MOTION
Komunitas Penjelajah Alam Kepri, Giat Buka Tempat Wisata Baru di Kepri
Komunitas ini berkemah tidak sendiri-sendiri, melainkan membawa serta keluarga termasuk anak-anak.
JAUH dari rutinitas dunia kerja dan menyatu dengan alam. Inilah kegiatan yang rutin dilakukan para anggota Komunitas Penjelajah Alam Kepri (Pari).
Tak heran, setiap akhir pekan ada saja wilayah baru yang dijadikan target penjelajahan mereka. Tidak sekadar datang dan melihat tempat baru tapi juga berkemah agar lebih mengenal tempat tersebut.
Uniknya, komunitas ini berkemah tidak sendiri-sendiri, melainkan membawa serta keluarga termasuk anak-anak mereka yang masih balita.
Alasannya, agar mereka bisa memperkenalkan alam kepada sang buah hati sedini mungkin. Selain itu, agar mereka mengenal lingkungan dan masyarakat yang lebih luas, tidak sekadar rumah dan sekolah.
Komunitas Pari ini dibentuk kali pertama oleh Bambang Saputra atau yang akrab disapa Bams.
Menurutnya, dia dan sejumlah teman-teman lain yang punya hobi sebagai pecinta alam sepakat untuk membentuk wadah silaturahmi ini sejak Februari 2012 lalu.
"Sudah banyak anggotanya. Kita senang melakukan kemah bersama teman-teman. Ini kita lakukan setiap akhir pekan,"kata Bams pada Tribun sepekan lalu.
Banyak hal positif yang didapat dari kegiatan mereka, di antaranya mendapatkan teman baru yang satu jiwa.
Menemukan kepuasan tersendiri saat menyatu dengan alam. Bahkan mereka bisa merasa tenang jika sudah melakukan kamping bersama.
"Selama hampir seminggu kita stres, banyak kegiatan, dan kerjaan menumpuk. Rasa letih ini langsung terbayar setelah kami melakukan kemping bersama. Melihat indahnya bintang di malam hari atau bunyi deburan ombak di tepi pantai,"terang Bams.
Selain kemping bersama, kegiatan yang paling memberikan kontribusi kepada masyarakat adalah pembukaan tempat-tempat wisata baru.
Apalagi, mereka juga melakukan promosi terhadap tempat wisata tersebut melalui media sosial. Tujuan mereka cuma satu, yakni memperkenalkan keindahan alam Kepri kepada para wisatawan baik lokal maupun yang ada di belahan dunia lainya.
"Alam Kepri itu tidak kalah dengan tempat lain. Kita harus bangga. Namun, mungkin kurang terekspos sehingga kurang dikenal. Makanya dengan adanya komunitas ini setidaknya kita bisa memperkenalkan Kepri lebih luas lagi," tegas Bams.
Sejak dibentuk 2012 lalu, komunitas ini semakin terkenal dengan anggota dari berbagai kalangan dan profesi baik dari instansi swasta maupun pemerintah.
"Karena datang dari berbagai kalangan, makanya kita bisa bertukar ilmu dan fikiran. Apalagi kita sudah satu tujuan. Yang jelas sejak bergabung disini, kami banyak mendapatkan ilmu dan pengalaman," tuturnya. (koe)
Jadikan Kampung Nelayan sebagai Desa Wisata
KOMUNITAS Penjelajah Alam Kepri (Pari) selama ini memang dikenal dengan berbagai kegiatan yang peduli dengan lingkungan, terutama alam di wilayah pesisir.
Ini sejalan dengan geografi Kepri yang memang daerah kepulauan dengan jumlah 1796 pulau.
Beberapa kegiatan yang bersentuhan dengan kelestarian alam di antaranya penamanam pohon bakau dan membersihkan pantai.
Bahkan, kini mereka sedang giat membangun kampung wisata di kawasan Nongsa Batam yakni Kampung Terih.
Lejar, Ketua Pari mengatakan, saat ini kominitas yang ia pimpin sedang berupaya menjadikan Kampung Terih sebagai kampung wisata. Tujuannya, agar tempat itu menjadi terkenal dan membuka destinasi wisata baru di Batam.
"Kita bikin desa wisata di kawasan Nongsa. Namanya Kampung Terih. Kita sudah izin kepada warga sekitar,"sebutnya.
Ia menambahkan, untuk mewujudkan sebuah desa menjadi desa wisata memang tidaklah gampang karena tidak semua masyarakat bisa menerima kegiatan tersebut.
"Kita maklum saja, kadang ada yang menolak dan ada pula yang mendukung. Namun dengan niat hati yang baik, kita terus berusaha dan akhirnya mereka menerima,"aku Lejer.
Ia mengisahkan, ada satu tempat yang punya keindahan alam bagus tetapi tidak dikelola. Dia bersama anggota Pari ingin menjadikan tempat itu sebagai desa wisata. Awalnya, sebagian warga melarang mereka masuk ke desa tersebut.
Menurut mereka, kegiatan yang dilakukan Pari hanya akal-akalan.
"Ada suatu tempat. Tetapi kita tidak usah sebutkanlah namanya. Memang awalnya mereka melarang. Tetapi kita terus saja jalan karena gak semuanya juga yang melarang kan,"katanya.
Setelah diberikan pemahaman kepada warga, akhirnya semua warga mengerti dan menerima apa yang dilakukan Pari di sana. Akhinya, warga pun senang ketika banyak wisatawan yang datang berkunjung ke kampung mereka.
"Makanya saat ini kami berniat untuk kembali membuka tempat wisata baru," tegas Lejer. (*)