Historia
Terbongkar! Di Balik Nama Legendaris Gang Dolly di Surabaya! Mengejutkan Inilah Dolly Sebenarnya!
Sosok Dolly memang seperti legenda. Legenda dalam dunia persyahwatan di Surabaya
"Aku ini hanya sekolah mindho (level SMP). Itu pun tidak tamat karena ada perang. Ibuku pun bukan orang yang mampu. Maka hidupku biasa-biasa saja, tidak ada peningkatan," tutur Dolly kepada Bambang Andrias, kontributor Majalah Jakarta-Jakarta, 27 tahun silam.
Dolly mengenang kehidupan keluarganya yang cukup relejius. "Orangtua mendidikku untuk sering ke geraja. Pokoknya harus selalu ingat Tuhan," tambahnya.
Namun entah kenapa perangai Dolly di luaran menjadi sungguh berbeda. Dolly yang tomboi cenderung memberontak.
"Umur 16 tahun aku mulai merokok. Waktu itu (rokok) yang terkenal Escort, Commodore atau Kansas," kenangnya. Perempuan merokok bukanlah hal umum pada masa itu.
Dolly boleh tomboi. Tetapi itu tak menutupi kecantikannya. Sambil menunjuk foto masa muda, Dolly berkisah betapa seksi dia, diiringi tawa terkekeh-kekeh.
Menjelang umur 20 Dolly menikah dengan Soukup alias Yakup, seorang kelasi Belanda. Dari pernikahan itu lahirlah anak lelaki.
Tetapi belum lagi sang anak masuk ke umur lima tahun, Yakup sang suami meninggal dunia. Dolly yang cantik pun mulai menghadapi krisis keuangan. Mana sang anak kerap merengek meminta ini-itu.
Semisal es krim, yang pada masa itu termasuk jajanan mahal. Untuk membesarkan sang anak serta mencukupi kebutuhan sehari-hari Dolly butuh biaya.
Maka babak baru dalam kehidupannya pun bergulir. Mungkin terdengar klise. Tetapi ia mengaku terpaksa saat memutuskan untuk melangkah ke dunia prostitusi pada awal tahun 1950-an.
Kecantikan Dolly dan kefasihannya berbahasa Belanda membuat banyak laki-laki mencarinya. Dolly dengan mudah menjadi idola. Khususnya bagi para eksptariat yang baru turun dari kapal.
"Aku ini cantik. Tubuhku tinggi-ramping. Banyak lelaki tergila-gila," jelas Dolly.
Dolly biasa meladeni lelaki di Hotel Simpang atau LMS. Dolly mengaku tidak pernah meminta bayaran uang kepada lelaki yang mengencaninya.
"Aku ini pelacur kelas atas. Aku enggak pernah mau dibayar," jelasnya. Kompensasinya adalah: ia hanya mau menerima berbagai barang mahal. Dalam istilah Dolly, "Aku cuma menerima 'kado'."
Banyak lelaki ingin menikahi Dolly. Tetapi permintaan itu ditampiknya. Dolly memilih menjadi single parent.
Alasannya simpel. Ia tak ingin satu-satunya anak lelaki yang ia miliki menerima perlakukan kasar dari ayah tiri. (Intisarionline/Eddy Suhardy, Sumber: Majalah Jakarta Jakarta No 270, 31 Agustus 1991)
