Historia
Bikin Merinding! Inilah Kisah Menegangkan Dokter Militer Saat Pembebasan Irian Barat!
Bikin Merinding! Inilah Kisah Menegangkan Dokter Militer Saat Pembebasan Irian Barat!
Setelah menerima briefing di Ambon, oleh Pak Harto sebagai Panglima Mandala, kami diberangkatkan dengan tiga kapal selam pimpinan Mayor Tedy Asikin (almarhum), menuju pantai barat bagian utara Irian Barat.
Setiap kapal selam hanya mampu menampung 15 orang anggota pasukan. Di dalam kapal selam buatan Rusia yang biasanya mangkal di Wladiwostok ini, terasa panas sekali.
Kapal selam itu memang dipersiapkan untuk daerah dingin. Untuk mengurangi kegerahan kami hanya mengenakan celana dalam dan singlet saja.
Setiap 3-6 jam kapal selam ini menyembul ke permukaan air untuk mengganti udara bersih. Di dalam kapal selam, kami tidak boleh banyak bergerak. Dilarang banyak bicara.
Juga tidak boleh merokok. Itu semua untuk menghemat oksigen. Nah, pada waktu kapal selam menyembul ke permukaan, kami secara bergantian boleh naik ke anjungan untuk menghirup udara segar.
Kesempatan ini sering kali juga digunakan untuk membuang hajat karena memang WC-nya berada di luar, berhubungan langsung dengan laut bebas.
Namun ketika sudah memasuki perairan Irian Jaya, kami hanya muncul ke permukaan pada jam-jam tertentu untuk saling berkomunikasi dengan kapal induknya, yang berpangkalan di Pulau Morotai.
Selain sekaligus untuk mengganti udara bersih, juga mendengarkan berita dari RRI Jakarta dan Radio Australia.
Yang kami dengar dari siaran radio tersebut waktu itu, Jakarta sedang sibuk dengan penyelenggaraan Asian Games dan diplomasi Indonesia mengenai Irian Barat.
Misi yang kami emban pada waktu,itu ialah menyusup dan memberi pelayanan kepada masyarakat setempat.
Oleh karena itu dalam tim kami antara lain terdapat seorang dokter, dua orang mantri kesehatan, dua orang sarjana sosial-politik, dan seorang perwira Zeni.
Dengan kapal selarn, tiap orang hanya boleh membawa dua setel pakaian seragam dan dua setel pakaian dalam. Selain itu juga ponco, kelambu kepala, handuk dan lain lain dalam satu ransel punggung.
Tapi ransel saya dan juga kedua mantri tadi, kami penuhi dengan minor surgery set (peralatan bedah) dan obat-obatan. Sebaliknya, anggota RPKAD lainnya memenuhi ranselnya dengan amunisi.
Ditawan musuh
Setelah beberapa hari "disekap" dalam kapal selam, kami tiba di titik sasaran. Dari kapal selam kami diterjunkan ke perahu karet 2 mil laut dari pantai. Tiap perahu karet berisi lima orang anggota pasukan.