Narkoba di Batam
Ini Penyebab Sulitnya Mengejar Bandar Narkoba di Luar Negeri Menurut Buwas
Buwas mengatakan, pihaknya sudah mencium tempat diskotek atau beberapa tempat hiburan malam yang kerap dipasok obat-obat terlarang
Laporan Leo Halawa
BATAM.TRIBUNNEWS.COM, BATAM - Pada kuliah umum Kepala BNN Indonesia Komjend Pol Budi Waseso di Universitas Batam (Uniba) Jumat (6/1/2017), berbagai pertanyaan muncul dari mahasiswa.
Satu dari antara mahasiswa mengajukan pertanyaan kepada Buwas terkait peredaran narkoba yang saat ini masih mudah sekali dijumpai dibeberapa tempat hiburan malam di Batam.
Namun beberapa tempat hiburan yang dimaksud tidak tersentuh oleh penegak hukum.
Apalagi Batam, tambah mahasiswa itu, bisa dicap sebagai surga dunia bagi peredaran narkoba dewasa ini.
Menjawab pertanyaan mahasiswa itu, Buwas berjanji akan melibas dan memerangi bagi mereka yang mencoba bermain-main dengan narkoba.
"Kami memiliki upaya memerangi ini. Kami sudah buat pola. Mungkin pola yang akan kami bangun tidak saya paparkan di sini. Karena itu menjadi rahasia kami dalam menangani ini," tegas Buwas.
Buwas mengatakan, pihaknya sudah mencium tempat diskotek atau beberapa tempat hiburan malam yang kerap dipasok obat-obat terlarang yang dimaksud oleh mahasiswa.
Perang melawan narkoba kata Buwas tidak saja hanya perintah dari dia.
Presiden RI Joko Widodo telah memerintahkan dirinya secara empat mata untuk serius menangani narkoba.
"Pak Presiden sudah serius dan bilang ke saya. Peredaran dan penyalahgunaan narkoba harus diperangi. Cara memerangi ini, saya minta seluruh pihak, tak saja hanya penegak hukuk. Tapi masyarakat harus memerangi dini dan komitmen memberantas narkoba," ujar Buwas.
Saat ini Buwas mengakui kesulitan membangun komitmen dengan dua negara, yakni Singapura dan Malaysia, dalam memberantas narkoba.
Hal ini terkait perbedaan undang-undang yang mengatur juga berbeda masing-masing negara.
"Kendalanya memang undang-undang setiap negara berbeda. Inilah kendalanya," kata Buwas.
Buwas mencontohkan, jika ada seorang bandar narkoba yang menjadi buruan Indonesia berada di Malaysia dan Singapura, negara bersangkutan tidak bisa menangkapnya jika kasusnya belum masuk ke ranah penyidikan.
"Nah, yang gini-gini menyulitkan karena setiap kasus kan tidak langsung penyidikan, tetapi butuh proses panjang. Apalagi, yang tertangkap di sini kan banyak kurir dan pengedar kecil," katanya.
Meski begitu, katanya, komitmen ini dibangun terus oleh negara-negara ASEAN.
"Komitmen sama-sama kuat. Hanya sinerginya yang perlu kita tingkatkan lagi karena tidak ada negara yang berdaulat yang tidak perang dengan narkoba," tegasnya.