Kartu Kendali Nelayan Ada Namun Solar Untuk Nelayan Tidak Ada
Para nelayan di pulau pesisir Bintan mulai berteriak kekurangan bahan bakar minyak (BBM) untuk melaut.
Laporan Wartawan Tribun Batam, Thomas T. Limahekin
TANJUNGPINANG, TRIBUN - Para nelayan di pulau pesisir Bintan mulai berteriak kekurangan bahan bakar minyak (BBM) untuk melaut. Mereka mulai mempertanyakan jatah BBM yang seharusnya mereka terima.
Belasan tekong kapal nelayan dari pulau Mapur, Numbing, dan Kelong terpaksa mendatangi Kantor DPRD Kepri, Pulau Dompak Tanjungpinang, beberapa hari lalu.
Mereka mengadu kepada wakil rakyat itu tentang beberapa kesulitan yang dihadapi selama ini.
"Kami sudah memiliki kartu kendali. Bahkan saya pegang kartu kendali untuk 11 kapal. Tapi mana minyaknya? Dulu tambang bauksit masih berjalan, kami paham.”
“Tetapi sekarang tambang sudah ditutup pun minyak masih kurang," keluh Menan, tekong Kapal Sri Intan Jaya, saat bertemu anggota dewan, Rabu (3/12/2014).
Menan mewakili belasan tekong kapal ikan dari pulau pulau Mapur, Numbing dan Kelong, menyuarakan kesulitan jatah minya yang diterima mereka untuk melaut sejak harga bahan bakar dinaikkan.
Dia mengakui sudah memiliki kartu kendali untuk mendapatkan jatah solar. Namun, jatah solar yang tertera dalam kartu kendali tidak sama persis dengan jumlah yang diterima.
"Di kartu kendali kami misalnya tertulis 100 ton. Tetapi ketika mengisi bahan bakar, kami justru hanya menerima 50 ton saja," ujar Menan.
"Belum lagi letak agen premium dan minyak solar (APMS) jauh dari tempat kami. Kami bisa habiskan 10 ton untuk datang mengisi minyak. Lalu berapa minyak yang kami pakai untuk melaut," jelas Menan lagi.
Berangkat dari kesulitan yang dialami, para nelayan itu lalu meminta anggota dewan untuk membantu mereka menangani kesulitan ini.
Mereka menegaskan, berapa pun harganya, yang penting pasokan minyak harus tetap ada dan mudah dijangkau.