Menjemput Senyum dari Anak-anak Natuna

Korem 033/WP dan Kodim 0318/Natuna, Smile Train, dan para medis telah bekerja keras menjemput senyum bagi delapan orang anak

TRIBUN BATAM/ABD RAHMAN MAWAZI
Dokter melakukan pemeriksaan dan pemberian salep pada salah satu pasien sehari usai menjalani operasi, Senin (19/12). program operasi gratis sumbing bibir dan langit-langit yang diselenggarakan oleh Korem 033/WB bekerjasama dengan Smile Train, Persatuan Dokter Bedah Plastik Indonesia (Perapi) dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Natuna di RSUD Natuna, Minggu (18/12). 

BATAM.TRIBUNNEWS.COM, NATUNA – Layaknya anak perempuan lainnya, Gia Melja (3) juga mulai suka bermain rumah-rumahan dan boneka. Ia juga mulai suka bersolek. Peralatan rias punya sang bunda pun langsung menjadi sasaran, termasuk lipstik. Ketika memegang lipstik dan berkaca, ia sering meminta agar sumbing di bibirnya itu dijahit.

Permintaan Gia itu membuat hati kedua orangtuanya terenyuh. Setiap meminta bibirnya dijahit, sang bunda hanya mengiyakan saja. Permintaan Gia itu bukanlah mudah diwujudkan. Kondisi ekonomi dan sulitnya transportasi menuju Batam adalah faktor utamanya. Hampir setiap kali berkaca dan Gia meminta agar bibirnya dijahit.

"Dia dah suka main lipstik. Itulah dia selalu bilang 'nanti dijahit ya mak?' Dia ingin bisa memasang lipstik di bibirnya sendiri," tutur sang bunda, Giyanti.

Kegelisahan itu akhirnya sirna ketika melihat Gia sudah ceria. Ia bahkan sudah berlari di depan gedung tempatnya dirawat.

Ayahandanya, Maja, beberapa kali mengucapkan terima kasih kepada beberapa petugas yang telah mengoprasi anaknya hingga sumbing itu kini telah tertutup. Apalagi, menurutnya, jahitan di bibir sang anak terlihat rapi.

"Saya tak kerja waktu dengar ada operasi gratis. Saya langsung daftar. Kasihan dia. Setiap berkaca selalu minta dijahit," ujarnya sembari mengusap bagian tepi di mata kanannya. Ia terharu. Apalagi operasi berjalan lancar dan sang anak sudah dibolehkan pulang.

Berbeda pula dengan kisah Ramadhani (8), anak-anak paling tua yang mengikuti program operasi bibir sumbing ini. Ia masih tampak menahan sedikit sakit pada bibirnya ketika dokter membuka perban dan mengoleskan salep. Dia hanya diam.

Tidak mengeluhkan sakit. Sesekali bola matanya melihat sang ibu yang mendampingi pada Senin (19/12) pagi. Ini adalah hari pertama bagi bocah yang biasa disapa Dani dan tujuh anak-anak lainnya dengan bibir baru.

Sehari sebelumnya, Minggu (19/12), adalah hari bersejarah bagi mereka. Itu adalah hari yang mendebarkan sekaligus mengharukan karena mereka menjalani operasi atas sumbing bibir dan langit-langit untuk kesehatan dan estetika wajah.

Dani sudah lama merindukan bisa mengikuti program operasi gratis sebagaimana pernah ia lihat iklan di televisi. Dan pada hari itu, keinginannya terwujud berkat kegiatan bakti sosial yang diselenggarakan oleh TNI Angkatan Darat bekerjasama dengan Smile Train dalam memperingati Hari Juang Kartika 2016.

Operasi Bibir Sumbing

"Dia sendiri yang mau. Dia yang paling semangat ingin operasi. Dia pun tidak ada takut, tidak pula menangis. Dia dah lama ingin operasi. Karena kami tak ada uang, kami biarkan saja," ujar Riana, sang bunda dalam bahasa melayu Natuna bercampur bahasa Indonesia. Dani adalah pasien tertua yang mengikuti program operasi sumbing bibir gratis ini.

Dia mengaku lega karena keinginan Dani sudah terpenuhi. Anaknya itu tidak perlu lagi minder ketika bermain bersama teman-teman di rumah maupun di sekolah. Sedangkan Dani, yang telah memiliki bibir baru belum bisa berbicara. Rasa sakit pasca operasi belum sepenuhnya hilang. Ia hanya mengangguk ataupun menggelengkan kepala ketika disapa dan berbincang dengan Tribun.

Dani tampak begitu tenang saja dan selalu melayani setiap ajakan berfoto oleh para petugas. Beda halnya dengan para balita yang menangis ketika kembali memasuki salah satu ruang di gedung operasi.

Tangisan itu awalnya hanya seorang tetapi lambat laun makin banyak yang menangis, apalagi saat dokter telah berusaha membubuhi saleh bagian bibir yang dioperasi. 

"Ingat ya, salep ini harus dioleskan tiga kali sehari. Pagi, siang, sama sore. Lihat bu, begini ya caranya," tutur dr Senja, SpBP memberi contoh pada orang tua. Ia juga melarang anak menggunakan dot agar tidak merusak jahitan.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved