In Memoriam Bondan Winarno

Terungkap! Inilah Fakta-fakta Mengejutkan di Balik Bondan Maknyus dan Jalansutranya! Bikin Bergetar!

Terungkap! Inilah Fakta-fakta Mengejutkan di Balik Bondan Maknyus dan Jalansutranya! Bikin Bergetar!

TWITTER
Bondan Winarno Maknyus 

Itulah yang membuatnya tak malu lagi makan makanan pinggir jalan. Ada juga beberapa pemilik rumah makan yang setelah masuk Wisata Kuliner, menjadi banyak dikunjungi tamu.

Mereka telepon saya. Wah, bagi saya pengalaman seperti itu benar-benar mengharukan. Ternyata apa yang saya lakukan, ada artinya untuk mereka.

Bagaimana respons dari masyarakat ?

Saya sangat gembira, penggemar Wisata Kuliner ternyata datang dari berbagai lapisan dan profesi. Mulai dari anak usia dua tahun hingga orang tua. Bayangkan, setiap jalan-jalan ke pusat perbelanjaan, ada saja anak-anak kecil yang ketika bertemu saya bilang: mak nyusss..Haha ha.

Omong-omong sejak kecil apa Anda ingin jadi ahli kuliner?

Oh tidak. Sejak kecil saya hobi menulis. Di usia 10 tahun, saya memenangkan lomba mengarang di Majalah Si Kuncung. Saat SMP dan SMA ,tulisan saya dimuat di Harian Indonesia Raya, Angkatan Bersenjata, dan Majalah Varia.

Saya kemudian berpikir, memang inilah jalan hidup saya. Saya ingin menjadi penulis. Saat duduk di bangku kelas dua SMA saya ingin memilih bidang sosial budaya. Saya pun sudah bertekad masuk Fakultas Publisistik. Tetapi, saya malah masuk Arsitektur.

Kenapa begitu?

Ketika ibu tahu saya ingin jadi penulis, beliau malah menangis. Katanya, saya harus jadi dokter atau insinyur. Akhirnya, dengan ogah-ogahan saya daftar di Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Diponegoro dan diterima.

Karena tidak minat, kuliah tidak saya selesaikan. Tahun 1970 saya malah nekat pindah ke Jakarta untuk bekerja.

Di mana Anda bekerja?

Saya sempat menjadi pegawai honorer di Dephankam dengan gaji Rp 2.500 perak. Lama-lama saya merasa bosan. Saya membutuhkan tantangan kerja yang lebih tinggi.

Lalu, saya masuki dunia periklanan. Tahun 1973 saya menjadi copywriter di sebuah agensi periklanan. Saya sempat wira-wiri di beberapa agensi periklanan sebagai creative director, account executive, hingga advertising manager di perusahaan Union Carbide.

Awal 1980an saya rindu dengan dunia tulis-menulis. Saya masuk ke Harian Sinar Harapan. Saya mendapat tugas mendirikan divisi penerbitan buku, yaitu Pustaka Sinar Harapan. Saya juga menjadi redaktur pelaksana Tabloid Mutiara yang banyak mengupas masalah lingkungan.

Tahun 1985, Goenawan Mohammad mengajak saya menjadi wakil pemimpin redaksi di majalah SWA. Entah bagaimana rencana Tuhan, tiba-tiba saya tertarik menekuni bidang bisnis.

Sumber: Grid.ID
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved