Cerita Anak Gembong Preman, Hingga Rahasia Besar Terungkap
Awal mula mempertanyakan apa sesungguhnya pekerjaan sang ayah gara-gara rentetan peristiwa sepele.
BATAM. TRIBUNNEWS.COM - Seperti ini lah kegalauan hati Wulan Mayastika, anak Gun Jack seorang gembong preman besar yang pernah lahir di Yogyakarta hingga berbagai rahasia soal sosok ayahnya yang seumur hidup selalu misteri.
Awal mula mempertanyakan apa sesungguhnya pekerjaan sang ayah gara-gara rentetan peristiwa sepele.
Semuanya dipicu satu keganjilan kecil: cara orang-orang memanggil nama bapaknya.
Biarpun saat lahir dia diberi nama Gunardi, nyatanya semua orang di kampung memanggil bapaknya "Gun Jack" penuh hormat, kadang sambil ketakutan.
Ada yang memanggilnya Gowok. Nama lain sang bapak yang kesohor adalah Agus Joko Lukito. Tapi dari semua julukan itu, Gun Jack tetap yang paling dikenal.
Bermula dari perkara panggilan itulah, Wulan semakin mempertanyakan cara sang ayah mencari nafkah.
Kolom keterangan pekerjaan Gunardi di KTP tertulis wiraswata. Tapi kenapa bapaknya, seorang pemilik warung bakso, mempunyai gerombolan anak buah yang selalu siap diperintah? Selain itu, siklus hidup Gunardi terhitung tak lazim untuk seorang wiraswastawan.
"Aku bingung. Bapakku itu dunianya terbalik, kalau malam buat kerja dan siang buat tidur," kata Wulan saat ditemui di rumahnya bulan lalu seperti yang dilansir Vice.com.
"Aku merasa aneh soalnya temen-temen bapak suka ke rumah kan. Terus mereka itu serem-serem begitu lho bentuknya, tapi orang-orangnya nyenengin."
Kecurigaan Wulan bertambah saat dia menemukan banyak senjata tajam di mobil sang ayah. Lagi-lagi, dia tak sengaja memergokinya.
"Aku pernah suatu hari berangkat sekolah diantar ibuku naik mobil. Terus pas mengikat tali sepatu di bawah jok itu ada pedang-pedang gitu," ujarnya. "Aku tanya ibu, 'ini apa?', tapi ibuku cuma bilang 'oh itu dari tempat babe'."
Gunardi punya sebutan akrab yang hanya digunakan oleh anggota keluarga dan orang-orang terdekat: Babe.
Wulan tumbuh di Badran, Kecamatan Bumijo, sebuah kampung sebelah utara Kantor Samsat Kota Yogyakarta yang dulunya hamparan pemakaman Cina.
Sekian dekade silam, para perampok dan pencuri yang menjadi buronan polisi menggunakan pemakaman ini untuk bersembunyi.
Lambat laun, rumah-rumah berdiri di atas tanah pekuburan. Hingga kini, Badran masih menanggung cap lingkungan para kriminal.