Gunakan Kelong Apung, Nelayan Bintan Bisa Tangkap Teri 100 Kg per Hari

Di balik cerita kehidupan serba sulit para nelayan yang kini mengalami kelangkaan BBM solar, masih terselip cerita bahagia dari para nelayan Bintan.

tribunnews batam/rohman
Ahmad (40), nelayan warga Kampung Pulau Pucung Desa Malang Rapat, Bintan, Kepulauan Riau (Kepri) sedang menjemur ikan teri hasil tangkapannya, Kamis (4/9/2014). 

Laporan Tribunnews Batam, Mhd M Ikhwan

TRIBUNNEWSBATAM.COM, BINTAN- Di balik cerita kehidupan serba sulit para nelayan yang kini mengalami kelangkaan BBM solar, masih terselip cerita bahagia dari para nelayan yang berdomisili di Pesisir Pantai Timur, tepatnya Desa Malang Rapat, Teluk Bakau dan Berakit Kabupaten, Bintan, Kepulauan Riau (Kepri).

Lewat media alat tangkap tradisional kelong apung, mereka bisa mendapatkan ikan bilis atau ikan teri sehari setidaknya 100 kg.

Ahmad (40), warga Kampung Pulau Pucung Desa Malang Rapat adalah satu diantara nelayan yang memanfaatkan kelong apung tersebut saat melaut.

Menurutnya menangkap bilis dengan kelong apung biasanya dilakukan pada malam hari. Karena penangkapan tidak menggunakan umpan, melainkan menggunakan cahaya untuk memikat agar ikan teri mendekat ke kelong apung.

"Biasanya kami berangkat melaut sekitar jam 5 sore dan pulang pukul 7 pagi. Jadi bermalam di laut sudah biasa," jelasnya Kamis (4/9).

Menurutnya mereka pulang dan pergi menggunakan pompong. Kelong tetap dilabuhkan ditengah laut dan hanya ditarik ke darat menggunakan pompong saat akan diperbaiki. Biasanya 24 hari sekali.

Satu hari melaut menggunakan kelong apung, dia bisa mendapatkan 100 kilogram ikan bilis basah. Saat pulang ke darat itulah mereka membawa hasil tangkapannya.

Selanjutnya bilis-bilis itu dikeringkan dengan cara di jemur. Alas untuk menjemur juga tak sembarangan yaitu menggunakan kajang. Karena menurutnya jika dialas menggunakan terpal, justru bilis lambat kering.

"Kalau jemur bilis kita pakai kajang, cepat kering air mudah meresap. Kalau panas macam ni setengah hari sudah bisa kering. Kalau tak seberapa panas sehari atau dua hari baru kering," kata peria yang sudah tujuh tahun bekerja nelayan kelong apung ini.

Sedangkan jika musim hujan, bilis tetap dikeringkan. Namun tidak dengan dijemur melainkan dikeringkan menggunakan open. Jadi maskipun kondisi tidak panas bilis-bilis tersebut tetap bisa kering. 100 kilogram ikan bilis basah jika dikeringkan akan menjadi sekitar 25 kilogaram.

Bilis yang sudah kering tersebut kemudian dijual kepada toke atau bos pemborong langganannya. Satu kilo bilis kasar dijual seharga Rp65 ribu, bilis halus Rp75 ribu dan bilis nasi Rp100 ribu perkilogramnya.

"Ya kalau pas bagus lumayanlah. Tapi kalau pas angin utara, cuaca tak mendukung kita gak bisa melaut," katanya seraya menambahkan musim angin selatan merupakan musim paling bagus untuk memanen bilis.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved