Penipuan Umroh First Travel
Jadi Tersangka, Bos First Travel Dulunya Adalah Pegawai Minimarket
Awalnya ia hanya seorang pegawai di sebuah minimarket. Namun kini pria yang baru berusia 29 tahun itu, sukses menjadi pengusaha travel khusus umrah.
Tanpa pengalaman yang cukup dan bermodal nekat, Andika dan istri memberanikan diri memutar Rp 50 juta uang pinjaman tersebut. Untuk izin usaha, alat-alat kantor dan sewa tempat, modal tersebut pun nyaris habis.
"Kami itu hanya cari pasar orang-orang yang butuh tiket, kalau ada kami lempar lagi ke travel lain. Mulai door to door sampai yang ada di yellow pages kami hubungi, tak banyak hasil, uang habis untuk biaya telepon," tutur ayah dari Nadira Azra Surachman ini.
Di bulan ke enam, pinjaman di bank pun sulit terbayar. "Akhirnya rumah disita bank, listrik pun diputus. Semua tetangga mencemooh," sahut Anniesa mengenang masa itu.
Di momen inilah menurutnya menjadi titik balik untuk semangat dan membuktikan kepada orang-orang yang merendahkan keluarganya. Rumah yang digadaikan pun dijual dengan transaksi di bank. Sisa uang setelah dikurangi utang pokok, bunga dan denda tinggal Rp 10 juta. Akhirnya mereka pindah ke rumah petakan.
Andika yang dibantu istrinya, kembali door to door menawarkan jasa travel. Hampir semua area di Jabotabek sudah disambanginya. Cara menawarkan jasa lewat e-mail pun dicobanya. Sampai akhirnya ada tawaran dari seorang karyawan Bank Indonesia (BI) yang ingin berwisata ke Vietnam.
"Ada sembilan orang, kami langsung full lempar sepenuhnya ke partner. Kami cari-cari partner travel di internet. Kami hanya cari margin sedikit," jelasnya.
Dalam kurun waktu 2009-2010, usaha keduanya hanya mendapat sekitar 5 konsumen.
Sampai di suatu saat, Andika mendapat kesempatan ikut pameran travel gratis dan memutuskan menawarkan paket umrah. Uniknya saat itu justru yang di dapat konsumen untuk pergi berwisata ke Lombok.
Dari situlah usahanya mulai menyebar dari mulut ke mulut. Sampai suatu ketika ia mendapat permintaan untuk umroh dari 127 pegawai Bank Indonesia dan 50 pegawai Pertamina.
"Hanya berbekal baca-baca sejumlah literatur soal umrah, kami beranikan diri presentasi, ternyata malah bisa menyisihkan pesaing yang sudah berpengalaman dalam tender," terangnya.
Pendeknya, tanggal 12 April 2012 jadi hari bersejarah buat pasangan ini. Mereka langsung menjadi guide dari tour tersebut. "Tak ada yang tahu kami suami istri. Tak ada yang tahu juga kami enggak punya pengalaman umrah," kenang Andika.
Dengan beberapa kali berkilah dan bersandiwara sebagai seseorang yang profesional, akhirnya perjalanan perdana sebagai guide bisa dikatakan sukses. Mulai saat itu, sepanjang tahun 2012, mereka bisa memberangkatkan 800 orang. Di 2013, jumlah pelanggan bertambah menjadi 3.800 orang.
"Di tahun ini, kami memberanikan diri untuk benar-benar profesional dengan mengajukan izin penyelenggara umrah ke Kemenag. Jadi kami tak perlu lagi mencari partner," lanjutnya.
Kiprah Sang Istri
Menjadi miliarder tentu jadi kebanggan tersendiri bagi sang istri.