Motion
Demi Hobi, Komunitas Ini Giatkan Kontes dan Pameran Bonsai
Awalnya individu dulu, kongkow bersama. Kemudian dilirik oleh teman-teman lain di daerah lain, kemudian merangkul untuk bersama dalam satu wadah.
DI bawah sorot lampu temaram, Jumat (6/4) malam lalu, puluhan pot bunga bonsai dipamerkan kepada khalayak.
Halaman tempat pot-pot tersebut berderet lokasinya bersebelahan jalan dengan Lapangan Pamedan Ahmad Yani Tanjungpinang.
Sejumlah pengendara yang berhenti di lampu merah mengalihkan ke pandangannya ke halaman Bintan Expo Center, lokasi pameran, dan beberapa di antaranya masuk dan melihat-lihat galeri bonsai.
“Aha, mas, ini cantik sekali,” kata salah satu pengunjung sambil mengarahkan telunjuknya ke pot bonsai di sudut kiri bangunan Bintan Expo. Di pot, tertulis nama Santigi yang berarti nama pohon kerdil tersebut.
Santigi, merupakan jenis pohon yang paling sering dijadikan tanaman hias atau bonsai. Dan sering disebut sebagai bonsai dengan nilai jual tinggi. Santigi dalam klasifikasi tanaman disebut jenis perdu, biasa tumbuh di daerah pesisir berkarang. Keindahannya ketika dipamerkan cukup menarik banyak mata untuk mendekat.
Santigi yang dipamerkan di halaman Bintan Expo Center pekan lalu dibuat oleh tangan-tangan terampil para pehobi bonsai. Mereka tergabung dalam club-club kecil namun di bawah payung besar bernama Persatuan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI) kepulauan Bintan.
Nama Kepulauan Bintan di sini berarti mencakup Kabupaten Bintan dan Tanjungpinang.
Pameran bonsai yang digelar di halaman Bintan Expo Center, Jalan Ahmad Yani Tanjungpinang pekan lalu dijelaskan oleh Ucok, pengurus PBBI Bintan dalam rangka persiapan musyawarah cabang (Muscab) PBBI.
“Jadi cara ini semacam mendaftar ulang, memperkenalkan kembali daftar keanggotaan organisasi bahwa kita masih eksis untuk laporan ke pusat (Jakarta). Jadi nanti pusat itu mengeluarkan ekstra pembaharuan cabang, kan setiap tahunnya organisasi ini secara nasional ada pembaharuan, tetapi harus melalui beberapa kegiatan dulu, nah kegiatan inilah salah satunya,” kata Ucok.
Dalam acara tersebut, pengurus organisasi atau komunitas juga turut mengundang para penggemar bonsai di daerah lain seperti Batam, Karimun untuk memamerkan koleksi bonsai mereka.
“Tapi kayaknya mereka agar kesulitan membawa koleksi mereka ke sini, maka mereka menyatakan cukup datang orangnya saja yang penting hubungan antar anggota tidak terputus,”kata Ucok.
Perjalanan PPBI Bintan seperti organisasi atau komunitas lainnya dimulai dengan orang per orang yang memiliki hobi sama. Para penggemar bonsai tersebut sering mengadakan pertemuan, kongkow sambil membicarakan kegiatan mereka dalam membonsai tanaman.
“Awalnya individu dulu, kongkow bersama. Kemudian dilirik oleh teman-teman lain di daerah lain, kemudian merangkul untuk bersama dalam satu wadah,”kata Ucok.
Setelah perkumpulan terbentuk, disepakatilah untuk digelar kontes bonsai dan acara serupa.
Model organisasi atau komunitas bonsai ini sedikit berbeda. Dalam satu organisasi terdapat beberapa club bonsai dengan beragam nama. Di antaranya club segantang lada, bonsai club, pancung bonsai club. “Jadi club ada, organisasinya juga ada,” kata Ucok.
Sementara ini, ada dua club dalam payung PPBI yang terbilang paling eksis di antara club lainnya. Eksis yang dimaksud di sini adalah sering mengadakan pertemuan, kontes hingga pameran.
Secara resmi, PPBI terbentuk kurang lebih tahun 2007. Meski demikian, benih-benih terbentuknya organisasi atau perkumpulan jauh sebelum 2007. Saat ini, jumlah anggota komunitas sudah mencapai ratusan orang. Mereka datang dari berbagai kalangan, mulai kalangan PNS, pegawai swasta. (*)
Berawal Gabung Grup Online
*Arya, Penggemar Bonsai
KAMERA handphone Arya, salah satu penggemar bonsai tak berhenti mengabadikan aneka rupa bonsai di halaman Bintan Expo Center. Meski gambar yang dia jepret goyang dalam kondisi low light, tak menurunkan minatnya untuk memotret aneka bonsai yang ada.
Arya mengaku dirinya penyuka bonsai dan belakangan ini rajin mengutak-atik tanaman untuk dibonsai. Namun bonsai yang sudah dia buat masih enggan dipamerkan.
Hanya jadi koleksi pribadi di rumah. Alasannya, hasil kreasinya masih terlampau kasar untuk dipamerkan. Ibaratnya, kata dia, jika dideretkan dengan kreasi bonsai para senior atau yang sudah cukup lama berkecimpung di dunia tersebut, dirinya masih kalah jauh.
"Saya pemula, baru memulai belakangan ini. Lama kelamaan lihat, eh saya tertarik dengan dunia ini, tapi cukup untuk internal saja,"katanya.
Awal ketertarikan dengan bonsai bermula dari temannya yang mendadak memasukkannya dalam grup online perkumpulan. Di situ ia sering melihat gambar-gambar bonsai hasil kreasi anggota grup yang dishare di grup online.
Sering melihat gambar yang di-share tersebut, timbulah perasaan jatuh cinta dia pada bonsai. Dan akhirnya memutuskan diam-diam membuat tanaman hias di rumah.
Dalam rangka mengembangkan kemampuannya, ia rajin membaca buku dan artikel seputar bonsai. Termasuk bertanya langsung sama anggota komunitas tata cara membonsai pohon yang apik.
"Apa yang saya lakukan diam-diam tersebut lebih dari pada memuaskan dahaga penasaran saya sama bonsai. Saya melihat ada kepuasan merangkai rangkai batang pohon menjadi tanaman hias yang kecil,"kata Arya.
Ia mengaku, setelah mengenal bonsai, ada semacam penyesalan dalam dirinya mengapa baru sekarang ia mau berkecimpung di dunia tersebut. Ibaratnya, ia terlambat menyadari bahwa menekuni bonsai itu mengasikan. (*)
