GAWAT! Puluhan Diplomat Rusia Diusir dari Eropa dan Amerika Serikat. Ini Pemicunya

Kasus terbaru yang tidak kalah hebohnya adalah pengusian seluruh diplomat Rusia dari Eropa dan Amerika Serikat secara serentak.

REX
Sergei Skripal dan putrinya, Yulia, yang diduga hendak dibunuh menggunakan racun di Inggris, oleh Rusia. 

TRIBUNBATAM.ID, MOSKOW - Iklim dunia internasional kini tidak hanya dicemaskan oleh ancaman perang dagang Amerika Serikat dan China.

Kasus terbaru yang tidak kalah hebohnya adalah pengusian seluruh diplomat Rusia dari Eropa dan Amerika Serikat secara serentak.

Mantan agen ganda Rusia di Inggris, Sergei Skripal dan putrinya Yulia, diserang dengan zat saraf di Salisbury, Inggris selatan, dan saat ini tengah menjalani perawatan intensif di rumah sakit.

Para pemimpin Uni Eropa pekan lalu mengatakan besar kemungkinan Rusia berada di balik serangan ini, namun pemerintah di Moskow menolak tuduhan tersebut.

Tindakan pengusiran puluhan diplomat Rusia sebagai bagian dari respons yang terkoordinasi atas serangan terhadap mantan agen rahasia Rusia di Inggris.

Moskow membantah tuduhan tersebut dan menyebut pengusiran diplomat mereka dari AS dan Eropa sebagai tindakan yang provokatif.

Namun bantahan Moskow tak menyurutkan Presiden Donald Trump untuk mengusir 60 diplomat Rusia di Amerika Serikat.

Kanada, Jerman, Prancis, Ukraina, dan sejumlah negara Eropa lain mengambil langkah serupa.

BBC melaporkan, Senin (26/3/2018), Aksi mengusir diplomat Rusia juga dilakukan untuk pertama kalinya oleh Inggris sepanjang sejarah.

Perdana Menteri Inggris, Theresa May, menyambut baik langkah AS dan Eropa mengusir diplomat Rusia, yang ia katakan sebagai solidaritas.

Setidaknya ada 14 negara negara di Eropa melakukan tindakan yang sama.

Dari daftar yang diperoleh TRIBUNBATAM.ID, negara-negara itu adalah Prancis, Jerman, Estonia, Polandia, Lithania, Republik Ceko, Italia, Belanda, Denmark, Swedia, Latvia, Estonia, Finlandia, Rumania dan Kroasia.

"Kami menyambut baik tindakan sekutu-sekutu kami, yang jelas memperlihatkan bahwa kita berada dalam posisi yang sama untuk mengirim pesan kepada Rusia bahwa mereka tak bisa terus melanggar hukum internasional," kata PM May dalam satu pernyataan tertulis.

Bagi pemerintah di Washington, inilah pengusiran diplomat Rusia terbesar sejak Perang Dingin.

Pernyataan yang dikeluarkan Kementerian Luar Negeri menyebutkan bahwa Rusia menggunakan zat saraf untuk mencoba membunuh seorang warga Inggris dan putrinya di Salisbury.

"Serangan yang dilakukan di Inggris, sekutu kami, mengancam nyawa banyak orang dan tiga orang mengalami luka parah, termasuk seorang anggota polisi," kata Kementerian Luar Negeri AS.

Pemerintah AS menggambarkan serangan ini 'jelas-jelas pelanggaran terhadap hukum internasional dan konvensi senjata kimia'.

Presiden Dewan Eropa, Donald Tusk, mengatakan 14 negara Eropa memutuskan untuk mengusir diplomat-diplomat Rusia 'sebagai balasan' atas insiden di Salisbury.

Rusia menyebut langkah ini 'sangat provokatif' dan berjanji akan mengambil tindakan balasan.

"Ini adalah tindakan yang tidak bersahabat... kami akan mengambil balasan," kata pernyataan yang dikeluarkan Kementerian Luar Negeri Rusia.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved