Kapal Indonesia Dibajak di Laut Filipina

Satu Kapal Indonesia Berisi 10 ABK Masih Dibajak di Laut Filipina, Pelaku Minta Tebusan

Kapal Anand 12 dan 10 orang awak kapal masih berada di tangan pembajak, namun belum diketahui persis posisinya.

IStimewa
Ilustrasi kapal. 

BATAM.TRIBUNNEWS.COM, BATAM- Kementrian Luar Negeri (Kemlu) Republik Indonesia membenarkan informasi pembajakan kapal Indonesia oleh pihak yang mengaku dari kelompok Abu Sayyaf di perairan Filipina.

Dari informasi yang diterima Tribun Batam dari Kemlu, pihak Kemlu sudah melakukan mengecekan terhadap informasi tersebut.

Pada Senin (28/3/2016) lalu, Kemlu menerima informasi awal dari sejumlah pihak mengenai adanya dua kapal berbendera Indonesia yang dibajak.

Dalam kapal tersebut terdapat 10 WNI sebagai awak buah kapal (ABK) yang disandera di perairan Filipina.

Berdasarkan info awal tersebut, Kemlu telah melakukan penelusuran dan komunikasi dengan pemilik kapal serta sejumlah pihak di Indonesia dan Filipina.

Dari penelusuran Kemlu tersebut, didapati sejumlah fakta bahwa benar telah terjadi pembajakan terhadap kapal tunda Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12 yang membawa 7.000 ton batubara dan 10 orang awak kapal berkewarganegaraan Indonesia.

Saat dibajak kedua kapal dalam perjalanan dari Sungai Puting (Kalsel) menuju Batangas (Fililina Selatan).

Tidak diketahui persis kapan kapal dibajak.

Pihak pemilik kapal baru mengetahui terjadi pembajakan pada tanggal 26 Maret 2016, pada saat menerima telepon dari seseorang yang mengaku dari kelompok Abu Sayyaf.

Kapal Brahma 12 sudah dilepaskan dan saat ini sudah di tangan otoritas Filipina.

Sementara itu kapal Anand 12 dan 10 orang awak kapal masih berada di tangan pembajak, namun belum diketahui persis posisinya.

Dalam komunikasi melalui telepon kepada perusahaan pemilik kapal, pembajak atau penyandera menyampaikan tuntutan sejumlah uang tebusan.

Sejak tanggal 26 Maret, pihak pembajak sudah dua kali menghubungi pemilik kapal.

Untuk menangani kasus ini, Menlu RI terus berkomunikasi dan berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait di Indonesia dan Filipina, termasuk dengan Menlu Filipina.

Prioritas saat ini adalah keselamatan 10 WNI yang disandera.

Pihak perusahaan sejauh ini telah menyampaikan informasi tersebut kepada keluarga 10 awak kapal yang disandera. (*)

Berita lengkap dapat dibaca di edisi cetak Tribun Batam, besok, Rabu (30/3/2016).

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved