SADIS! Terpidana Mati di China Divonis di Lapangan. Ditonton Ribuan Orang, Termasuk Anak-anak
Pada Sabtu (17/12/2017) lalu, 10 penjahat yang dijatuhi hukuman mati kembali menjadi tontonan ribuan orang di Provinsi Guangdong.
TRIBUNBATAM.id, GUANGDONG - Tidak hanya tegas terhadap para kriminal berat, sebuah provinsi di China, memberikan efek jera yang tak tanggung-tanggung untuk rakyatnya.
Yakni, memutuskan vonis bagi terpidana mati di lapangan terbuka.
Eksekusi itu disaksikan oleh ribuan orang, termasuk anak-anak dan keluarga terpidana.
Pada Sabtu (17/12/2017) lalu, 10 penjahat yang dijatuhi hukuman mati kembali menjadi tontonan ribuan orang di Provinsi Guangdong.
Pengadilan di China menghukum pengedar narkoba, pembunuh dan perampok dalam sebuah sidang terbuka, dan langsung dieksekusi pada hari itu juga.
Petugas telah menginformasikan kepada penduduk untuk datang dan menonton acara tersebut melalui sebuah pemberitahuan, beberapa hari sebelumnya.
Media China menyebut reli hukuman 'tidak manusiawi' dan 'menghina'.
Ke-10 penjahat, yang merupakan pengedar narkoba, pembunuh dan perampok ini dilaporkan dieksekusi di stadion olahraga di kota Donghai, Lufeng, Provinsi Guangdong, China selatan.
Ini adalah pengadilan ketiga di Guangdong telah mengumumkan hukuman mati kepada sekelompok penjahat di depan umum sejak bulan Juni.
Otoritas hukum setempat menyatakan, demonstrasi tersebut untuk mendidik publik agar tidak melakukan kejahatan.
Dari 10 terpidana mati tersebut, tujuh pengedar narkoba dan yang lainnya dihukum karena pembunuhan dan perampokan.
Setelah hakim membacakan vonis, para terpidana kemudian dibawa keluar dari stadion satu per satu menggunakan mobil.
Ini adalah yang ketiga terjadi di China.
Sebelumnya, pada 28 November, tiga pengedar narkoba juga divonis mati di depan lebih dari 1.000 orang di lapangan umum di Jieyang;
Pada 24 Juni, sekitar 10 ribu orang berkerumun melihat 13 penjahat mendapat hukuman mati di sebuah stadion di Shanwei.
Seorang kolumnis, bernama Shen Bin di Beijing News mengkritik cara yang dilakukan oleh pengadilan Guangsong.
Shen mengatakan, meskipun tujuan otoritas lokal adalah untuk memberi efek jera, namun hasl itu dianggap tidak manusiawi dan melanggar peraturan yang dikeluarkan Biro Keamanan Umum China tahun 1988.
Aturan tersebut melarang pengadilan untuk mempermalukan pelaku kejahatan.
William Nee dari Amnesty International juga mengecam cara-cara tersebut sebagai pengadilan yang 'tragis' dan 'barbar'.
Namun, otoritas pengadilan Guangdong punya alasan untuk memberlakukan hal itu.
Guangdong selama ini telah menjadi tempat persembunyian dan basis kejahatan narkoba yang paling terkenal di seluruh China.
Provinsi ini merupakan penghasil methamphetamine terbesar di China, bahkan memproduksi sepertiga dari methamphetamine yang dikonsumsi di China dan sejumlah negara Asia.
Narkoba jenis sabu, heroin dan ekstasi banyak diproduksi di desa-desa di Lufeng.
Polisi Guangdong telah mengungkap lebih dari 13 ribu kasus terkait narkoba, menangkap lebih dari 16 ribu pengedar narkoba, 104 ribu pengguna dan menyita 10,4 ton obat-obatan terlarang, kata kantor berita Xinhua News.