Motion
Gasing Tradisional, tak Lekang Dimakan Zaman
Jika dahulunya hanya terbuat dari kayu, di era modern ini, gasing sudah dibuat dari bahan besi yang diklaim lebih tahan lama.
SIAPA yang tidak kenal dengan permainan gasing. Benda berbentuk bulat pipih ini bahkan telah bertransformasi menjadi bentuk yang lebih modern dengan aneka kreasi dan material bahan pembuatnya.
Jika dahulunya hanya terbuat dari kayu, di era modern ini, gasing sudah dibuat dari bahan besi yang diklaim lebih tahan lama.
Namun begitu, bukan berarti gasing berbahan kayu hilang dari peredaran. Di Kabupaten Kepulauan Anambas, permainan gasing tradisional masih dilakoni banyak warga, dari anak-anak sampai orangtua.
Gasing merupakan satu bentuk permainan rakyat tradisional dan tetap dijaga kelestariannya oleh warga Anambas.
Salah satu cara menjaga permainan ini adalah dengan membentuk komunitas pecinta gasing. Satu di antaranya adalah Komunitas Gasing Desa Tarempa Barat.
Azid, satu di antara pecinta gasing tampak sangat piawai memainkannya ketika Tribun bertandang ke rumahnya, Sabtu (15/7). Jemari bapak delapan anak ini begitu cekatan saat memutar gasing berbahan kayu.
Di depan rumahnya yang beralamat di Jalan Tanjung Gang Sonok nomor 13 RT 01 RW II Desa Tarempa Barat Kecamatan Siantan, ia bersama belasan warga desa kerap memainkan gasing.
Bahkan, pria 54 tahun ini, juga sering bertanding gasing sampai ke luar desa.
Menurutnya, permainan gasing sempat mati suri beberapa tahun lalu. Namun, ketika Anambas menjadi kabupaten sendiri, permainan gasing mulai digalakkan pemerintah. Alhasil, warga pun kembali menggemari permainan turun temurun tersebut.
“Saya main ini sejak bujang (belum menikah). Permainan ini sudah lama dan turun temurun. Jadi sehabis orangtuanya anaknya yang menyambung," katanya.
Ia menceritakan, Komunitas Gasing Desa Tarempa Barat muncul secara spontan karena memang beberapa warga di desan ini sangat senang dengan gasing.
Anggota komunitas ini sudah banyak bertanding gasing desa-desa lain. Mereka paling sering main di lapangan Tanjung Momong Desa Tarempa Timur Kecamatan Siantan, tidak jauh dari lokasi rumah pribadi Bupati Kabupaten Kepulauan Anambas, Abdul Haris.
Permainan yang mereka lakukan, ternyata banyak menarik minat masyarakat untuk menonton. Alhasil, warga juga banyak yang ikut bermain dan bergabung dengan komunitas tersebut, baik anak-anak maupun orang tua.
Permainan gasing komunitas ini pun sempat diliput sejumlah media televisi dan tayang di stasiun TV swasta. Sejumlah anggotanya juga telah berhasil menjuarai berbagai turnamen di tingkat kabupaten Anambas. (*)
Kuncinya Kuda-Kuda dan Kekuatan Tangan
BERMAIN gasing tradisional tidaklah semudah yang dilihat. Ada teknik tersendiri dalam bermain gasing. Salah satu kuncinya terletak pada kuda-kuda serta kekuatan tangan sehingga membuat gasing dapat berputar lebih lama.
"Main ini tergantung kekuatan tangan. Saya pun kurang paham betul kalau ditanya mengenai teknik bermain ini," jelas Azid seraya tersenyum.
Seorang pecinta gasing lainnya, Mustafa menambahkanterdapat sedikit perbedaan antara permainan gasing tradisional dulu dengan permainan gasing pada saat sekarang ini. Perbedaannya itu salah satunya terletak pada aturan main dan arena tempat beradu gasing
"Kalau dulu itu main tak beratap. Dulu kalau mau main ya buat sendiri. Kalau sekarang arenanya sudah jauh lebih bagus. Ada atapnya, ada jaring. Kalau dulu bebas, sekarang ini ada aturannya," Mustafa yang sudah berusia 70 tahun.
Azid menambahkan, lama putaran gasing normalnya bisa mencapai 20 menit. Bila berasal dari kayu yang bagus, gasing yang telah diputar tetap akan bertahan meski sudah diserang lawat dengan lama putar mencapai 16 menit.
Terdapat beberapa kategori yang biasa diperlombakan serta masuk dalam turnamen. Mulai dari banyaknya mangkak (atau menyerang lawan) hingga adu lama dalam berputar. Biasanya, gasing paling banyak melakukan serangan antra 16 sampai 17 mangkak. Nantinya, akan dilihat gasing yang terkena serangan apakah dapat bertahan dengan masih dapat berputar atau tidak. (*)
Gasing Laki-laki dan Perempuan
Bentuk gasing tradisional yang biasa dimainkan di Anambas terdiri dari dua jenis yakni laki-laki dan perempuan. Azid mengatakan, masing-masing dari jenis gasing ini memiliki peranan yang berbeda.
Gasing laki-laki yang bentuknya lebih tinggi dibandingkan gasing perempuan berfungsi untuk menyerang atau biasa masyarakat Anambas menyebutnya dengan istilah 'mangkak'.
"Kalau perempuan, bentuknya sedikit pipih dibandingkan gasing laki-laki. Nah, perempuan ini untuk bertahan," ujarnya.
Ukuran serta berat gasing pun, memiliki persyaratan yang tidak boleh dilupakan. Untuk jenis laki-laki dan perempuan memiliki ukuran sama 10 inchi. Sementara, untuk berat dibatasi maksimal 2,6 ons.
"Ukurannya tidak boleh lebih. Untuk berat, kurang tidak apa-apa. Lebih yang tidak boleh," bebernya seraya menunjukkan gasing andalannya dengan berat dua ons empat gram.
Tidak hanya material kayu yang diperlukan dalam proses pembuatan gasing, tapi juga jarum. Jarum ini diletakkan pada bagian bawah dan diperlukan agar gasing dapat berputar lebih lama. Proses ini pula, yang diakui Azid memerlukan ketelitian dan ketepatan dalam membuatnya.
"Ada jarum di bawahnya, jarumnya pun khusus. Kalau masukkan jarumnya tepat, ketika gasing diputar, dia diam dan berputar sempurna. Kalau tidak bisa memasangnya, alamat tidak jadi gasing itu," bebernya.
Selain itu, diperlukan pemberian minyak pada gasing yang telah jadi agar gasing awet dan berat gasing tidak menjadi susut.
"Kalau diberi minyak kayunya tidak kering. Minyak goreng pun boleh, yang penting minyak," ungkapnya.
Bahan untuk membuat gasing tradisional ini pun, berasal dari kayu Pelawan. Untuk mendapatkan kayu ini, Azid harus memesannya dari Ranai, Kabupaten Natuna.