Cerita Anak Gembong Preman, Hingga Rahasia Besar Terungkap

Awal mula mempertanyakan apa sesungguhnya pekerjaan sang ayah gara-gara rentetan peristiwa sepele.

Foto diambil oleh Dea Karina
Wulan Mayastika anak preman Yogyakarta Gun Jack 

Pernah Wulan bermasalah dengan seorang penjaga kantin sekolah, ayahnya datang membawa segerombolan pria. Mereka siap memberi si penjaga kantin 'pelajaran', untung berhasil dicegah.

Di kesempatan berbeda, sesudah Wulan pulang dari sekolah, semua kaca jendela rumahnya pecah. Penyebabnya ternyata pertempuran antara geng Gun Jack dengan kelompok musuh yang ingin balas dendam.

"Semua kaca hancur berantakan," kata Wulan. "Warung baksoku itu juga pernah dibom sama kelompok preman yang lain. Lumayan, masuk koran juga waktu itu."

Wulan mengakui sebagian pengalaman masa kecilnya cukup traumatis. Bagaimanapun, ada untungnya jadi anak preman. Kadang dia mendapat hadiah dari orang tidak dikenal.

Salah satu yang dia ingat adalah saat berkunjung ke Stasiun Kereta Tugu. Sesudah Wulan kelar makan di salah satu restoran, sang pemilik menolak dibayar.

Bahkan satpam setempat menunjukkan hormat dengan cara menemani Wulan menyeberang jalan. Kali lain, sewaktu ayahnya menjemput Wulan di sekolah, semua anak-anak setempat bersorak "Gun Jack! Gun Jack!"

"Semua orang kenal bapakku," ujar Wulan. Kekuasaan dan pengaruh Gun Jack mulai pertengahan 1990-an hingga awal abad 21 meluas ke seantero Kota Yogyakarta, tak hanya di Badran.

Seiring Wulan tumbuh dewasa, sang ayah membeberkan satu lagi sisi kehidupan yang selama ini dia sembunyikan. Gun Jack mengajak anak gadisnya bicara empat mata. Gunardi rupanya khawatir Wulan membenci dirinya, seorang preman kenamaan.

"Dia pikir aku malu sebagai anaknya," ujarnya. Sekonyong-konyong Gun Jack mengeluarkan sebuah kartu anggota Badan Intelijen Negara (BIN).

"'Ini lho kerjaan babe sebenarnya. Kamu jangan malu lagi ya punya bapak babe, kamu harusnya bangga'" kata Wulan menirukan ucapan ayahnya saat itu.

Sekian pertanyaan di benak Wulan terjawab sudah. Selain sepak terjangnya sebagai preman, Wulan sebetulnya menyadari ayahnya sering bepergian ke luar kota.

Kadang bahkan hingga mancanegara. Ayahnya meninggalkan rumah paling lama saat terjadi kerusuhan di Poso, Sulawesi Tengah awal 2000-an. Begitu pula ketika peristiwa Bom Bali pertama terjadi pada 2002.

Sejak pengakuan itu Wulan lebih menerima sang ayah apa adanya. Hubungan mereka semakin dekat, sekalipun Gun Jack kadang lama tak pulang. "Ternyata karena dia masuk intelijen."

Wulan, kini 22 tahun, masih tinggal di Badran. Pengalaman sebagai anak seorang preman - dengan segala lika-likunya - membangkitkan ketertarikan Wulan pada cara kerja otak manusia. Dia memperoleh gelar sarjana psikologi Universitas Gajah Mada dan tengah mencari pekerjaan.

Yogyakarta Setelah Era Gun Jack

Sumber: Tribun Medan
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved