Heboh! Dua Pasien Meninggal Dunia, Penyakit DBD Intai Karimun!

Heboh! Dua Pasien Meninggal Dunia, Penyakit DBD Intai Karimun! Begini Penjelasan Kadinkes Karimun!

tribunbatam/elhadif
Kepala Dinkes Karimun Rahmadi 

BATAM.TRIBUNNEWS.COM, KARIMUN-Bukan hanya masalah banjir semata yang harus diresahkan masyarakat, namun di musim penghujan ini kewaspadaan terhadap penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) juga harus ditingkatkan.

Baca: Heboh! Pengakuan Eks Cakrabirawa Saat Harus Jemput Jenderal AH Yani, Ini Videonya!

Baca: Terungkap! Sakit Ginjal Parah, Ini Alasan Bung Karno Tolak Bantuan Warga Jatim dan KKO Pasca G30S!

Baca: Heboh Rahasia Tusuk Konde Bu Tien Soeharto! Benarkah Pilot TNI AU Kena Tampar Paspampres Gegara Ini?

Baca: Aduh! Lewat Foto Ini, Inul Daratista Blak-blakan Singgung Gunung Kembar Nikita Mirzani

Baca: Merinding! Teman Denis Kancil Unggah Kondisi TKP Kecelakaan, Netizen Malah Bahas Hal Mistis Ini!

Diakui Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karimun, Rachmadi, kasus DBD di akhir tahun biasanya meningkat. Karena intensitas hujan yang cukup tinggi biasanya juga diiringi dengan berkembangnya nyamuk aedes aegypti sebagai pembawa virus dengue.

"Sekarang sudah mulai musim hujan. Biasanya kasus DBD di akhir tahun meningkat," katanya.

Meski terhitung sejak Januari hingga awal Oktober 2017 ini, jumlah kasus DBD di Karimun jauh menurun dibandingkan di tahun 2016. Namun Rachmadi mengingatkan masayrakat agar tetap mengoptimalkan upaya pencegahannya.

Hingga Oktober 2017 ini, kasus DBD yang tercatat di Dinkes Karimun sebanyak 40 kasus, yang mana dua korbannya mennggal dunia. Sementara di tahun 2016, kasus DBD yang menimpa warga Karimun mencapai 400 lebih.

"Hingga bulan September ada 7 kasus. Sementara sebelumnya ada 33 kasus. Dua pasiennya di Kundur meninggal dunia," jelas Rachmadi.

Berkurangnya kasus DBD tersebut juga membuat Karimun berada di bawah Kota Tanjungpinang, Kota Batam dan Kabupaten Bintan. Meskipun di setiap Kecamatan masih ada ditemukan, namun banyak desa dan kelurahan yang sudah tidak ada lagi kasus DBD.

Beberapa faktor yang membuat jumlah kasus menjadi kurang diantaranya karena sudah mulai tingginya masyarakat dalam menjaga lingkungan, berjalannya program-program yang dibuat oleh pemerintah daerah serta faktor musim.

Rachmadi menyebutkan beberapa program yang tengah digalakan pihaknya adalah dengan melibatkan langsung pelajar dan masyarakat menjadi juru pemantau jentik nyamuk (jumantik) di rumah serta lingkungannya masing-masing.

"Di Sei Lakam kita buat program satu anggota keluarga menjadi satu jumantik. Kita libatkan pelajar juga. Dan, mungkin juga karena kesadaran masyarakat. Tapi meski demikian kita harus waspada," ujarnya.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved