina di era Pak Ibnu Sutowo," ucap Imam Masjid Baitul Makmur, Ahmad Riaudi kepada Tribun, Sabtu (7/6/2014).
Sejak 1978, seiring pergantian kekuasaan di Batam, masjid inipun beralih ke aset Otorita Batam, kini BP Batam. Di masa kejayaannya, banyak petinggi-petinggi di negeri ini yang menyempatkan diri salat berjemaah di sana.
"Para menteri di era Presiden Soeharto pernah salat Jumat di sini tahun 1997. Pak Habibie, Faisal Tanjung, Susilo Sudarman juga pernah," katanya mengenang kejadian beberapa puluh tahun silam.
Bahkan qori internasional Indonesia, Muammar ZA, kata Ahmad, pernah menjadi khatib dan imam salat Jumat di masjid ini.
Masjid Baitul Makmur memiliki luas lahan sekitar 1 hektar dengan luas bangunan sekitar 30 x 38 meter. Masjid ini mampu menampung sekitar 2.000 jemaah.
Dari balik rerimbunan pohonnya, pengunjung dapat menyaksikan hamparan laut luas. Berikut kapal-kapal besar yang lalu lalang setiap menitnya di sana.
Secara kasat mata, pengunjungpun dapat menyaksikan gedung-gedung menjulang tinggi negeri jiran, Singapura yang hanya berjarak beberapa km dari Batam.
Jika beruntung, pengunjung juga dapat menyaksikan riaknya monyet-monyet di sana berlompat-lompat dari satu dahan ke dahan lainnya.
Dua tahun lalu di area sekitar masjid ini memang terdapat lebih kurang 60 ekor monyet. Mereka beranak-pinak di sana. Lantaran sering mengganggu masyarakat, satu persatu monyet itu diusir.
"Dulu memang banyak, adalah sekitar 60 ekor monyet, tapi sekarang tinggal 2. Karena kebanyakan, masyarakat terganggu dengan kehadiran mereka. Terpaksa kami usir," katanya.
Kehadiran masjid ini, sebenarnya mempunyai nilai sejarah besar sepanjang pertumbuhan Kota Batam. Ia menjadi saksi bisu pergantian kepemimpinan Batam di kala itu.
Sayang kondisinya kini kurang terawat. Untuk menjaga kebersihan masjid, pengurus masih mengandalkan sukarelawan. Begitupun dengan dana pembangunan masjid hanya berasal dari swadaya masyarakat dan infak.
"Seharusnya pemerintah memperhatikan masjid ini. Karena walau bagaimanapun nilai sejarahnya besar," ujar Ahmad yang sudah menjadi imam masjid di sana sejak 1990-an.
Pada pelaksanaan MTQ nasional di Batam, Kepri, iapun mempunyai harapan besar Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono bersedia mengunjungi masjid tersebut.
"Ya, harapannya Pak SBY bisa datang melihat bangunannya. Nanti mau saya tweet di media sosial," harapnya.