Pesawat Hercules Jatuh

"Naik Hercules Seperti Bus dan Tanpa Asuransi, Itulah Andalan Warga Natuna"

Transportasi dengan pesawat militer Angkatan Udara (AU) ini begitu diandalkan warga Natuna.

tribunnews medan
Ilustrasi Pesawat Hercules 

Laporan Tribunnews Batam, M Ikhsan

TBUNNEWSBATAM.COM, NATUNA- Penerbangan Angkatan Udara Militer (PAUM), begitu sebutan pesawat Hercules bagi masyarakat di Kabupaten Natuna, yang berada di ujung utara NKRI.

Transportasi dengan pesawat militer Angkatan Udara (AU) ini begitu diandalkan warga Natuna.

Sebab, tarif penerbangan komersil relatif mahal. Lagipula intensitas penerbangan sipil di daerah kaya potensi kelautan dan Migas itu sangat minim.

Riki Rino, salah seorang warga di Jalan Aer Kolek, Ranai, Natuna menuturkan, pengalaman naik PAUM.

Baginya, PAUM benar-benar menjadi sesuatu yang berkesan namun mendebarkan.

"Saya punya pengalaman dan pertama naik PAUM pada 2009. Ini transportasi yang diandalkan masyarakat Natuna selain pesawat reguler yang minim dan kapal Pelni yang lama,"kata pria yang berkecimpung sebagai aktivis dan pengusaha toko itu.

Berbekal duit Rp500 ribu, ia kemudian mendapat kupon kuning setelah mendaftar menjadi penumpang PAUM beberapa hari sebelumnya. Penumpang diwajibkan mendaftar beberapa hari karena PAUM punya daftar tunggu.

"Waktu itu saya mau pergi ke Padang, lihat istri yang mau lahirkan anak pertama pada tahun 2009. Saya beli tiket PAUM yang lumayan membantu. Kalau naik pesawat lainnya bisa sampai Rp2 juta sekali terbang," kata Riki.

Naik PAUM yang punya kursi berjejer lurus di kiri dan kanan, diutamakan yang duduk anak-anak dan wanita.

"Wanita dan anak-anak diutamakan duduk, mereka disuruh berada di bagian depan, sementara saya cuma berdiri dan sesekali duduk di atas barang-barang bagasi," kata Riki.

Kendati memiliki air conditioner (AC) di dalam pesawat, namun tidak sedingin terbang pesawat komersil.

Penerbangan ini cukup gerah dan membuat penumpang berkeringat. Namun kalau sudah d iudara biasanya suhu di dalam pesawat cukup nyaman bagi penumpang.

"Penumpang paling berdiri bergantungan, seperti di busway, keringatan dan kadang bau badan mereka terasa. Ya tapi itu lah risiko naik PAUM walau tanpa asuransi," ujar Riki.

Ia menempuh perjalanan 1,5 jam ke Tanjungpinang, 1,5 jam ke Medan dan 1 jam ke Pekanbaru, sekitar 3,5 jam perjalanan. Dari Pekanbaru, Riki mengaku menempuh jalur darat ke Padang.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved