TOPIK
Kapal Indonesia Dibajak Di Laut Filipina
-
Empat militan Abu Sayyaf tewas dalam pertemuan dengan Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF), seperti dilaporkan The Philippine Star, Rabu (10/8/2016).
-
Melati Ginting (52) baru mengetahui kepastian empat ABK kapal TB Henry, termasuk putra tercinta, Moch Arianto Misnan (23) atau Rian, dibebaskan.
-
Empat WNI korban penyanderaan kelompok Abu Sayyaf di Filipina, segera dipulangkan dan tiba di Tanah Air.
-
Empat WNI yang menjadi sandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina akhirnya dibebaskan hari ini, Rabu (11/5/2016).
-
Ia juga mengklarifikasi tidak ada pemisahan sandera antara nonmuslim dan muslim
-
Alvian menceritakan kronologi penyanderaan yang dilakukan sekelompok militan asal Filipina tersebut
-
Warga Minahasa itu bersama sembilan sandera lain sempat stres karena kerap diancam akan diiris lehernya
-
"Alhamdulillah sudah ketemu semalam," katanya
-
Saat itu milisi Abu Sayyaf membangunkan mualim dua tugboat Brahma 12 berikut sembilan rekannya dari tidur.
-
Keluarga Peter Tosen Barahama merasa lega dan sujud syukur setalah anggota keluarga mereka dibebaskan oleh kelompok Abu Sayyaf.
-
Kabar mengejutkan datang dari surat kabar Filipina, Inquirer. Diberitakan bahwa ANI bisa bebas dari militan Abu Sayyaf setelah ada uang tebusan.
-
Sam, Kakak Peter Tonsen Barahama, warga Batam yang menjadi nakhoda kapal yang sempat disandera Abu Sayyaf, menyatakan siap terbang ke Jakarta.
-
Sandera kelompok Abu Sayyaf asal Kanada, John Ridsdel, akhirnya tewas dieksekusi oleh kelompok itu, Senin (25/4/2016).
-
Kondisi terakhir Lambas Simanungkalit, salah satu Anak Buah Kapal (ABK) Tugboat Henry yang tertembak kelompok bajak laut Abu Sayyaf Filipina kritis.
-
"Masalah ini bukan hanya masalah keluarga lagi, tetapi sudah menjadi masalah Indonesia, jadi kami hanya berharap Bang Peter,"kata Hendri.
-
Tebusan sebesar 29 juta peso atau sekitar Rp 8,2 miliar diibayar untuk membebaskan sandera asal Italia.
-
Pria yang merupakan seorang misionaris itu ditemukan dalam sebuah kapal ferry yang tengah menuju Kota Zamboanga pada Jumat malam.
-
Kelompok Abu Sayyaf melepas seorang sandera asal Italia pada Jumat (8/4/2016) tetapi masih menyandera 10 WNI.
-
Charlos Barahama (64) dan Sopitje Salemburung (60), orangtua Peter Tonsen Barahama, kini resah karena Pemerintah Indonesia belum mampu membebaskannya.
-
Keluarga Barahama kini hanya bisa berdoa memohon kepada Tuhan agar anak mereka masih dalam keadaan selamat
-
Penyelamatan WNI oleh Indonesia secara militer ditolak pemerintah Filipina, meski personel TNI sudah berada di perbatasan kedua negara.
-
Besok, Jumat (8/4/2016) adalah batas terakhir yang diberikan kelompok Abu Sayyaf yang menyandera 10 nakhoda kapal Anand 12 asal Indonesia.
-
Retno tak ingin pernyataan terbukanya mengubah sikap penyandera dan pada akhirnya merugikan Indonesia
-
Kelompok Abu Sayyaf mengancam akan membunuh 10 WNI jika tidak memenuhi permintaan mereka sampai tanggal 8 April 2016 mendatang.
-
Disebutkan sebanyak lima belas anggota kelompok bersenjata Abu Sayyaf membawa 10 WNI memakai speedboat menuju kota pesisir Kalingalan Caluang Sulu
-
Sya'diah mengaku, terakhir berkomunikasi dengan sumainya pada Minggu (27/3/2016) siang
-
"Kami khawatir kalau belum ada perkembangan, sementara batas waktunya hari ini," lanjutnya.
-
Kelompok bersenjata Abu Sayyaf yang membajak dan menyandera 10 WNI itu adalah dua bersaudara, yakni Nickson dan Brown Muktadil
-
Kecemasan dialami keluarga dan kerabat Peter Tonsen Barahama baik yang tinggal di Batam maupun Singihe, Sulawesi Utara (Sulut).
-
"Saya meyakini kemampuan pasukan TNI cukup memadai melawan kelompok ini," ujar Peneliti terorisme dan intelijen Ridlwan Habib