NGERI! Pembobol Facebook Punya Kantor di Malaysia. Demi Data, Menyuap hingga Suplai Cewek
Facebook saat ini menjadi gorengan media massa setelah pembobolan database untuk kepentingan Pilpres Amerika Serikat.
Pengungkapan datang di tengah penyelidikan Channel 4 tentang peran kerja Cambridge Analytica untuk kampanye Trump 2016.
"Jika Anda mengumpulkan data tentang orang-orang dan Anda mem-profil-nya, itu memberi Anda lebih banyak wawasan yang dapat Anda gunakan untuk mengetahui cara mengelompokkan populasi agar memberi mereka pesan tentang masalah yang mereka pedulikan. Bahasa serta citra yang mereka bahas menjadi perhatian kami."
"Kami telah melakukannya di Meksiko, kami telah melakukannya di Malaysia, dan sekarang kami akan pergi ke Brasil," kata Turnbull.

Cambridge Analytica juga mendaftar secara terbuka di situs web mereka, bahwa pekerjaan mereka juga membantu BN (koalisi partai pemerintahan Barisan Nasional) memenangkan "kemenangan telak" di negara bagian utara Kedah dalam Pemilihan Umum ke-13.
Hebatnya lagi, perusahaan ini juga menggunakan berbagai cara yang memalukan dalam bekerja.
Perusahaan ini kerap melakukan suap, menggunakan pensiunan intelijen, bahkan menyiapkan gadis-gadis asal Ukraina untuk mempengaruhi para politisi.
Berikut kisah di balik perusahaan yang menggunakan data untuk mendorong kampanye politik:
Pokoknya, perusahaan itu melakukan apa saja untuk mendapatkan pemilih dan mengarahkan mereka dalam pemilu untuk calon atau p[artai yang hendak dimenangkan.
"Di Amerika Serikat, kami telah memainkan peran penting dalam memenangkan pemilihan presiden dan juga pemilihan kongres dan negara bagian. Kami memiliki data lebih dari 230 juta pemilih Amerika," kata Cambridge Analytica di situs webnya.
Berbicara kepada TechCrunch pada 2017, CEO Alexander Nix mengatakan bahwa perusahaan itu selalu memperoleh lebih banyak data.
"Setiap hari kami memiliki tim yang mencari set data baru," katanya kepada situs tersebut.
Ternyata, Cambridge Analytica tidak hanya digunakan Donald Trump untuk mencapai Gedung Putih, tetapi juga terlibat dalam kampanye politik di seluruh dunia.
Secara global, Cambridge Analytica mengatakan telah bekerja di Italia, Kenya, Afrika Selatan, Kolombia, bahkan Indonesia.
Menurut New York Times dan Observer, Cambridge Analytica mencuri informasi dari 50 juta profil pengguna Facebook dan itu merupakan pelanggaran data terbesar yang pernah terjadi.
Data tersebut membantu perusahaan ini untuk merancang perangkat lunak untuk memprediksi dan mempengaruhi pilihan pemilih di kotak suara.
Psikolog Universitas Cambridge Aleksandr Kogan menciptakan aplikasi tes prediksi kepribadian, thisisyourdigitallife, yang diunduh oleh 270 ribu orang.
Christopher Wylie, mantan karyawan Cambridge Analytica mengakui kepada saluran televisi Kanada CBC bahwa perusahaan menggunakan "data pribadi yang mereka peroleh tanpa persetujuan".