Sepak Terjang Gerakan ISIS
Pertahankan Kehormatan, 250 Perempuan Irak Dihabisi ISIS
Sebanyak 250 perempuan Irak yang kukuh mempertahankan harga dirinya, digorok oleh ‘kelompok penjahat’ Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).
BATAM.TRIBUNNEWS.COM, MOSUL – Sebanyak 250 perempuan Irak yang kukuh mempertahankan harga dirinya, digorok oleh ‘kelompok penjahat’ Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).
Mereka dihabisi karena menolak jadi wanita bergilir bagi para penganut ideologi kekerasan dan kekejaman, yang acap bertindak melampaui malaikat pencabut nyawa.
Situs berita Daily Mirror, Kamis (21/4/20106) sore, melaporkan, para perempuan itu tetap tegar meski algojo-lagojo ISIS siap membunuhnya.
Tidak ada kata menyerah. Lebih baik mati bersimbah darah, daripada melihat wajah-wajah bengis menggilir mereka saban hari.
Para perempuan pemberani itu dibantai secara keji di Mosul, kota terbesar kedua Irak yang terletak di bagian utara negara itu.
Mosul sedang dalam kekuasaan ISIS.
“Sedikitnya 250 perempuan Irak telah dieksekusi oleh militan ISIS, karena mereka menolak menjadi pemuas nafsu,” tulis Daily Mirror mengutip propaganda ‘gerombolan penjahat’ itu.
Para perempuan dihadapkan pada dua pilihan, yakni menerima tawaran ‘kawin kontrak’ atau ‘dieksekusi’.
Mereka tegas menolak pilihan pertama dan lebih baik mati dengan cara apapun.
Berbagai laporan tentang ‘kawin kontrak’ ala ISIS menyebutkan, istilah itu merujuk pada perkawinan dalam batas waktu tertentu.
Bisa untuk seminggu hingga beberapa bulan dan setelahnya itu, perempuan digilir ke militan lain.
Seorang juru bicara untuk Partai Demokrasi Kurdi, salah satu kekuatan yang bertempur melawan ISIS di Irak, mengatakan, "Sebanyak 250 anak perempuan telah dibantai ISIS.”
Juru bicara bernama Sain Mamuzini itu mengatakan, ketika ISIS menguasai masuk Mosul, militan mendatangi setiap keluarga yang memiliki anak gadis.
Juru bicara Kurdi itu mengatakan, jika gadis-gadis itu menolak ‘untuk menerima praktek jihad seksual’ mereka dieksekusi. “Kadang-kadang keluarga gadis-gadis itu juga dieksekusi karena menolak untuk memenuhi permintaan ISIS,” kata Mamuzini.
Para pejabat mengatakan, wanita yang tinggal di Mosul diperlakukan sebagai komoditas. ISIS melakukan pelanggaran hak asasi manusia secara rutin.
Menurut Surchi, wanita tidak diizinkan untuk pergi keluar sendirian di Mosul dan tidak dapat memilih pasangan mereka.
Eksekusi terhadap 250 gadis muda dan dewasa itu terjadi menyusul serangkaian pembunuhan serupa yang terjadi Agustus lalu saat 19 wanita Mosul dibantai karena menolak untuk berhubungan badan dengan pejuang ISIS.
Hingga 500 perempuan dan anak perempuan Yazidi diculik dan mengalami pelecehan oleh militan pada Agustus tahun 2014.
Salah satu wanita pemuas nafsu yang melarikan diri, Nadia Murad, mengisahkan kekejian ISIS saat membunuh enam saudaranya dan ibunya.
Ia telah kabur ke Turki. ISIS mulai menguasai Mosul pada Juni 2014.
Presiden AS Barack Obama pada hari Senin (18/4/2016) memberi harapan kepada warga Irak bahwa Mosul bisa direbut kembali dengan segera.
“Saya berharap di penghujung tahun ini, kami bisa menciptakan kondisi di mana Mosul akan jatuh kembali (ke tangan kita),” kata Obama. (kompas.com/Pascal S Bin Saju)