Wanita Ini Lahirkan Bayi yang Usianya 2 Tahun Lebih Muda Darinya. Kok Bisa? Begini Ceritanya
Benjamin adalah pria yang sejatinya tidak bisa menghamili pasangannya karena menderita cystic fibrosis atau fibrosis kistik.
TRIBUNBATAM.id, TENNESSEE - Pasangan muda Benjamin (34) dan Tina Gibson (26) mendapat anugerah yang luar biasa sekaligus menakjubkan dalam dunia kedokteran.
Betapa tidak, Benjamin adalah pria yang sejatinya tidak bisa menghamili pasangannya karena menderita cystic fibrosis atau fibrosis kistik.
Penyakit genetika ini menyebabkan lendir-lendir di dalam tubuh menjadi kental dan lengket, sehingga menyumbat saluran-saluran di dalam tubuh.
Akibat penyumbatan ini beberapa organ, terutama paru-paru dan sistem pencernaan, mengalami gangguan dan bahkan kerusakan.
Bahkan, umur Ben sempat diperkiraskan hanya bertahan hingga 30 tahun saja.
Seperti dilansir TRIBUNBATAM.id dari Mail Online, pasangan yang tinggal di Tennesse timur, Amerika Serikat ini, menikah muda, pada usia 19 tahun.
Akibat penyakit ini, mereka bermaksud untuk mengadopsi anak saja.
Namun, sebuah peluang datang bahwa Tina sebenarnya bisa hamil dan melahirkan.
Caranya adalah, menanamkan embrio atau sel telur yang sudah dibuahi ke dalam rahimnya.
Embrio ini diperoleh dari orangtua yang mengikuti program bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF).
Pasangan yang menjalani IVF cenderung memiliki beberapa embrio saat menjalani program bayi tabung.
Sisa embrio inilah yang kemudian dibekukan dan disimpan untuk digunakan nanti.
Dalam kasus Tina, ternyata embrio yang disumbangkan oleh pendonornya itu berusia 23 tahun atau dua tahun lebih muda dari usianya saat itu.
Embrio tersebut dibekukan di National Embryo Donation Center di Knoxville, Tennessee, dan merupakan embrio terlama yang pernah ada.
Menakjubkan, ternyata embrio beku itu masih hidup karena setelah ditanamkan ke rahim Tina pada Bulan Maret lalu dan tumbuh menjadi janin yang sempurna.

Lalu, pada tanggal 25 November lalu, lahirlah Emma Wren, bayi yang dikandungnya sendiri, dari embrio tersebut.
Bahkan, Tina melahirkan bayi secara normal, tanpa obat atau bantuan persalinan lainnya.
Tina mengaku mendapat informasi dari seorang kawan tentang embrio tersebut sehingga mereka kemudian mendatangi EDC yang kebetulan berada di kotanya.
Namun ternyata, stok embrio yang ada usianya sudah sangat tua, sumbangan dari seorang wanita dari Virginia, 23 tahun lalu.
Tina mengakui terkejut ketika saat proses transfer, dia mengetahui berapa lama embrio tersebut telah dibekukan sangat lama.
"Jujur saja, saya benar-benar khawatir bahwa ini tidak akan berhasil," kata Tina.
"Saya tidak menginginkan sebuah rekor dunia, saya menginginkan bayi! Tapi Ben benar-benar tertarik dengan itu dan kemudian mencobanya," katanya.
"Saya sempat berkata (pada Ben), kamu tahu saya 25 ... saya dan dia (bayi) mungkin akan menjadi teman baik."
Tina dan Benjamin bertemu di gereja, lalu mereka menikah tujuh tahun yang lalu, saat Tina berusia 19 tahun dan Benjamin berusia 26 tahun.
Tina tidak peduli dengan kondisi Ben, bahkan ia tetap ingin memilki anak bersama Ben, bagaimanapun caranya.
Karena kesuburan seringkali tidak mungkin atau sangat rumit bagi penderita CF, mereka memutuskan untuk mengadopsi.
Mereka mulai dekat dengan anak-anak pada tahun 2015, dan mereka sangat nikmati, bisa merawat setengah lusin anak dalam satu tahun.
'Aku dan Ben sudah tahu sejak awal kami berpacaran bahwa jika kita akan memulai sebuah keluarga, kita tidak akan bisa memiliki anak sendiri. Kami telah berdamai dengan itu, kami bahagia dan gembira karena kami sangat menyukai anak-anak," katanya.
Setelah mendapat informasi tentang embrio pada Bulan Mei tahun yang sama, mereka terus membahasnya, mencari berbagai informasi.
"Kami menonton setiap video, membaca setiap artikel ... sehingga kami menjadi paham. Namun, pada saat itu kami tetap pada keputusan untuk mengadopsi saja. Ini hal baru, sementara kami sudah lama berpikir tentang adopsi," katanya.
Namun, tiga bulan berikutnya, embrio ini tetap bercokol di kepala mereka meskipun mereka tidak membahasnya.
"Sampai suatu hari, saat makan malam dan saya berkata 'Saya pikir kita perlu melakukan adopsi embrio.' Ternyata Ben menjawabnya, 'Saya tahu, saya memikirkannya setiap hari, saya tidak dapat mengeluarkannya dari kepala.'"
Mereka pun kemudian mendatangi Pusat Sumbangan Embrio Nasional di Knoxville yang telah , Tennessee, yang telah memberikan 700 kehamilan sejak tahun 2003, lebih banyak daripada organisasi lainnya di dunia.
Pada Desember 2016, Tina menggunakan suntikan hormon agar dia bisa melakukan transfer.
Pada bulan Februari, mereka memulai prosedur untuk memilih embrio mereka.
Mereka diberi sebuah buku dengan puluhan profil potensial, mencantumkan rincian orangtua pada saat pembuahan - berat, tinggi, usia, warna kulit mereka.
Setelah memilih 10, mereka harus memilih tiga, dan memasukkannya ke dalam urutan.
Tapi pesanan mereka tidak berhasil karena ketiganya harus dibekukan pada waktu yang sama dan berada pada tahap perkembangan yang sama.
Akhirnya, pilihan jatuh pada embrio Emma.
Semuanya lancar meskipun Tina sempat kaget bahwa Emma yang akan dikandungnya hanya berusia dua tahun lebih muda darinya.
Sekarang keluarga tersebut sedang mempersiapkan Natal pertama mereka bersama.
Pasangan ini mengatakan, mereka tidak akan merayakan apapun, kecuali "hanya duduk dan menatapnya," menurut Benjamin, "Dia adalah kado Natal kami! dan kami akan menikmatinya."
Ketika ditanya apakah mereka akan melakukannya lagi, Tina mengatakan bahwa dia tidak terburu-buru untuk hamil lagi, "Tapi mungkin kami akan melakukannya lagi," kata Tina sambil tertawa.
Saat ini, sekitar 700 ribu sampai sejuta embrio manusia disimpan di AS dan menjadi alternatif bagi pasangan yang kesulitan untuk memiliki anak secara gratis.
Anda berminat?